Isikan Kata Kunci Untuk Memudahkan Pencarian

Hubungan Antara Moralitas Dan Pendidikan Seksualitas Dengan Perilaku Deviasi Seksual Pada Remaja

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan masa yang menarik untuk diperhatikan, karena
masa remaja merupakan masa dimana individu dihadapkan pada berbagai
tantangan dan masalah, baik itu masalah perkembangan maupun masalah
lingkungan sosialnya. Masa remaja yang dilalui oleh anak tidak ubahnya sebagai
suatu jembatan penghubung antara masa tenang yang selalu bergantung pada
pertolongan dan perlindungan dari orang tua dengan masa berdiri sendiri,
bertanggung jawab dan berpikir matang.
Istilah remaja atau adolescence berasal dari kata latin yaitu adolescare
yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence ini mempunyai arti yang
sangat luas mencakup kematangan mental, emosional, dan fisik (Hurlock, 1990)
Salah satu permasalahan remaja yang muncul dewasa ini adalah masalah
perilaku seksual di kalangan remaja, dimana masalah ini merupakam masalah
yang sensitif dan rawan, yang tidak hanya menyangkut segi moral semata tetapi
juga etika, agama dan latar belakang sosial ekonomi. Hal ini tentu akan
memunculkan kekhawatiran bagi semua pihak, orang tua maupun masyarakat.
Saat seseorang memasuki masa remaja, diharapkan mampu memenuhi
tuntutan sosial untuk menjadi generasi penerus yang tangguh. Akan tetapi remaja
juga dihadapkan pada persoalan pribadi yang dipengaruhi oleh perubahan secara
biologis dan akan berpengaruh pada perjalanan kehidupannya. Pada masa ini
fungsi hormon meningkat, sehingga kemasakan seksual yang disertai dengan
gejolak yang berasal dari timbulnya dorongan seksual dapat menimbulkan
keinginan-keinginan yang tidak mudah dipahami (Gunarsa,1989). Berfungsinya
hormon-hormon seksual dan kemasakan organ seks berpengaruh terhadap
timbulnya perubahan sikap dan perilaku sosial remaja yang ditunjukan dengan
beralihnya perhatian dan keinginan mengadakan kontak fisik yang diwarnai nafsu
seksual (Monks, dkk, 1994).
Manusia dalam kehidupannya belajar berteman dan bercinta, demikian
pula halnya dengan perkembangan seksualitas. Karena merupakan proses belajar
bersama, maka kebiasaan dan budaya suatu masyarakat dapat menentukan apakah
tindakan seksual di suatu tempat yang dianggap normal dan baik, mungkin akan
menjadi hal yang amat tabu dalam masyarakat lain. Masa remaja ditandai dengan
pengalaman-pengalaman baru yang sebelumnya belum pernah terbayang dan
dialami. Menstruasi pertama bagi kaum wanita dan keluarnya sperma dalam
mimpi basah pertama bagi kaum pria, merupakan tonggak pertama dalam
kehidupan manusia yang menunjukkan bahwa mereka sedang dalam perjalanan
usia remaja yang indah dan penuh tanda tanya.
Remaja dalam pertumbuhan fisik biologisnya, maka kemasakan hormon
dalam tubuhnya sangat mempengaruhi kemasakan seksualnya dengan timbulnya
dorongan-dorongan seksual yang semakin hidup dan bergelora. Minat terhadap
jenis kelamin lain mulai berkembang dalam arti yang khusus, sedang pengenalan
terhadap diri sendiri ternyata masih sangat kurang. Perkembangan kejiwaan yang
tidak mendapat penjelasan sebagaimana mestinya akan selalu merupakan
pertanyaan yang mengganggu dan sangat mengusik ketenangan hidup kaum
remaja (Basri, 1994).
