Isikan Kata Kunci Untuk Memudahkan Pencarian

Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Dengan Kecerdasan Emosional

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Manusia pada dasarnya terbagi atas dua unsur yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dua unsur tersebut adalah jasmani dan ruhani. Berbicara tentang manusia ideal, tentunya dikaitkan dengan unsur ruhani. Karena dari unsur ruhani inilah, manusia memiliki predikat paling mulia di antara makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Dan dari aspek ini pula, manusia memiliki derajat yang berbeda di antara manusia lainnya.
Ruh yang juga disebut an-nafs mempunyai dua daya, yaitu daya berpikir yang disebut al-‘aqal dan daya rasa yang disebut al-qalb. Al-‘aqal yang berpusat di kepala ini dapat diasah kemampuannya melalui proses berpikir. Kemudian dari hasil berpikir dan rasa ingin tahu manusia ini, menghasilkan ilmu pengetahuan dan peradaban.
Sedangkan al-qalb yang berpusat di dada, dapat dipertajam melalui latihan-latihan ibadah dan pengendalian emosi. Karena pada dasarnya semua ibadah yang diperintahkan Tuhan dan segala larangannya untuk mengarahkan manusia agar dekat kepada-Nya dan menjadi insan kamil. Baik al-‘aqal maupun al-qalb merupakan dua instrumen manusia yang tak dapat dicerai-beraikan.
Untuk dapat merealisasikan potensi manusia dan mewujudkan kesempurnaannya menurut As-Sahlani, hanya dapat diperoleh melalui proses pendidikan Islam. Pendidikan Islam akan mendekatkan manusia kepada tingkat kesempurnaan dan mengembangkan kemampuannya.
Pendidikan merupakan proses mendewasakan manusia yang mencakup intelektual, sosial dan moral. Sedemikian pentingnya nilai pendidikan sehingga menjadi salah satu tujuan didirikannya negara Indonesia sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 “…untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonsia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa…”
Namun realitas yang terjadi saat ini ternyata tidak sesuai dengan amanat pembukaan UUD 1945 di atas. Indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia terus menurun dalam lima tahun belakangan ini. Pada tahun 1995, Indonesia menduduki peringkat ke 104 dunia jauh di atas Vietnam yang saat itu berada di peringkat 120 dunia. Ironisnya, dalam tahun 2005 peringkat Indonesia merosot ke urutan 110 dunia sedangkan Vietnam naik menjadi peringkat 108 dunia.
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.
Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).
Disisi lain, tingkat kemorosotan akhlak dan spiritual cukup tinggi. Tawuran para remaja usia sekolah, pengedaran dan penggunaan narkoba, perbuatan asusila, perkelahian, dan tindak kekerasan lainnya melanda anak-anak muda penerus bangsa. Para pejabat daerah hingga pejabat tinggi Negara yang memiliki strata pendidikan tinggi juga memiliki krisis moral, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Pakar administrasi pemerintahan dari Universitas Airlangga Surabaya, Soetandyo Wignyosoebroto, mengatakan, korupsi di Indonesia sudah menjadi kebiasaan dan menjadi budaya masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, pemberantasan korupsi selain dengan cara menegakkan hukum, juga harus dimulai dengan mengubah konsep kultural masyarakat. Hal ini merupakan indikasi betapa rendahnya hasil pendidikan moral bangsa Indonesia.
Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan, banyak pihak siswa yang mengalami stres dan frustasi dalam proses belajar.
Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penilaian. Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti suatu pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya. Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar.
Belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal. Menurut Binet dalam buku Goleman, mengatakan, hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif.
Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi. Menurut Goleman, kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Intelligence (EI) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama.
Dalam proses belajar siswa, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua inteligensi itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EI merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah. Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional intelligence siswa .
Hasil beberapa penelitian di Center for Neural Science mengenai analisis struktur neurologis otak manusia dan penelitian perilaku oleh LeDoux (1970) menunjukkan bahwa dalam peristiwa penting kehidupan seseorang, EI selalu mendahului intelegensi rasional. EI yang baik dapat menentukan keberhasilan individu dalam prestasi belajar membangun kesuksesan karir, mengembangkan hubungan suami-istri yang harmonis dan dapat mengurangi agresivitas, khususnya dalam kalangan remaja.
Memang harus diakui bahwa mereka yang memiliki IQ rendah dan mengalami keterbelakangan mental akan mengalami kesulitan, bahkan mungkin tidak mampu mengikuti pendidikan formal yang seharusnya sesuai dengan usia mereka. Namun fenomena yang ada menunjukan bahwa tidak sedikit orang dengan IQ tinggi yang berprestasi rendah, dan ada banyak orang dengan IQ sedang yang dapat mengungguli prestasi belajar orang dengan IQ tinggi. Hal ini menunjukan bahwa IQ tidak selalu dapat memperkirakan prestasi belajar seseorang.
Menurut Goleman, khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
Dan pada sisi lain, pendidikan agama Islam, khususnya pendidikan aqidah akhlak, mempunyai andil besar dalam membentuk kepribadian seseorang. Kemajuan ilmu pengetahuan tanpa didasari dengan nilai-nilai aqidah akhlak akan menimbulkan kerusakan-kerusakan bagi kehidupan manusia, bahkan semakin tinggi ilmu pengetahuan semakin tinggi pula peralatan dan teknik membinasakan sesama manusia dan makhluk lainnya. Dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari bahwa para pelaku kejahatan seperti korupsi, penipuan, pembunuhan, dan pemerkosaan semakin menggejala disekitar lingkungan kita, tidak hanya dilakukan oleh orang-orang bodoh, tetapi juga dilakukan oleh orang-orang pintar dan berpangkat tinggi.
Semua peristiwa tersebut diatas tidak akan bisa ditanggulangi kecuali dengan akhlak sebagai penyelamat manusia, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Dan harus diingat bahwa akhlak yang dimaksud adalah akhlak menurut al-Quran dan al-Hadits Nabi Muhammad saw yang selalu mendapatkan ridha Allah swt.
Namun, dibalik rendahnya pendidikan akhlak di Indonesia, khususnya di Jakarta Utara yang terkenal dengan tawuran para pelajarnya, masih ada sejumlah pengelola pendidikan yang memberikan perhatian tinggi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan dekadensi moral generasi muda dengan mengoptimalkan pendidikan aqidah akhlak.
MTs Al-Mubasyirin yang berlokasi dekat dengan pantai Kalibaru Jakarta Utara merupakan salah satunya. Sekolah menengah pertama berciri khas Islam yang telah berusia ±12 tahun ini telah menunjukkan komitmennya dalam menekan perilaku-perilaku menyimpang di kalangan pelajar remaja seperti tawuran, pergaulan bebas, penggunaan, dan pengedaran narkoba.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk mengungkap lebih dalam tentang : korelasi antara prestasi belajar aqidah akhlak dengan kecerdasan emosional pada siswa kelas VIII di MTs Al-Mubasyirin Kalibaru Jakarta Utara.

