Isikan Kata Kunci Untuk Memudahkan Pencarian

Hubungan antara Keterbukaan Diri Dengan Social Loneliness Pada Remaja Penyandang Cacat Tubuh

BAB I

PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah

Manusia, dalam perjalanan hidupnya banyak mengalami perubahan yang

mengarah pada suatu perkembangan jasmani maupun rohani. Perkembangan manusia

menurut Hurlock (1996) dibagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama disebut

prenatal yaitu perkembangan pada masa bayi, lalu pada masa kanak-kanak, masa

kanak-kanak akhir dan masa awal remaja, usia tengah baya dan terakhir usia lanjut.

Pada masa remaja terjadi suatu peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa, pada masa ini sikap, cara berpikir serta cara bertindak mengalami suatu

perubahan dimana dalam bersikap, berpikir maupun bertindak mengalami suatu

perubahan ke arah yang lebih matang. Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-

sifat masa transisi atau peralihan, hal itu nampak adanya suatu gejala yang tiba-tiba

dalam permulaan masa remaja yaitu gejala timbulnya seksualitas yang pada

umumnya terjadi antara umur 12 sampai 16 tahun pada anak laki-laki dan 11 sampai

15 tahun pada anak wanita.

Struktur remaja bermula dari masa kanak-kanak, berlanjut memasuki masa

remaja. Pada masa kanak-kanak akhir ini biasanya terdapat ciri khas memasuki masa

remaja. Oleh karena itu jika pada masa kanak-kanak sudah berkembang prasangka,

maka pada saat menginjak masa remaja prasangka itu tetap ada dan bisa bertambah

dan berkurang. Dalam Hurlock (1980) dikatakan bahwa bertambah dan berkurangnya

prasangka dan diskriminasi selama masa-masa remaja sangat dipengaruhi oleh

lingkungan dimana remaja berada dan sikap serta perilaku rekan-rekan dan teman-

temannya. Remaja sebagai kelompok cenderung lebih pemilih dalam memilih rekan

dan teman baik dibandingkan ketika masih kanak-kanak. Oleh karena itu, remaja

yang mempunyai latar belakang psikis, sosial atau ekonominya berbeda kurang

disenangi dibandingkan dengan remaja yang latar belakangnya sama. Misalnya,

remaja yang mengalami cacat pada fisiknya akan cenderung memilih bergaul dengan

teman yang senasib dengannya. Bila menghadapi teman-teman yang kurang cocok

dan berlainan latar belakang, remaja cenderung tidak mempedulikan dan enggan

untuk bergaul secara dekat (Osterrieth dalam Hurlock, 1980).

Memasuki dunia cacat berarti sebuah dunia pengecualian, di sini secara

tersirat mengandung pengertian dunia yang biasa disebut abnormal. Cacat bawaan

atau sejak lahir yang disandang berbeda dengan cacat yang diderita pada masa

pertumbuhan atau bukan bawaan. Penyandang cacat bawaan lebih dapat

menyesuaikan diri karena sejak kecil sudah terbiasa melakukan aktivitas dengan

keadaan tubuh yang tidak sempurna sehingga lebih dapat menerima dirinya.

Sedangkan penyandang cacat tubuh bukan bawaan sulit bersosialisasi dengan

lingkungan. Kondisi fisik yang mengalami kelainan menyebabkan individu menjadi

lebih mudah tersinggung, merasa takut, lebih sensitif, pasif dan termenung. Ada

sebagian kapasitas yang dimiliki oleh orang-orang yang bukan penyandang cacat

tubuh tidak didapat pada orang-orang penyandang cacat tubuh. Oleh karena itu

penyandang cacat tubuh mempunyai kesulitan lebih besar dalam menjalani kehidupan

bersosialisasi dibandingkan dengan sesamanya yang tidak menyandang cacat tubuh,

karena aktivitas penyandang cacat tubuh menghadapi hambatan dalam melakukan

aktivitas sehari-hari, sebagaimana menurut Rehabilitasi Internasional (dalam Adila,

1996).

Menurut Hammerman dan Maikowaki (Sukartono, 1976), konsep dasar

mengenai cacat tubuh ada 3 macam, yaitu impairment, disability dan handicap.

Impairment disebabkan adanya abnormalitas secara fisik, disini terjadi kemunduran

dalam fungsi atau kehilangan partial dari fungsi yang disebabkan oleh penyakit atau

luka. Sedangkan disability disebabkan berkurangnya suatu kemampuan untuk

melakukan aktivitas secara wajar hal ini dikarenakan organ tubuh yang cacat berat,

tidak ada (tidak berfungsi) rusak, terganggu yang berkaitan dengan gangguan

fungsional. Handicap, dimana keadaan yang diderita oleh individu akibat

disandangnya suatu impairment maupun disability. Individu disini memiliki

kemampuan di bawah normal yang mempunyai cacat anatomis atau fungsional

sehingga membuat diri seseorang sulit untuk bersaing dengan kawan sebayanya.