Satoto (1992) berpendapat bahwa kelompok remaja pada umumnya suka
bereksperimen khususnya dibidang seks, tetapi sayangnya belum mendapat
informasi yang cukup tentang akibat yang mungkin timbul dari perilaku tersebut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Satoto (1992) terhadap remaja yang
berdomisili di Semarang, Pati, Magelang, Solo, Pekalongan dan Purwokerto
menunjukkan 60 % dari 600 pelajar yang diteliti pernah melakukan hubungan
seksual sebelum nikah. Sedangkan penelitian yang dilakukan BAPENKAR
tingkat I 1992 menunjukkan bahwa 42 % remaja nakal rawan mengaku pernah
melakukan hubungan seks.
Rasa ingin tahu dan selalu bereksperimen serta coba-coba dalam diri
remaja memberikan dorongan bagi remaja untuk mencari informasi dengan
berbagai cara sebagai upaya penyaluran kebutuhan seksual mereka, tanpa adanya
informasi yang jelas dan benar menyebabkan terjadinya perilaku seksual
menyimpang atau bisa disebut deviasi seksual yang sering dilakukan remaja.
Bentuk deviasi seksual yang abnormal dan preverance (buruk, jahat,
patologis) adalah perilaku seks yang tidak bertanggung jawab dan didorong oleh
kompulsi serta dorongan yang abnormal. Ketidakwajaran seksual itu mencakup
perilaku-perilaku seksual atau fantasi yang diarahkan pada pencapaian orgasme
lewat hubungan dengan lawan jenis atau dengan pasangan yang belum dewasa,
yang tentunya bertentangan dengan norma tingkah laku seksual dalam masyarakat
yang bisa diterima secara umum (Kartono, 1989).
Basri (1994) meyebutkan jenis-jenis perilaku deviasi seksual yang sering
dilakukan oleh remaja, diantaranya adalah : Masturbasi atau onani, fetishism,
exibisionism, veyeurism, homoseksual, prostitusi, perkosaan, pergaulan bebas atau
free sex dan kehidupan bersama tanpa nikah.
Permasalahan yang kian marak tentang perilaku seks pada remaja yang
menjurus pada penyimpangan atau deviasi seksual, seyogyanya orang tua serta
elemen-elemen pendidik di masyarakat dapat memberikan pendidikan yang
integral kepada anak-anaknya. Dalam hal ini termasuk dalam menginformasikan
permasalahan seksualitas yang akurat dan informatif, karena telah sekitar dua
dasawarsa, masalah seksualitas remaja mendapat sorotan di masyarakat. Berbagai
penelitian dilakukan, ironisnya banyak sekali perilaku deviasi seksual remaja yang
menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah insiden hubungan seks bebas,
kekerasan seksual remaja, kehamilan diluar nikah, permintaan aborsi serta
berkembangnya berbagai penyakit menular seksual.
Penelitian yang dilakukan Atmosiswoyo dan Subyakto (Dian, 2004)
disekitar Jabotabek pada tahun 1991 menemukan bahwa telah banyak pelajar
SLTP yang berkencan dengan WTS dan menemukan kasus pesta seks dikalangan
anak usia 14 tahunan, lima anak perempuan dan laki-laki saling berhubungan dan
bertukar pasangan disebuah villa atau biasa kita sebut dengan pesta seks
dikalangan remaja yang telah masuk dalam kategori free seks.
Adapun permasalahan yang terjadi di kota lainnya, di Surabaya
diperkirakan 37.000 dari 630.283 pelajar SLTA (5,9 %) pernah melakukan
hubungan seksual (Suara karya, 3 maret 1997,Ernaningsih), seorang siswi SMU
diperkosa oleh tiga orang temannya secara bergiliran (Harian Jawa Pos, 10
September 1998, Ernaningsih). Data pada tahun 2000 terlihat dari 23 kasus
perkosaan mulai Januari hingga akhir tahun 2000, sebanyak 26 % pelaku
perkosaan dilakukan oleh teman atau pacar, 13 % dilakukan oleh keluarga dekat,
keluarga jauh 3 %, orang asing 9,5 %, dan pelaku perkosaan yang dilakukan oleh
tetangga sebanyak 39 % (Anisa, 2000). Dalam data tersebut diatas dapat terlihat
begitu besar persentase dari kasus perkosaan yang dilakukan oleh teman atau
pacar yang sebagian besar berstatus sebagai remaja yang ditunjukkan dengan
angka 26 %.
