Isikan Kata Kunci Untuk Memudahkan Pencarian

Hubungan Antara Kematangan Sosial Dengan Kecenderungan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja

BAB I

PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini remaja sering dipermasalahkan oleh masyarakat terutama para

orangtua dan pendidik. Salah satu dari sekian banyak masalah remaja adalah masalah

perilaku seks bebas. Masalah ini menjadi lebih hangat dibicarakan karena di lapangan

banyak ditemukan perilaku hubungan seks bebas di kalangan individu yang masih

berada dalam taraf pendidikan formal dan belum terikat dalam lembaga perkawinan.

Permasalahannya bukan saja dalam peningkatan frekuensi tapi juga pada

intensitasnya. Jadi tidak dapat diingkari, jika saat ini dampak negatif dari

penyalahgunaan seks cukup mengganggu ketentraman dalam kehidupan

bermasyarakat.

Kekeliruan individu yang masuk ke dunia seks bebas (free sex) sebenarnya

tidak sepenuhnya berasal dari diri mereka sendiri. Iklim kondusif membuat individu

banyak bertindak di luar batas. Situasi kondusif itu di antaranya adalah toleransi

yang longgar dari masyarakat terhadap perilaku yang melanggar moral. Sekarang

bila ada individu yang hamil di luar nikah sudah dinilai sebagai hal yang biasa.

Banyak sekali pemakluman soal moral yang menjadikan perilaku seks bebas itu

biasa.

Sebuah penelitian yang ditulis oleh sebuah surat kabar Jawa Pos,

menyebutkan bahwa di Jakarta ada 10,4% remaja yang bersekolah di SMU dan

Perguruan Tinggi yang sudah pernah melakukan hubungan seks diluar nikah

sedangkan di Surabaya ada 12,4%. Remaja yang tidak pernah melakukan hubungan

seks di luar nikah di Jakarta ada 89,6%, sedangkan di Surabaya ada 87,6%. Dari segi

pasangannya, remaja Jakarta yang melakukan hubungan seks di luar nikah dengan

pacarnya ada 73,6%, dengan temannya ada 15,1%, dan dengan PSK ada 8,5%,

sedangkan di Surabaya yang melakukan hubungan seks di luar nikah dengan

pacarnya ada 75,8%, dengan temannya ada 12,9%, dan dengan PSK ada 8,1%. Dari

segi usia, di Jakarta yang melakukan hubungan seks pranikah pada usia 17 tahun ada

27,4%, usia 18 tahun ada 13,2%, dan 15 tahun ada 11,3%, sedangkan di Surabaya

yang melakukan hubungan seks pranikah pada usia 19 tahun 23,7%, usia 18 tahun

ada 15,3%, dan usia 17 tahun ada 20,3% (Arianto, 2003).

Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan serta Pusat Pelatihan Bisnis dan

Humaniora (LSCK PUSBIH) telah melakukan penelitian tentang penyimpangan

perilaku remaja, khususnya perilaku seks di luar nikah pada remaja selama tiga tahun

dimulai pada bulan Juli 1999 hingga Juli 2002, dengan melibatkan sekitar 1.660

responden yang berasal dari 16 perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di

Yogya. Dari 1.660 responden itu, 97,05 persen mengaku sudah hilang

keperawanannya saat kuliah. Hanya ada tiga responden atau 0,18 persen saja yang

mengaku sama sekali belum pernah melakukan kegiatan seks, termasuk masturbasi

dan sama sekali belum pernah mengakses tontonan maupun bacaan berbau seks.

Berdasarkan hasil tersebut, total responden yang belum pernah melakukan hubungan

seks berpasangan hanya 2,95 persen atau 2,77 persen ditambah 0,18 persen.

Sementara sebanyak 97,05 persen telah melakukan kegiatan seks berpasangan.

Sebanyak 73 persen menggunakan metode coitus interuptus atau seks terputus.

Selebihnya menggunakan alat kontrasepsi yang dijual bebas di pasaran (Wijayanto,

2002).

Sadli dan Zainul Biran (Rustam, 1993) dari hasil penelitiannya terhadap

1156 pelajar yang berasal dari 46 SLTA di Jakarta yang berusia 16 – 20 tahun,

mendapatkan 6,06% pria dan 4,41% wanita pernah melakukan hubungan kelamin

dengan pacarnya. Pangkahila (1998) dalam penelitiannya terhadap 633 murid SLTA

di Denpasar dan Singaraja menemukan ada 155 murid yang telah atau pernah

melakukan hubungan seks sebelum perkawinan.

