Isikan Kata Kunci Untuk Memudahkan Pencarian

Kebijakan Nuklir Iran

BAB I
PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul
Ambisi program nuklir yang sedang di kembangkan oleh Iran sejak 1960-an lalu, banyak menuai kecaman dan protes dari negara-negara anggota Badan Tenaga Atom Inernasional PBB (IAEA) pada saat ini, terutama oleh Amerika serikat. International Atomic Energy Agency (IAEA) adalah suatu badan khusus PBB yang didirikan pada tahun 1957 yang bertujuan untuk memajukan kerjasama antar- negara dalam mengembangkan energi atom bagi perdamaian dunia.
Kecanggihan program nuklir Iran telah mampu menyaingi teknologi nuklir negara maju, Seperti AS dan Rusia. Semua itu tidak lepas dari bantuan negara-negara eks-komunis yang memiliki hubungan dekat dengan Iran seperti Rusia, Cina dan Korea Utara, dan beberapa negara Eropa seperti Perancis dan Jerman.
Pada era sekarang ini, program nuklir Iran pada dasarnya ditujukan untuk kepentingan sipil dan untuk tujuan damai, seperti pembangkit tenaga listrik, riset teknologi dan untuk misi luar angkasa. Hal ini dinyatakan oleh ketua dewan keamanan Iran, Hassan Rowhani yang mengatakan bahwa “Program nuklir Iran hanyalah mengkhususkan bagi program pengembangan reaktor nuklir untuk membangkitkan tenaga listrik dan tidak pernah berkeinginan untuk mengembangkan proyek senjata nuklir”
Di mata Amerika Serikat pengembangan dan kecanggihan teknologi nuklir Iran tersebut, dianggap telah melewati batas kewajaran. Hal ini dikarenakan Iran tidak saja menggunakan tenaga nuklir untuk tujuan damai, melainkan Iran saat ini mampu memproduksi zat uranium dalam skala besar yang dapat dikembangkan menjadi plutonium yang merupakan bahan baku utama dalam pembuatan senjata nuklir.
Sebagai upaya untuk mencegah perkembangan dan penyalahgunaan program nuklir Iran ke arah tujuan senjata militer, khususnya pembuatan dan pengembangan senjata nuklir, maka pemerintah Amerika serikat di bawah kepemimpinan George Walker Bush mengecam keras tindakan pengembangan program nuklir Iran tersebut dan memaksa Iran untuk segera menghentikan program nuklirnya serta pengayaan uraniumnya. Menurut AS Iran secara aktif terus memproduksi senjata kimia maupun biologis meskipun dibantah oleh pemerintah Iran mengatakan bahwa pembangunan program nuklir di Busher adalah untuk riset dan tujuan damai. Pernyataan tersebut pertama kali muncul setelah presiden Khatami menghimbau untuk diadakan dialog peradaban antara Iran dan AS. Pada konferensi OKI 14 Desember 1998 di Teheran. Kecaman AS yang dilontarkan oleh Bush, sama sekali di bantah kebenaranya oleh pemerintah Iran. Kemudian isu ini akhirnya oleh pihak AS diangkat kepermukaan dengan mengatakan pada masyarakat dunia, bahwa Iran telah berusaha untuk memproduksi dan mengembangkan senjata nuklir demi kepentingan militer Iran, dengan harapan program nuklir tersebut dihentikan secara menyeluruh (total) oleh PBB melalui IAEA, dan mendapat sangsi Internasional. AS telah berhasil membawa masalah ini ke Dewan keamanan PBB, sebagai tindakannya, AS telah berhasil memaksa Iran menandatangani amandemen non proliferasi treaty (NTP) yang mengizinkan lembaga IAEA untuk mengadakan inspeksi mendadak.
