BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai wujud dari upaya sastra dalam memberikan manfaat bagi kehidupan manusia secara nyata maka lahirlah sastra sufistik, yang menceritakan pengalaman relegius atau spiritual manusia dalam pencarian hidupnya menuju Tuhan. Jadi sastra sufistik bukan hanya menyajikan bentuk-bentuk simbol bahasa yang mati, namun memaparkan pengalaman spiritual, pengalaman relegius manusia yang dialami, dirasakan, dan dituangkan dalam bentuk sastra. Sastra sufistik mencakup dua unsur bahasan yaitu sastra dan sufistik (relegius), bentuk karya sastra seperti inilah yang lebih menarik, sehingga ketika pembaca menikmatinya bisa mendapatkan rasa keindahan sekaligus pengetahuan sufistik yang bermanfaat bagi kehidupan keagamaan manusia.
Saat ini banyak bermunculan karya sastra bertemakan sufistik yang berisi pengetahuan agama Islam dalam bidang tasawuf, yang sekaligus memberikan manfaat bagi khasanah sastra Indonesia. Artikel-artikel mengenai masalah sufistik tersebar di berbagai majalah dan surat kabar. Kesemarakan perkembangan ini tidak dapat dipisahkan dari bermunculannya para cendikiawan baru muslim yang juga merupakan wali-wali, sastrawan maupun penyair terkemuka. Merekalah yang berperan aktif dalam membuka lembaran baru bagi perkembangan Islam dan sekaligus membawa obor pencerahan bagi pemikiran dan kebudayaan masyarakat Nusantara. Khususnya dalam bidang sastra sufi (Hadi, 2001:3).
Berkembangnya sastra sufistik dimulai pada dekade penyebaran Islam di Jawa, yang tidak bisa dilepaskan dari peranan para wali yang lebih dikenal dengan sebutan "wali songo". Tokoh-tokoh seperti Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati, Sunan Gresik, Sunan Kalijaga, dan wali-wali lain di pulau Jawa sangat giat berdakwah bukan hanya di bidang keagamaan, politik, dan pendidikan, tetapi juga di bidang kebudayaan dan penulisan kreatif (Hadi, 2001:2). Maka tidak salah bila Jonhs dalam Hadi (2001:6) mengemukakan teori bahwa sufistik merupakan faktor utama dalam pengislaman masyarakat Nusantara. Hal ini disebabkan terutama sekali karena ulama-ulama sufi itu memiliki kemahiran berda'wah dengan sistem yang sangat canggih. Mereka bukan hanya dapat menyebarkan Islam secara efektif dalam lingkungan kerajaan, tetapi juga dapat mengislamkan segenap lapisan masyarakat dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama.
Sastra pada tataran tertentu, adalah sebuah pendekatan sama seperti disiplin ilmu atau gerak ideologi lain. Akan tetapi, tentu saja berbeda dengan model pendekatan psikologi massa, eksakta, sosial, bahkan pendekatan keamanan. Imajinasi nakal sastra menjelma kekuatan spiritual yang menakjubkan. Melewati batas ideologi dan kesadaran manusia. Di situ, muncullah gagasan-gagasan jernih dan cemerlang tanpa diduga yaitu nuansa sunyi. Sunyi yang tidak dibuat-buat, utuh, orisinil, dan eksistensial sekaligus menyimpan banyak misteri yang tak kunjung selesai ditafsirkan.