Di Amerika Serikat dan Eropa selama beberapa puluh tahun belakangan ini

jumlah prostitusi menjadi berkurang karena adanya perilaku seks bebas. Dalam

penelitian lain di Amerika Serikat, orang yang menyetujui perilaku seks bebas di luar

nikah umumnya memiliki alasan sebagai berikut : sebagai pelepasan dorongan atau

hasrat atau nafsu seks, untuk mendapatkan kepuasan fisik dan psikis, memupuk

penyesuaian emosional dengan pacar, melatih fisik dan mental dalam menghadapi

perkawinan, sebagai tes kapasitas seksual kedua belah pihak (karena kegagalan dalam

hubungan seksual di luar nikah, akibatnya akan lebih ringan daripada sesudah

menikah) dan bisa mendorong perkawinan (Tirtahusada dalam Soelistijo, 2002).

Fenomena di atas menunjukkan bahwa gejala perilaku seks bebas yang terjadi

pada remaja cukup memprihatinkan. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku

seks bebas pada remaja, menurut Tirtahusada (Soelistijo, 2002) ada beberapa keadaan

yang mendorong seseorang melakukan hubungan seks bebas, yaitu pernah melihat

video porno, suka datang ke tempat-tempat hiburan, banyaknya tempat untuk

berkencan bagi remaja, longgarnya ikatan moral, tata susila, turunnya standart nilai

keperawanan pada saat nikah dan kematangan sosial seperti tidak memperdulikan

batas-batas pertemanan antara lawan jenis. Kematangan sosial diartikan sebagai

tingkah laku sosial yang dimiliki atau yang diperlihatkan individu yang sesuai dengan

taraf perkembangan sosialnya. Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk

individual maka dalam tindakanya juga menjurus pada kepentingan masyarakat

(Walgito, 1987).

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

dewasa, sehingga remaja cenderung untuk mencari identitas dirinya. Di satu sisi

lingkungan masih menganggapnya sebagai anak-anak dan sisi lain remaja ingin

diakui sebagai orang dewasa yang bisa menyelesaikan segala persoalan yang

dihadapinya. Kartono (1989) mengatakan bahwa watak atau pribadi seseorang yang

sudah dewasa itu pasti dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman hidup masa lalu,

dipengaruhi oleh perkembangan di masa lampau, khususnya dipengaruhi oleh

pengalaman-pengalaman hidup masa kanak-kanak. Karena itu setiap periode

perkembangan baru selalu bertalian erat dengan periode yang mendahuluinya. Hal ini

menunjukkan hidup manusia merupakan satu kesatuan yang bulat.

Schullz (1991) mengatakan bahwa pengenalan diri yang memadai menuntut

pemahaman tentang hubungan atau perbedaan antara gambaran tentang diri yang

dimiliki seseorang dengan dirinya, menuntut keadaan yang sesungguhnya. Semakin

dekat hubungan antara kedua gagasan ini, maka individu akan semakin matang.

Surachmad (1980) mengatakan bahwa kematangan menunjukkan adanya

perubahan-perubahan dalam tingkah laku manusia yang dipengaruhi oleh perubahan

dari manusia itu sendiri. Dengan istilah belajar ditunjukkan adanya tingkah laku

manusia sebagai pengaruh pengalaman-pengalaman yang dijumpai oleh manusia

dalam hidupnya. Hal ini berarti, adanya pengalaman yang dijumpai oleh seseorang

akan memberikan pengaruh terhadap kemasakan pribadi yang bersangkutan, dengan

pengalaman, manusia belajar menemukan sesuatu gambaran mengenai dirinya sendiri

serta berbagai perilaku atau perbuatan yang ditimbulkannya, dengan pengalaman

pula, seseorang akan mempelajari hal-hal yang diperolehnya dari lingkungan sekitar

atau lingkungan sosialnya.

Di dalam kehidupan manusia tidak dapat lepas dari masalah sosial. Dalam diri

individu mempunyai kondisi ketidaktergantungan, adanya inisiatif untuk berprestasi,

adanya perbedaan respon terhadap stimulus yang berbeda, kemampuan penerapan

pengetahuan, mampu berkomunikasi, peka terzhadap kebutuhan orang lain, juga

adanya peningkatan kemampuan untuk menghubungkan kepuasan-kepuasan

kebutuhan-kebutuhan psikoseksual, kontrol diri yang cukup, kemauan bertanggung

jawab dan percaya diri (Pikunas dan Albercht dalam Daryanto, 1999).

Kematangan sosial akan mempengaruhi motivasi berprestasi karena tuntutan

kompetitif di lingkungan sosial akan mendorong atau memotivasi individu untuk

lebih berhasil dari yang lainya. Individu juga dituntut untuk berprestasi yaitu

menguasai, memanipulasi, mengatur lingkungan sosial, mengatasi rintangan dan

memelihara kualitas prestasi yang tinggi, bersaing untuk melebihi perbuatanya yang

lampau dan mengungguli orang lain (Hall dan Linzey dalam Siswanto, 1996).

Lingkungan sosial ini bisa dari kehidupan diri sendiri yang dipengaruhi oleh

kehidupan ekonominya, pendidikan orang tua, jumlah anak dalam keluarga, sedang

dari luar misalnya lingkungan masyarakat hubungan interaksi dengan teman dan

pengaruh pergaulan sehingga dengan pengalaman-pengalaman tersebut akan

mempengaruhi perkembangan sosialnya.