Persoalan pengembangan teknologi nuklir Iran serta reaksi-reaksi keras AS yang sangat menentang adanya program nuklir Iran, akan tetapi Iran memilih meneruskan untuk mengembangkan program nuklirnya menjadi suatu hal yang sangat menarik untuk diteliti. Dari uraian diatas dijadikan sebagai alasan dan menarik penyusun untuk meneliti permasalahan ini dengan judul “KEBIJAKAN NUKLIR IRAN”. Mengingat sampai sekarang AS terus melakukan upaya diplomasi terhadap PBB dan IAEA untuk mengawasi program nuklir Iran, Serta kepada semua negara yang membantu dan bekerja sama terkait dengan program nuklir Iran, untuk segera memutuskan (mengurungkan niatnya) dalam membantu program nuklir itu.

B. Latar Belakang Permasalahan
Republik Islam Iran adalah sebuah negara di timur tengah yang terletak di daerah Teluk Persia. Sebagai negara yang kaya minyak dengan urutan kedua terbesar di dunia, Iran juga telah menerapkan teknologi-teknologi yang canggih demi kemajuan negarannya. Salah-satu teknologi yang sedang dikembangkan oleh Iran adalah penggunaan dan pengembagan teknologi nuklir untuk kepentingan sipil.
Pada tahun 1960 program nuklir Iran dimulai atas dukungan AS dalam kerangka perjanjian bilateral kedua Negara. Kemudian pada tahun 1967 pusat nuklir Teheran dibangun. Pada tahun 1974 Dimulai dari kota Busher, Shah Iran Mohammad Reza pahlevi mengembangkan 20 pusat nuklir yang tersebar di seantero Iran. Fasilitas ini dibangun atas bantuan teknoligi dari AS serta perusahaan-perusahaan barat lain, seperti kraftwerk union (anak perusahaan siemens). Pada tahun 1975 Massachusetts Institute of Technologi menandatangani kontrak dengan badan Energi Atom Ian (AEOI) untuk melatih para insinyur nuklir negeri itu. Pada tahun 1979 Revolusi Islam Iran menghentikan sementara semua program niklir yang sedang berjalan. Siemens keluar dari proyek Busher. Pada tahun 1980-1988 meletus perang Irak-Iran, yang menyedot banyak biaya, menyebabkan program pengembangan nuklir mati suri. Pada tahun 1990 Iran memulai negosiasi dengan Rusia untuk mengaktifkan kembali proyek PLTN Busher yang terbengkalai. Pada tahun 1992 Cina sepakat membangun dua reaktor 950 watt di kota Darkhovin. Namun itu belum terealisasi sampai sekarang. Pada tahun 1995 kesepakatan kontrak senilai U$$ 800 juta (setara dengan Rp 7,2 trilliun) ditandatangani bersama antara pemerintah Iran dan kementrian Atom dan Energi Rusia (Minatom) di bawah pengawasan badan Energi Atom Internasional (IAEA). Pada bulan Desember 2002 Amerika Serikat menuduh Iran mengembangkan senjata nuklir. Sebuah organisasi anti-pemerintah Iran, Mujahidin khalq, merilis dua gambar reaktor nuklir di Natanz dan Arak. Kemudian tepatnya pada tanggal 11 November 2003 IAEA mengumumkan tak ada bukti bahwa Iran sedang berusaha mengembangkan bom atom. Pada tanggal 13 November 2003 pemerintah AS merespon dan menilai bahwa laporan IAEA “tak mungkin dipercaya”. Selanjutnya pada bulan Juni 2004 Mentri Luar Negeri Iran, Kamal Kharrazi, menyebutkan negerinya telah mencapai kemampuan teknis yang amat tinggi dan diakui oleh komunitas klub nuklir internasional. Pada 24 Agustus 2004 Iran menyatakan akan melawan Israel “atau Negara manapun” yang akan menerapkan serangan penangkalan (preemptive strike) terhadap berbagai program nuklirnya. Pada 21 September 2004 Iran menyatakan akan tetap melanjutkan semua program nuklirnya untuk mengolah 37 ton uranium dengan alat pemutar (centrifuges) yang akan menghasilkan bahan bakar untuk reaktor nuklir sipil dan bukan untuk mengembangkan bom atom. Pada 18 September 2004 Sebuah resolusi yang dikeluarkan IAEA menyerukan agar Iran menyetop semua program pengayaan uranium yang sedang dilakukannya.
