BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan penelitian WHO, terdapat kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa pertahun di seluruh dunia. (1,2) Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh WHO Untuk kematian perinatal ditemukan di Negara-negara afrika angka kematian perinatalnya sangat tinggi, diantaranya ialah Republic Kongo ditemukan sekitar 112 per 1.000 kelahiran hidup, Somalia 108 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan di Asia india memiliki angka yang cukup tinggi yakni 48 per 1.000 kelahiran hidup dan timor leste 46 per 1.000 kelahiran hidup.(3)
Menurut hasil Surkesnas/Susenas, AKB di Indonesia pada tahun 2001 sebesar 50 per 1.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2002 sebesar 45 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB menurut hasil SDKI 2002-2003 terjadi penurunan yang cukup besar, yaitu menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup sementara hasil SDKI 2007 hasilnya menurun lagi menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup, angka ini berada jauh dari yang diproyeksikan oleh Depkes RI yakni sebesar 26,89 per 1.000 kelahiran hidup. Adapun nilai normatif AKB yang kurang dari 40 sangat sulit diupayakan penurunannya (hard rock), antara 40-70 tergolong sedang, namun sulit untuk diturunkan, dan lebih besar dari 70 tergolong mudah untuk diturunkan.(4)
Kematian perinatal adalah kematian bayi yang terjadi sejak usia kehamilan 28 minggu sampai dengan 7 hari setelah kelahiran yang meliputi kematian janin akhir dan kematian neonatal dini.(3) Kematian perinatal ini merupakan salah satu penyebab tingginya Angka Kematian Anak (AKA) di Indonesia. Angka Kematian Anak di Indonesia menurut data SDKI tahun 2007 dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Angka Kematian Neonatal (AKN) sebesar 19 kematian/1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Balita (AKBA) sebesar 44 kematian/1000 kelahiran hidup. Adapun tiga faktor utama penyebab kematian pada AKA, yaitu Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (28%), asfikisia (27%), dan infeksi (15%).