ABSTRAK
Wacana tentang metafisika yang merupakan hasil pemikiran filsafat yang bertolak dari eksistensi manusia dan alam-dunia sebagai wujud nyata yang dapat ditangkap dengan panca indera. Bukanlah dasar yang dicari dan dipertanyakan untuk mencapai kesempurnaan hidup seperti yang terjadi pada filsuf-filsuf Yunani, melainkan dari mana dan kemana semua wujud ini berasal dan berakhir atau dalam istilah Jawa disebut dengan sangkan paraning dumadi dan manungsa ( awal dan akhir dari alam semesta dan manusia berasal dari Tuhan)
Dalam skripsi ini ada beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas, pertama; bagaimana konsep metafisika dalam filosofi jawa, kedua; bagaimana konsep metafisika yang terkandung dalam serat Wedhatama, penulis memakai metode analisis dan pendekatan sejarah. Tema yang penulis angkat adalah masalah metafisika jawa yang terkandung dalam serat wedhatama hasil karya K.G.P.A.A Mangkunegara IV, penulis mencoba melakukan analisis terhadap konsep metafisika Jawa khususnya konsep metafisika yang terkandung dalam serat wedhatama.
Sebagai salah seorang pujangga besar,. Mangkunegara IV ssdalam hasil karyanya banyak membicarakan tentang etika, seni, mistik, dan juga metafisika. Dalam serat wedhatama konsep metafisika Mangkunegara IV adalah mencapai hidup tertinggi yaitu mencapai kesatuan kembali dengan Tuhan yaitu deangan jalan penghayatan dan penguasaan batin yang diolah dan dilatih dalam sembah catur sebagai tangga menuju insan kamil.
Konsep metafisika Jawa dalam serat wedhatama menjelaskan bahwa manusia pada hakekatnya hidup pada alam tiga dimensi, dan eksistensi manusia tidak bisa lepas dari ketiga dimensi tersebut, baik yanag berupa alam benda, alam batin maupun alam ghaib. Tujuan hidup tertinggi menurut filosofi Jawa adalah untuk mencapai kesempurnaan, dalam serat wedhatama dijelaskan dan digambarkan bagaimana manusia harus meningkatkan atau mentransformasikan dirinya dari dunia materi yang fana menuju kehidupan mutlak dan kekal kepada Tuhan sebagai akhir dari kesempurnaan yang hakiki.
Wacana tentang metafisika yang merupakan hasil pemikiran filsafat yang bertolak dari eksistensi manusia dan alam-dunia sebagai wujud nyata yang dapat ditangkap dengan panca indera. Bukanlah dasar yang dicari dan dipertanyakan untuk mencapai kesempurnaan hidup seperti yang terjadi pada filsuf-filsuf Yunani, melainkan dari mana dan kemana semua wujud ini berasal dan berakhir atau dalam istilah Jawa disebut dengan sangkan paraning dumadi dan manungsa ( awal dan akhir dari alam semesta dan manusia berasal dari Tuhan)
Dalam skripsi ini ada beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas, pertama; bagaimana konsep metafisika dalam filosofi jawa, kedua; bagaimana konsep metafisika yang terkandung dalam serat Wedhatama, penulis memakai metode analisis dan pendekatan sejarah. Tema yang penulis angkat adalah masalah metafisika jawa yang terkandung dalam serat wedhatama hasil karya K.G.P.A.A Mangkunegara IV, penulis mencoba melakukan analisis terhadap konsep metafisika Jawa khususnya konsep metafisika yang terkandung dalam serat wedhatama.
Sebagai salah seorang pujangga besar,. Mangkunegara IV ssdalam hasil karyanya banyak membicarakan tentang etika, seni, mistik, dan juga metafisika. Dalam serat wedhatama konsep metafisika Mangkunegara IV adalah mencapai hidup tertinggi yaitu mencapai kesatuan kembali dengan Tuhan yaitu deangan jalan penghayatan dan penguasaan batin yang diolah dan dilatih dalam sembah catur sebagai tangga menuju insan kamil.
Konsep metafisika Jawa dalam serat wedhatama menjelaskan bahwa manusia pada hakekatnya hidup pada alam tiga dimensi, dan eksistensi manusia tidak bisa lepas dari ketiga dimensi tersebut, baik yanag berupa alam benda, alam batin maupun alam ghaib. Tujuan hidup tertinggi menurut filosofi Jawa adalah untuk mencapai kesempurnaan, dalam serat wedhatama dijelaskan dan digambarkan bagaimana manusia harus meningkatkan atau mentransformasikan dirinya dari dunia materi yang fana menuju kehidupan mutlak dan kekal kepada Tuhan sebagai akhir dari kesempurnaan yang hakiki.