Dengan adanya rehabilitasi memungkinkan penyandang cacat tubuh mampu

melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

Rehabilitasi disini bertujuan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan

fisik, mental dan sosial penyandang cacat, agar penyandang cacat tubuh mau dan

mampu untuk bekerja sesuai dengan tingkat kemampuan, pendidikan, minat dan

pengalamannya, sehingga penyandang cacat tubuh mampu mandiri dalam kehidupan

dan penghidupan dalam masyarakat.

Kemampuan cacat tubuh untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan

masyarakat di sekelilingnya tidak terbentuk dengan sendirinya. Kemampuan ini

diperoleh dengan kemauan, usaha dan dorongan dari orang lain yang dekat dengan

penderita. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting bagi penyesuaian diri bagi

penderita cacat tubuh. Bila keluarga dan lingkungan dapat menerima penderita apa

adanya, maka penderita dapat dengan mudah melakukan penyesuaian lingkungan.

Si penderita cacat tubuh akan merasa terasing dalam hubungan sosialnya

dengan lingkungan, hal ini dimungkinkan karena adanya prasangka negatif dari

penderita cacat tubuh terhadap kapasitas yang dimilikinya. Penderita cacat tubuh akan

mempunyai kesulitan bergaul yang lebih besar dalam menjalani kehidupan

dibandingkan dengan sesama teman yang tidak menderita cacat tubuh. Dan ini dapat

menyebabkan timbul sikap egosentris, fanatik, serta tuntutan yang berlebihan sebagai

bentuk kompensasi atas kekurangan yang dirasakannya (Johnson dan Meddinus,

1974).

Dalam menghadapi tantangan dan tuntutan, penderita cacat tubuh harus

memiliki keterbukaan diri dan pemahaman tentang siapa dirinya serta usaha untuk

pengembangan lebih lanjut. Pada penderita cacat tubuh yang mau membuka diri

berarti orang tersebut mengenali siapa dirinya dan bagaimana dirinya saat ini.

Sedangkan pada penderita cacat tubuh yang tidak dapat membuka diri akan merasa

dirinya tidak berharga. Sehingga keterbukaan dalam komunikasi sangat diperlukan

agar tumbuh saling pengertian, menghargai dan bermanfaat bagi kedua belah pihak

yang berhubungan. Dan sebaliknya sikap yang tertutup dalam komunikasi akan

mengganggu bahkan akan merusak hubungan dalam masyarakat oleh karena itu

keterbukaan diri dalam hubungan sosial mutlak diperlukan.

Keterbukaan diri merupakan faktor yang berpengaruh dalam hubungan antara

manusia. Adanya keterbukaan diri yang terjadi secara timbal balik dan secara terus

menerus akan meningkatkan keintiman antar pribadi. Sears (1988) menjelaskan

bahwa fungsi keterbukaan akan berjalan dengan baik bila mengandung unsur-unsur

tertentu. Unsur-unsur tersebut yaitu hubungan yang terus menerus dan

mempertimbangkan dengan penuh perhatian dan perasaan serta reaksi penerimaan

yang penuh pertimbangan.

Untuk menimbulkan sikap terbuka memang tidak selamanya mudah bagi

setiap remaja walaupun pada umumnya remaja sudah dianggap mempunyai

penyesuaian yang baik dengan lingkungannya. Melalui diskusi dengan keluarga,

sahabat, maupun lingkungan sosial mengenai masalah yang dihadapinya berarti

remaja telah membuka dirinya. Keterbukaan diri yang dimaksud adalah proses

pengkomunikasian secara verbal dan disengaja tentang diri pribadi kepada orang lain

sehingga memungkinkan bagi orang lain untuk mengenal secara benar dan dekat

individu yang membuka diri tersebut.

Lake (1996) mengemukakan bahwa social loneliness merupakan masalah

sosial pada setiap individu yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan adanya rasa social loneliness pada orang yang kehilangan salah satu anggota

badannya adalah akibat dari kecelakaan yang berasal dari keengganannya untuk

menerima bahwa orang lain bisa memahami keadaan, perasaan dan nilai pengalaman

hidup.

Social loneliness juga merupakan penyakit perilaku hal ini disebabkan oleh

ketidakmampuan berkomunikasi dengan orang lain, mungkin sebagai akibat

kurangnya kesempatan atau individu tersebut tidak memiliki keterampilan yang

dibutuhkan akibat dari kecelakaan yang dideritanya.

Remaja yang mengalami social loneliness sering mengalami kecemasan

dalam kehidupannya, terkadang memang sudah menunjukkan kepribadian yang

kurang mantap dan merasa rendah diri. Social loneliness merupakan bagian hidup

dari manusia, lama atau sebentar perasaan sepi itu tergantung pada mental orang dan

penyebabnya.

Menurut May yang dikutip oleh Koeswara (1987). Social loneliness adalah

perasaan tidak diterima dan terasing dari dunia luar sehingga menimbulkan perasaan

sengsara yang mengakibatkan perasaan frustasi, rasa putus asa serta kehilangan

kontak dengan orang lain yang mengakibatkan rasa rendah diri, rasa ditolak bahkan

depresi yang berkepanjangan.