Kematangan sosial tidak diperoleh dari faktor bawaan, tapi diperoleh dari

pengalaman-pengalaman hidup individu, pendidikan yang diberikan oleh orang tua

dan lingkungan masyarakat serta faktor-faktor lainnya. Tujuan keseluruhan dari

setiap individu adalah ingin mencapai tingkat kematangan sosial dan dapat memenuhi

tingkat aktualisasi diri yang baik. Oleh karena itu remaja yang memiliki kamatangan

sosial akan mampu membedakan mana perilaku yang harus diikuti dan diteladani

serta mana perbuatan atau perilaku yang harus di tinggalkan. Semakin tinggi

kematangan sosial remaja maka akan semakin rendah kecenderungan berperilaku

seks bebas pada remaja, demikian sebaliknya (Walgito, 1987).

Berdasarkan kenyataan tersebut maka remaja rentan sekali dengan

terpengaruh oleh lingkungan sekitar dan oleh media cetak maupun media televisi

serta adanya video porno yang dapat membuat remaja ingin mencoba melakukan

perilaku seks sebelum nikah, dengan demikian betapa pentingnya remaja mengetahui

dan memahami tentang perilaku seks yang benar agar remaja tidak terjebak dalam

perilaku seks pranikah. Bagi remaja yang mempunyai kematangan sosial yang baik

maka remaja akan dapat memilih mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak

boleh dilakukan oleh remaja dalam bergaul dengan lawan jenis. Dengan begitu

remaja tidak mudah terpengaruh dengan adanya media cetak, televisi dan video porno

yang memutar film yang berbau seks. Semakin tinggi kematangan sosial remaja maka

semakin rendah kecenderungan perilaku seks bebas pada remaja.

Mengacu pada uraian-uraian dan teori yang telah dijelaskan di atas maka

dapat dibuat rumusan masalah apakah ada hubungan kematangan sosial dengan

kecenderungan perilaku seks bebas pada remaja ?. Sehubungan dengan rumusan

masalah tersebut di atas maka penulis tertarik untuk menguji secara empirik dan

mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Kematangan Sosial Dengan

Kecenderungan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja”.

B. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui hubungan antara kematangan sosial dengan kecenderungan perilaku

seks bebas pada remaja.

2. Mengetahui seberapa besar peranan kematangan sosial terhadap kecenderungan

perilaku seks bebas pada remaja.

3. Mengetahui seberapa besar kematangan sosial pada remaja.

4. Untuk mengetahui seberapa besar kecenderungan perilaku seks bebas pada

remaja.


C. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah :
File Selengkapnya.....

Teman KoleksiSkripsi.com

Label

Administrasi Administrasi Negara Administrasi Niaga-Bisnis Administrasi Publik Agama Islam Akhwal Syahsiah Akuntansi Akuntansi-Auditing-Pasar Modal-Keuangan Bahasa Arab Bahasa dan Sastra Inggris Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bimbingan Konseling Bimbingan Penyuluhan Islam Biologi Dakwah Ekonomi Ekonomi Akuntansi Ekonomi Dan Studi pembangunan Ekonomi Manajemen Farmasi Filsafat Fisika Fisipol Free Download Skripsi Hukum Hukum Perdata Hukum Pidana Hukum Tata Negara Ilmu Hukum Ilmu Komputer Ilmu Komunikasi IPS Kebidanan Kedokteran Kedokteran - Ilmu Keperawatan - Farmasi - Kesehatan – Gigi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Keperawatan Keperawatan dan Kesehatan Kesehatan Masyarakat Kimia Komputer Akuntansi Manajemen SDM Matematika MIPA Muamalah Olahraga Pendidikan Agama Isalam (PAI) Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Indonesia Pendidikan Bahasa Inggris Pendidikan Biologi Pendidikan Ekonomi Pendidikan Fisika Pendidikan Geografi Pendidikan Kimia Pendidikan Matematika Pendidikan Olah Raga Pengembangan Masyarakat Pengembangan SDM Perbandingan Agama Perbandingan Hukum Perhotelan Perpajakan Perpustakaan Pertambangan Pertanian Peternakan PGMI PGSD PPKn Psikologi PTK PTK - Pendidikan Agama Islam Sastra dan Kebudayaan Sejarah Sejarah Islam Sistem Informasi Skripsi Lainnya Sosiologi Statistika Syari'ah Tafsir Hadist Tarbiyah Tata Boga Tata Busana Teknik Arsitektur Teknik Elektro Teknik Industri Teknik Industri-mesin-elektro-Sipil-Arsitektur Teknik Informatika Teknik Komputer Teknik Lingkungan Teknik Mesin Teknik Sipil Teknologi informasi-ilmu komputer-Sistem Informasi Tesis Farmasi Tesis Kedokteran Tips Skripsi