ABSTRAK
Gula merupakan salah satu bahan pangan pokok yang memiliki arti penting dan posisi yang strategis di Indonesia karena sebagian besar masyarakat Indonesia mengkonsumsi gula. Permintaan gula akan terus meningkat tiap tahunnya seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, peningkatan daya beli masyarakat, dan pertumbuhan industri yang menggunakan gula sebagai bahan bakunya. Permintaan gula yang meningkat disebabkan konsumsi gula rumah tangga di Indonesia yang mengalami kecenderungan yang meningkat dari tahun 2003 sampai tahun 2007. Meskipun terjadi peningkatan terhadap produksi gula nasional namun angka produksi tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan gula dalam negeri. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan gula nasional Indonesia harus melakukan impor gula.
Ketidakmampuan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan gula dalam negeri disebabkan karena masih rendahnya produksi gula nasional. Rendahnya produksi nasional antara lain disebabkan oleh : (1) Penurunan luas dan produktivitas lahan, (2) Rendahnya rendemen industri gula Indonesia, (3) Efisiensi pabrik gula yang masih rendah.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lapang, maka diketahui bahwa kondisi inefisiensi produksi tersebut diduga juga dialami oleh PG Pagottan yang salah satunya diindikasikan oleh kualitas pasokan bahan baku tebu (rendemen) yang masih rendah. Selain itu terjadi kecenderungan pemanfaatan tenaga kerja yang berlebihan di dalam menjalankan kegiatan produksinya. Sesuai dengan kondisi yang terdapat di PG Pagottan maka penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi gula di PG Pagottan dan (2) Menganalisis tingkat efisiensi kegiatan produksi gula di PG Pagottan.
Penelitian ini dilaksanakan di PG Pagottan Madiun yang merupakan salah satu pabrik gula yang berada di bawah pengelolaan PTPN XI wilayah kerja Jawa Timur. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Mei 2008. Data utama yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, meliputi: data output, input, serta biaya rata-rata kegiatan produksi gula di PG Pagottan dari tahun 2001 hingga tahun 2007.
Analisis data yang dilakukan menggunakan model fungsi produksi Cobb- Douglas yang diolah dengan pendugaan OLS (Ordinary Least Square). Kemudian dilanjutkan dengan analisis terhadap efisiensi kegiatan produksi gula, dengan asumsi terdapat kendala biaya. Pertumbuhan total produksi gula sejak tahun 2001 hingga tahun 2007 menunjukkan kecenderungan peningkatan sebesar 3,48 persen per periode. Peningkatan ini dipengaruhi oleh kecenderungan peningkatan produksi gula tebu sendiri (TS) dan tebu rakyat (TR) masing-masing sebesar 8,73 persen per periode dan 23,38 persen per periode. Peningkatan produksi gula TR terjadi tidak hanya karena perluasan areal tetapi juga disebabkan oleh perbaikan mutu intensifikasi budidaya dan introduksi varietas unggul pada areal bongkaran keprasan. Peningkatan juga terjadi pada jumlah tebu yang dipasok, rendemen, dan tenaga kerja musiman. Sedangkan lama giling, jam mesin, dan bahan pembantu mengalami kecenderungan yang menurun.
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi produksi gula di PG Pagottan, yaitu jumlah tebu, rendemen, jam mesin, tenaga kerja tetap, tenaga kerja musiman, bahan pembantu, dan lama giling. Dari hasil analisis regresi dengan memenuhi asumsi OLS (uji normalitas, homoskedastisitas, non autokorelasi, tidak terdapat gejala multikolinearitas) dan uji statistik , maka diperoleh faktor-faktor yang secara nyata berpengaruh terhadap produksi gula di PG Pagottan. Faktor- faktor produksi tersebut, yaitu jumlah tebu, rendemen, jam mesin, dan tenaga kerja pada selang kepercayaan 95 persen . Nilai koefisien regresi dari faktor- faktor produksi tersebut masing-masing sebesar 0,066, 1,01, 1,03, dan -0,239. Nilai elastisitas yang negatif menunjukkan bahwa jika terdapat peningkatan satu persen tenaga kerja maka akan mengurangi produksi gula sebesar 0,239 persen.
Selanjutnya dilakukan analisis efisiensi penggunaan faktor produksi di dalam kegiatan produksi gula. Dalam penelitian ini faktor-faktor produksi yang diukur tingkat efisiensinya adalah jumlah tebu karena faktor tersebut dapat diukur tingkat harganya dan memenuhi syarat Cobb-Douglas, yaitu nilai koefisien regrresi dari faktor poduksi tersebut antara nol dan satu.. Dengan menghitung nilai rasio antara NPM (Nilai Produk Marjinal) dan BKM (Biaya Korbanan Marjinal) diketahui bahwa nilai rasio antara NPM dan BKM faktor produksi jumlah tebu sebesar 0,01menunjukkan bahwa penggunaan bahan baku belum efisien. Berdasarkan rasio Nilai Produk Marjinal (NPM) dan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) dari faktor produksi jumlah tebu yang tidak sama dengan satu, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan faktor produksi belum efisien. Penggunaan bahan baku tebu dalam produksi gula harus mencapai kondisi optimal agar efisiensi dapat tercapai. Kondisi optimal dari penggunaan factor produksi ini terjadi apabila rasio NPM dan BKM dari faktor produksi harus sama dengan satu.