Sears dkk (1988) berpendapat social loneliness adalah kegelisahan subjektif

yang dirasakan individu pada saat hubungan sosialnya kehilangan ciri-ciri

pentingnya, hilangnya ciri-ciri tersebut bersifat kuantitatif dan kualitatif. Hilangnya

ciri-ciri yang bersifat kuantitatif misalnya : bila individu tidak mempunyai teman atau

jumlah teman yang dimiliki tidak sesuai dengan harapan. Hilangnya ciri-ciri yang

bersifat kualitatif misalnya bila individu merasa hubungan yang terjalin dengan

temannya kurang mendalam, kurang memuaskan dan tidak sesuai dengan harapan.

Pada penderita cacat tubuh, kondisi yang mempercepat rasa social loneliness

dikarenakan adanya perubahan sosial yang kurang harmonis. Hal ini akan

menimbulkan social loneliness pada penderita cacat tubuh ditambah lagi adanya

sikap masyarakat yang menghindari penderita cacat tubuh karena tidak pantas bergaul

dengan penderita cacat tubuh. Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa terisolasi

secara psikis, tidak terkecuali penderita cacat tubuh. Ia memerlukan pengarahan diri

keluar pada orang lain, ia membutuhkan kontak dan komunikasi dengan orang lain, ia

ingin dicintai dan mencintai dan dihargai orang lain, ia ingin berdialog dan

mengadakan pertemuan dengan orang lain. Hal tersebut merupakan salah satu

hambatan yang terjadi pada penderita cacat tubuh, sebab pada penderita cacat tubuh

dalam bersosialisasi sulit untuk bergaul dengan orang normal sehingga dirinya

merasa terputus dari segala aktivitas dan hubungan sosial dengan lingkungan terdekat

maupun masyarakat. Hal ini akan menimbulkan konflik kemudian memanifestasikan

diri dalam tingkah laku yang tertutup atau berwujud perilaku melarikan diri dan

menarik diri dari lingkungan sosial yang menyebabkan penderita cacat tubuh

mengalami social loneliness.

B. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hubungan antara keterbukaan diri dengan social loneliness

pada subyek penelitian.

2. Untuk mengetahui seberapa besar keterbukaan diri remaja pada subyek penelitian.

3. Untuk mengetahui seberapa besar social loneliness pada subyek penelitian.

4. Untuk mengetahui peranan atau sumbangan efektif keterbukaan diri terhadap

social loneliness pada subyek penelitian.



C. Manfaat Penelitian

1. Dari segi teoritis, diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi sumbangan ilmu

pengetahuan pada umumnya, khususnya psikologi sosial.

2. Dari segi praktis, diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi

remaja, orang tua maupun pendidik.
File Selengkapnya.....

Teman KoleksiSkripsi.com

Label

Administrasi Administrasi Negara Administrasi Niaga-Bisnis Administrasi Publik Agama Islam Akhwal Syahsiah Akuntansi Akuntansi-Auditing-Pasar Modal-Keuangan Bahasa Arab Bahasa dan Sastra Inggris Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bimbingan Konseling Bimbingan Penyuluhan Islam Biologi Dakwah Ekonomi Ekonomi Akuntansi Ekonomi Dan Studi pembangunan Ekonomi Manajemen Farmasi Filsafat Fisika Fisipol Free Download Skripsi Hukum Hukum Perdata Hukum Pidana Hukum Tata Negara Ilmu Hukum Ilmu Komputer Ilmu Komunikasi IPS Kebidanan Kedokteran Kedokteran - Ilmu Keperawatan - Farmasi - Kesehatan – Gigi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Keperawatan Keperawatan dan Kesehatan Kesehatan Masyarakat Kimia Komputer Akuntansi Manajemen SDM Matematika MIPA Muamalah Olahraga Pendidikan Agama Isalam (PAI) Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Indonesia Pendidikan Bahasa Inggris Pendidikan Biologi Pendidikan Ekonomi Pendidikan Fisika Pendidikan Geografi Pendidikan Kimia Pendidikan Matematika Pendidikan Olah Raga Pengembangan Masyarakat Pengembangan SDM Perbandingan Agama Perbandingan Hukum Perhotelan Perpajakan Perpustakaan Pertambangan Pertanian Peternakan PGMI PGSD PPKn Psikologi PTK PTK - Pendidikan Agama Islam Sastra dan Kebudayaan Sejarah Sejarah Islam Sistem Informasi Skripsi Lainnya Sosiologi Statistika Syari'ah Tafsir Hadist Tarbiyah Tata Boga Tata Busana Teknik Arsitektur Teknik Elektro Teknik Industri Teknik Industri-mesin-elektro-Sipil-Arsitektur Teknik Informatika Teknik Komputer Teknik Lingkungan Teknik Mesin Teknik Sipil Teknologi informasi-ilmu komputer-Sistem Informasi Tesis Farmasi Tesis Kedokteran Tips Skripsi