Permasalahan deviasi seksual remaja puber ini tidak terjadi begitu saja
karena setiap masalah memiliki sebab dan faktor kolektif yang memberikan andil
terhadap munculnya masalah-masalah perilaku tersebut. Data statistik
menunjukkan, 8-10 juta populasi pria di Indonesia pada suatu waktu terlibat
pengalaman homoseksual (http://www.tif.trisakti.ac.id), yang pada masa sekarang
ini lebih banyak perkumpulan bagi kaum homoseksual dan kaum lesbian yang
telah banyak terpublikasi secara terang-terangan. Terlepas dari masih adanya
remaja-remaja yang belum mengerti tentang homoseks dan lesbian terdapat 3
responden dari 417 subjek di Jakarta yang mengaku sebagai homoseks, seorang
diantaranya adalah lesbian (Wanita). Jumlah ini cukup kecil (0,7 %), tetapi cukup
untuk membuat kita waspada terhadap perilaku remaja yang telah masuk dalam
perilaku deviasi seksual.
Permasalahan yang dapat pula menyebabkan terjadi penyimpangan
seksual dewasa ini yaitu dengan diperolehnya hak atas kesempatan pendidikan
dan sekolah yang sama antara pria dan wanita, memungkinkan pria dan wanita
untuk bertemu bebas. Remaja dapat berdiskusi berbagai hal, memperoleh ilmu
kejenjang yang lebih tinggi, remaja meninggalkan rumah kelain kota bahkan
sampai keluar negeri. Remaja tinggal sementara disuatu daerah dengan tujuan
mencari ilmu, tanpa pengawasan langsung dari orang tua, remaja ini biasa disebut
remaja kos atau remaja pondokan.
Pengawasan dan perhatian orang tua yang kurang memadai merupakan
salah satu penyebab untuk melakukan perilaku penyimpangan seksual (Mulyono,
1990). Karena rendahnya pengawasan sehingga remaja pondokan cenderung
bebas melakukan kegiatan apa saja yang diinginkannya. Seperti pergi ke diskotik,
pulang larut malam, membawa teman-teman kencan ke kos, sampai melakukan
penyimpangan-penyimpangan perilaku seksual yang tidak sesuai dengan norma
agama, adat serta tidak bertanggung jawab (Sarwono, 1981).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh GRK (Gerakan Remaja
untuk Kependudukan) pada tahun 1981 di Jakarta, terhadap 417 responden yang
berusia remaja antara 15-21 tahun, dengan responden pria 54,2% dan 45,8%
wanita. Didapat data bahwa persentase yang melakukan onani adalah 31%
responden pria, sedangkan diantara responden wanita jumlah yang bermasturbasi
adalah 20,4%. Angka ini tidak begitu besar jika dibandingkan dengan hasil-hasil
penelitian diluar negeri, tetapi untuk Indonesia dimana agama pada umumnya
melarang dengan ketat onani dan masturbasi, angka-angka ini cukup mengejutkan,
terutama mengenai masturbasi dikalangan remaja putri. Usia rata-rata pertama
kali onani dan masturbasi pada responden putra adalah 14 tahun sedangkan pada
responden putri adalah 15 tahun (Sarwono, 1981).
Penelitian baru-baru ini di Yogyakarta, Agustus 2002, dari 2000
responden mahasiswi hanya 0,18 % yang belum pernah melakukan kegiatan
seksual termasuk masturbasi, sedangkan 97,05 % telah melakukan ”intercouse”
pranikah.( http://www.menegpp.go.id), di Yogyakarta setiap bulan ada 30 anak
kos yang hamil. Di Palembang tercatat 20% mahasiswi melakukan hubungan seks
pranikah. Di Surabaya, 6 dari 10 gadis tidak perawan lagi. Dalam catatan Dr.
Boyke Dian Nugraha diperkirakan 20-15 persen remaja Indonesia pernah ngeseks
sebelum nikah. (http://www.geocities.com/pks_saudi/teks_khutbah_idul adha_
1424H.htm.