Pembangunan beberapa reaktor nuklir di Iran yang dimulai sejak tahun 1960an bertujuan untuk memproduksi zat nuklir sebagai bahan bakar utama pembangkit tenaga listrik, serta pengembangan riset para ilmuwan nuklir untuk kemaslahatan rakyat Iran pada umumnya dalam tujuan damai.
Seperti fasilitas pengembangan riset nuklir di Karaj. Mengkhususukan diri untuk aplikasi pertanian dan pengobatan. Sama seperti lembaga sejenis di Teheran. Isfahan dan Bonab, institusi riset di Karaj juga dikelola oleh AEOI. Di Bonab, sebagai pusat penelitian Energi atom Bonab, memfokuskan riset pada aplikasi teknologi nuklir dibidang pertanian.
Di Arak, sementara sebagai pembangkit tenaga listrik yang tergolong jenis light water. Arak direncanakan sebagai fasilitas jenis heavy water yang digunakan sebagai moderator dalam beberapa reaktor.
Di Busher, terdapat dua pusat pembangikt listrik tenaga nuklir (PLTN) di kota ini. Dimulai pada tahun 1974. dua fasilitas ini di kerjakan oleh Siemens sebelum terjadi Revolusi Islam Iran pada tahun 1979. Akibatnya proyek terbengkalai. Selama perang Iran-Irak. Fasilitas di Busher ini dihajar roket-roket Irak dan baru diperbaiki tahun 1995 setelah Rusia kembali bekerja sama menyelesaikan proyek pembangunannya.
Di Teheran, sebagai pusat fasilitas penelitian nuklir Teheran (TNRC) yang terletak di ibu kota Iran ini. Dikelola oleh Badan Energi Atom Iran (AEOI). TNRC dilengkapi dengan reaktor penelitian nuklir 5 megawatt, ini merupakan sumbangan dari Amerika Serikat. Yang mampu menghasilkan 600 gram plutonium setiap tahun.
Di Natanz, di kota ini terdapat fasilitas pengayaan uranium yang mengubah bijih uranium menjadi bentuk yang bisa digunakan untuk PLTN juga bisa untuk menciptakan senjata nuklir.
Di Saghand, di tempat ini sebagai penambangan bijih uranium.
Di Isfahan, di sini terdapat Pusat Teknologi Nuklir Isfahan. Sebuah lembaga yang mengelola empat reaktor nuklir dalam skala kecil. Seluruhnya disokong oleh pemerintah Cina.
Akan tetapi, pembangunan program nuklir Iran ini dalam perkembangannya telah menuai kecaman dari beberapa negara di dunia. Salah-satu negara yang memberikan kecaman bahkan larangan yang bersifat halus dan larangan keras atas pengembangan program nuklir ini adalah Amerika Serikat.
Isu nuklir Iran ini, dalam perkembangannya sempat menimbulkan persepsi yang berbeda antara Uni Eropa (UE) dengan Amerika Serikat (AS). Pola pendekatan antara (UE-AS) terhadap isu nuklir Iran ini, telah memperlihatkan perbedaan yang tajam. Jika Uni Eropa melakukan upaya pendekatan isu nuklir ini berupa Larangan yang bersifat halus yakni dengan upaya pembujukan dan perangkulan, sementara Amerika Serikat cenderung memilih pendekatan konfrontatif.
Dengan menggunakan kasus Irak sebagai pelajaran berharga, Uni Eropa mengajak AS tidak menggunakan pendekatan konfrontatif dengan Iran. Jerman secara khusus meminta AS bergabung dengan UE dalam upaya mengakhiri pengisolasian Iran.