B. Identifikasi Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan sejumlah permasalahan penelitian sebagai berikut :
File Selengkapnya.....

Teman KoleksiSkripsi.com

Label

Administrasi Administrasi Negara Administrasi Niaga-Bisnis Administrasi Publik Agama Islam Akhwal Syahsiah Akuntansi Akuntansi-Auditing-Pasar Modal-Keuangan Bahasa Arab Bahasa dan Sastra Inggris Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bimbingan Konseling Bimbingan Penyuluhan Islam Biologi Dakwah Ekonomi Ekonomi Akuntansi Ekonomi Dan Studi pembangunan Ekonomi Manajemen Farmasi Filsafat Fisika Fisipol Free Download Skripsi Hukum Hukum Perdata Hukum Pidana Hukum Tata Negara Ilmu Hukum Ilmu Komputer Ilmu Komunikasi IPS Kebidanan Kedokteran Kedokteran - Ilmu Keperawatan - Farmasi - Kesehatan – Gigi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Keperawatan Keperawatan dan Kesehatan Kesehatan Masyarakat Kimia Komputer Akuntansi Manajemen SDM Matematika MIPA Muamalah Olahraga Pendidikan Agama Isalam (PAI) Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Indonesia Pendidikan Bahasa Inggris Pendidikan Biologi Pendidikan Ekonomi Pendidikan Fisika Pendidikan Geografi Pendidikan Kimia Pendidikan Matematika Pendidikan Olah Raga Pengembangan Masyarakat Pengembangan SDM Perbandingan Agama Perbandingan Hukum Perhotelan Perpajakan Perpustakaan Pertambangan Pertanian Peternakan PGMI PGSD PPKn Psikologi PTK PTK - Pendidikan Agama Islam Sastra dan Kebudayaan Sejarah Sejarah Islam Sistem Informasi Skripsi Lainnya Sosiologi Statistika Syari'ah Tafsir Hadist Tarbiyah Tata Boga Tata Busana Teknik Arsitektur Teknik Elektro Teknik Industri Teknik Industri-mesin-elektro-Sipil-Arsitektur Teknik Informatika Teknik Komputer Teknik Lingkungan Teknik Mesin Teknik Sipil Teknologi informasi-ilmu komputer-Sistem Informasi Tesis Farmasi Tesis Kedokteran Tips Skripsi