Di kalangan remaja yang berstatus pelajar atau mahasiswa/mahasiswi
justru semakin "hebat" yakni 97,05 persen mahasiswi di Yogyakarta mengaku
sudah tidak perawan karena melakukan seks pranikah atau kehilangan virginitas
(keperawanan) semasa kuliah. Penelitian paling "gres" (paling mutakhir) ini
dilakukan Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan serta Pusat Latihan Bisnis dan
Humaniora (LSCK & Pusbih) Yogyakarta pada kurun tiga tahun sejak Juli 1999
hingga Juli 2002. Responden yang dilibatkan mencapai 1.660 mahasiswi yang
berasal dari 16 perguruan tinggi negeri dan swasta di "kota pelajar" Yogyakarta.
Hasilnya dibeberkan pada 1 Agustus 2002, bahwa 97,05 persen mahasiswi tidak
perawan. Penyebabnya pun dapat diduga. Direktur Eksekutif LSCK Iip Wijayanto
menyebut VCD yang marak dengan berbagai film porno dan alat kontrasepsi
kondom yang dijual bebas. Tentang lokasi seks pranikah itu pun disebutkan
bahwa dari 97,05 persen responden itu, 63 persen melakukan seks bebas di tempat
kos pria, 14 persen melakukan seks bebas di tempat kos putri, 21 persen di hotel
kelas melati, dan dua persen di tempat wisata. Data itu menunjukkan bahwa 77
persen dilakukan di tempat kos atau rumah kontrakan. Pelaku seks bebas atau free
seks mengaku 98 persen pernah melakukan aborsi, 23 persen mengaku telah lebih
dari satu kali aborsi, 12 persen mengaku telah lebih dari dua kali aborsi.
(http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2002/9/1/k1.html)
Permasalahan seksual remaja yang dapat dikategorikan telah masuk pada
taraf penyimpangan atau deviasi kini menjadi suatu hal yang sangat serius yang
patut mendapat perhatian serta tindakan secara khusus agar penyimpangan-
penyimpangan seksual dapat dieliminir. Salah satu jalan untuk keluar dari
permasalahan penyimpangan perilaku seksual remaja saat ini adalah dengan
memberikan informasi yang akurat melalui pendidikan seks dalam lingkungan
keluarga serta instansi pendidikan dengan harapan tercapainya perilaku seksual
yang sehat dan bertanggung jawab.
Secara umum kesulitan pendidikan seksualitas dalam keluarga adalah
pengetahuan orang tua mengenai seksualitas yang kurang memadai untuk
menjawab segala pertanyaan yang diajukan oleh anak ; secara teoritis maupun
objektif. Ahirnya menyebabkan berkurangnya keterbukaan dan memunculkan
sikap menabukan masalah seks. Padahal hal tersebut cenderung tidak memberikan
pemahaman tentang seksualitas kepada anak; remaja. Saat ini masih banyak
kalangan yang menganggap seks adalah persoalan tabu, kotor, dan tidak pantas
dibicarakan atau berdalih belum saatnya dibicarakan. Hal ini membuat sebagian
besar remaja tidak memperoleh kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan
komunikasi yang dipergunakan untuk mengekspresikan pemikiran, pertanyaan,
pendapat terhadap masalah seksualitas.
Tersedianya berbagai informasi mengenai seks secara bebas menjadi
salah satu sebab perubahan perilaku seksual remaja. Perubahan perilaku dan sikap
terhadap perilaku seksual yang menyimpang serta mengarah pada semakin
merosotnya nilai moral remaja tersebut perlu perhatian khusus, sebab masa remaja
yang paling menentukan bagi perkembangan moral seseorang. Menurut
Poespoprojo (1988) arti moralitas adalah kebenaran atau kesalahan dari
perbuatan-perbuatan manusiawi. Kehidupan moral remaja dalam hubungannya
dengan pengaruh kuat berfungsinya alat kelamin tidak jarang menimbulkan
konflik dalam diri mereka. Antara dorongan-dorongan seksual dengan
pertimbangan-pertimbangan moral seringkali bertentangan. Jika dorongan seksual
terlalu kuat sehingga mereka berada dalam konflik yang sangat kuat maka
dorongan seksual yang ahirnya cenderung dimenangkan dengan berbagai alasan
untuk membenarkannya (Jersild dalam Sukria, 2003).