Iran perlu didekati, dibujuk, dan dibantu dalam pembangunan ekonomi. Dengan mendorong kerja sama ekonomi, segala perbedaan bahkan perselisihan lazimnya mudah dipecahkan dan diatasi.
Dalam perundingan dengan Iran soal program nuklirnya, para perunding UE telah menawarkan untuk sebuah pengiriman misi yang akan membantu Teheran membangun sebuah reaktor riset bertenaga air. Bantuan ini diharapkan akan menjadi langkah nyata pertama kearah pemberian imbalan jika Iran bersedia mengakhiri kegiatan pengayaan uraniumnya.
Teheran, Jum’at 05 Agustus 2005 menyatakan sedang mempelajari tawaran Eropa, dan akan merespon setelah Uni Eropa menyampaikan kepada Iran naskah usulan dalam rangka mengakhiri ketegangan yang terkait dengan program nuklir Teheran. Dalam usulan naskah tersebut menawari Iran berbagai insentif, termasuk kerja sama perdagangan, politik dan keamanan, serta kemungkinan bagi Iran untuk menggunakan energi nuklir untuk tujuan damai. Naskah usulan yang disampaikan oleh para duta besar Inggris, Prancis, dan Jerman.
Namun Iran menampik usulan tawaran insentif oleh UE tersebut. Dan menyatakan tidak akan menghentikan rencana pembangunan reaktor air deras (heavy water) yang dapat dimanfaatkan untuk memproduksi bahan baku senjata nuklir.
“Kami menyambut baik usulan itu, tetapi dalam keadaan macam apapun, kami tidak akan mengganti reaktor riset air deras kami dengan yang lain,” kata juru bicara Kementrian luar Negeri Iran Hamid Reza Asefi. “Kami akan tetap melanjutkan pembangunan reaktor air deras kami.”
Statemen ini juga di nyatakan oleh Khatami bahwa, “ kami akan terus melanjutkan program nuklir, semua program pengayaan uranium kami lakukan untuk menghasilkan listrik dan tujuan-tujuan damai. Tak ada niat membuat senjata nuklir”.
Iran tak akan menerima keputusan apapun untuk menghentikan pengolahan uranium. Tak ada lembaga Internasional manapun yang berhak memaksa Iran,” tegas Khatami. Ketua negosiasi nuklir Iran Hassan Rohani (19 September 2004), Menurut Rohani yang juga menjabat sekretaris jenderal Dewan keamanan tertinggi Iran, IAEA tidak punya wewenang untuk membuat suatu Negara taat kepadanya. Sebagai Negara Non Proliferasi Nuklir (NPT); yakni sebuah perjanjian internasional yang anti terhadap pengembangan senjata nuklir. Iran akan tetap menggunakan haknya untuk menggunakan teknologi nuklir untuk keperluan damai.
Meskipun demikian, George W Bush mengabaikan pernyataan pemerintah Iran dan mendesak PBB memberi sanksi terhadap Iran. Ini dipertegas pernyataan Bush, kemungkinan serangan terhadap Iran masih terbuka dan kian mendekati kenyataan jika para arsitek perang (baca: neocons) kian menguasai kebijakan di Timur Tengah.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis menarik suatu rumusan masalah, yaitu : Mengapa Iran bersikeras tetap melanjutkan program nuklirnya meskipun Amerika Serikat dan Uni Eropa melarangnya ?

D. Landasan Teori
Untuk dapat memahami dan menganalisa permasalahan diatas. maka Penulis menggunakan kerangka pemikiran yang sekiranya dapat menjelaskan tentang penyebab bagaimana kebijakan pemerintah republik Islam Iran dalam mempertahankan program nuklirnya untuk tujuan damai dan kepentingan pemenuhan kebutuhan listrik sipil, meskipun mendapat kecaman bahkan larangan dari Amerika Serikat dan Uni Eropa, yaitu :
Teori pembuatan keputusan (Decision Making Theory), Politik Luar Negeri
Setiap negara ketika mengeluarkan kebijakan harus mempertimbangkan banyak faktor yang mempengaruhi keluarnya sebuah kebjakan politik negara, baik kebijakan politik dalam negeri maupun kebijakan politik luar negeri. Dalam hal pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan luar negeri, teori pembuatan keputusan politik luar negeri William D. Coplin dapat digunakan untuk menganalisa bagaimana kebijakan pemerintah Republik Islam Iran dalam mempertahankan program senjata nuklir untuk tujuan damai walaupun mendapat kecaman AS dan Uni-Eropa.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan politik luar negeri secara sederhana dapat terwakilkan dalam penjelasan Willam D. Coplin berikut ini : “ Apabila kita akan menganalisa kebijakan luar negeri suatu negara, maka kita harus mempertanyakan para pemimpin negara dalam membuat kebijakan luar negeri. Maka salah besar jika menganggap bahwa para pemimpin Negara sebagai aktor pembuat kebijakan luar negeri bertindak tanpa pertimbangan (konsiderasi). Sebaliknya tindakan politik luar negeri tersebut dipandang sebagai akibat dari tiga konsiderasi yang mempengaruhi para pengambil kebijakan luar negeri.
1. Kondisi politik dalam negeri.
2. Situasi ekonomi dan militer negara tersebut,.
3. Konteks Internasional yaitu situasi di negara yang menjadi tujuan politik luar negeri serta pengaruh dari negara-negara lain yang relevan dengan masalah yang dihadapi.”
Menurut William D. Coplin, pembuatan keputusan yang menyangkut kebijakan politik luar negeri dipengaruhi oleh faktor determinan (utama) seperti yang diilustrasikan sebagai berikut :
File Selengkapnya.....

Teman KoleksiSkripsi.com

Label

Administrasi Administrasi Negara Administrasi Niaga-Bisnis Administrasi Publik Agama Islam Akhwal Syahsiah Akuntansi Akuntansi-Auditing-Pasar Modal-Keuangan Bahasa Arab Bahasa dan Sastra Inggris Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bimbingan Konseling Bimbingan Penyuluhan Islam Biologi Dakwah Ekonomi Ekonomi Akuntansi Ekonomi Dan Studi pembangunan Ekonomi Manajemen Farmasi Filsafat Fisika Fisipol Free Download Skripsi Hukum Hukum Perdata Hukum Pidana Hukum Tata Negara Ilmu Hukum Ilmu Komputer Ilmu Komunikasi IPS Kebidanan Kedokteran Kedokteran - Ilmu Keperawatan - Farmasi - Kesehatan – Gigi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Keperawatan Keperawatan dan Kesehatan Kesehatan Masyarakat Kimia Komputer Akuntansi Manajemen SDM Matematika MIPA Muamalah Olahraga Pendidikan Agama Isalam (PAI) Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Indonesia Pendidikan Bahasa Inggris Pendidikan Biologi Pendidikan Ekonomi Pendidikan Fisika Pendidikan Geografi Pendidikan Kimia Pendidikan Matematika Pendidikan Olah Raga Pengembangan Masyarakat Pengembangan SDM Perbandingan Agama Perbandingan Hukum Perhotelan Perpajakan Perpustakaan Pertambangan Pertanian Peternakan PGMI PGSD PPKn Psikologi PTK PTK - Pendidikan Agama Islam Sastra dan Kebudayaan Sejarah Sejarah Islam Sistem Informasi Skripsi Lainnya Sosiologi Statistika Syari'ah Tafsir Hadist Tarbiyah Tata Boga Tata Busana Teknik Arsitektur Teknik Elektro Teknik Industri Teknik Industri-mesin-elektro-Sipil-Arsitektur Teknik Informatika Teknik Komputer Teknik Lingkungan Teknik Mesin Teknik Sipil Teknologi informasi-ilmu komputer-Sistem Informasi Tesis Farmasi Tesis Kedokteran Tips Skripsi