Perubahan perilaku dan sikap remaja yang mengarah kepada semakin
merosotnya nilai moral remaja perlu mendapatkan perhatian khusus, khususnya
yang mengarah pada perilaku deviasi seksual remaja. Manusia kehilangan
pegangan berupa norma-norma kehidupan lama, adanya perubahan sikap, perilaku
dan mental manusia mengenai seksualitas yang sering kali menimbulkan
kegelisahan, keresahan, ketidaktentraman dan berbagai permasalahan di kalangan
masyarakat pada umumnya sehingga perlu adanya penanaman nilai-nilai moralitas
yang baik sejak dini.
Berdasarkan uraian diatas mencerminkan dan mengindikasikan bahwa
faktor moralitas dan pendidikan seksualitas yang diterima oleh remaja sangat
berperan dalam menentukan perilaku individu, dalam hal ini adalah perilaku
deviasi seksual. Melihat fenomena yang banyak terjadi di masyarakat khususnya
pada remaja saat ini, penulis ingin mengetahui “ Apakah ada hubungan antara
moralitas dan pendidikan seksualitas dengan perilaku deviasi seksual pada
remaja?”.
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, penulis tertarik untuk meneliti dan
membuktikan asumsi adanya “ HUBUNGAN ANTARA MORALITAS DAN
PENDIDIKAN SEKSUALITAS DENGAN PERILAKU DEVIASI SEKSUAL
PADA REMAJA “

B.Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai adalah untuk:
File Selengkapnya.....

Teman KoleksiSkripsi.com

Label

Administrasi Administrasi Negara Administrasi Niaga-Bisnis Administrasi Publik Agama Islam Akhwal Syahsiah Akuntansi Akuntansi-Auditing-Pasar Modal-Keuangan Bahasa Arab Bahasa dan Sastra Inggris Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bimbingan Konseling Bimbingan Penyuluhan Islam Biologi Dakwah Ekonomi Ekonomi Akuntansi Ekonomi Dan Studi pembangunan Ekonomi Manajemen Farmasi Filsafat Fisika Fisipol Free Download Skripsi Hukum Hukum Perdata Hukum Pidana Hukum Tata Negara Ilmu Hukum Ilmu Komputer Ilmu Komunikasi IPS Kebidanan Kedokteran Kedokteran - Ilmu Keperawatan - Farmasi - Kesehatan – Gigi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Keperawatan Keperawatan dan Kesehatan Kesehatan Masyarakat Kimia Komputer Akuntansi Manajemen SDM Matematika MIPA Muamalah Olahraga Pendidikan Agama Isalam (PAI) Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Indonesia Pendidikan Bahasa Inggris Pendidikan Biologi Pendidikan Ekonomi Pendidikan Fisika Pendidikan Geografi Pendidikan Kimia Pendidikan Matematika Pendidikan Olah Raga Pengembangan Masyarakat Pengembangan SDM Perbandingan Agama Perbandingan Hukum Perhotelan Perpajakan Perpustakaan Pertambangan Pertanian Peternakan PGMI PGSD PPKn Psikologi PTK PTK - Pendidikan Agama Islam Sastra dan Kebudayaan Sejarah Sejarah Islam Sistem Informasi Skripsi Lainnya Sosiologi Statistika Syari'ah Tafsir Hadist Tarbiyah Tata Boga Tata Busana Teknik Arsitektur Teknik Elektro Teknik Industri Teknik Industri-mesin-elektro-Sipil-Arsitektur Teknik Informatika Teknik Komputer Teknik Lingkungan Teknik Mesin Teknik Sipil Teknologi informasi-ilmu komputer-Sistem Informasi Tesis Farmasi Tesis Kedokteran Tips Skripsi