Isikan Kata Kunci Untuk Memudahkan Pencarian

Perbedaan Ketrampilan Sosial Anak Prasekolah Di Tinjau Dari Sistem Pendidikan Formal

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa kanak-kanak awal merupakan sebuah fase awal dari perkembangan

ketiga aspek yang dimiliki oleh manusia pada umumnya, yaitu perkembangan

kognisi, motorik, dan afeksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada masa inilah

seorang anak akan mengembangkan semua kemampuan yang dimilikinya untuk

kelangsungan hidupnya dikemudian hari karena pada usia yang masih muda ini,

pribadi dari anak masih mudah untuk dibentuk.

Hurlock (1997) menyatakan bahwa sedikitnya terdapat enam tugas

perkembangan pada masa kanak-kanak awal ini, namun yang paling sulit bagi

anak adalah belajar untuk berhubungan secara emosional dengan orang tua,

saudara-saudara kandung dan orang lain. Hubungan emosional yang terdapat pada

masa bayi harus diganti dengan hubungan yang lebih matang. Alasannya adalah

karena hubungan dengan orang lain dalam masa bayi berdasarkan ketergantungan

bayi pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya, terutama

kebutuhan kasih sayang. Tetapi anak harus belajar memberi dan menerima kasih

sayang. Singkatnya, ia harus belajar terikat keluar daripada dirinya sendiri.

Perkembangan sosial anak ditandai dengan kemajuannya dalam berbicara.

Pada masa ini anak-anak mempunyai keinginan yang kuat untuk belajar berbicara.

Hal ini disebabkan dua hal. Pertama, belajar berbicara merupakan sarana pokok

dalam sosialisasi. Anak-anak yang lebih mudah berkomunikasi dengan teman

sebaya akan lebih mudah mengadakan kontak sosial dan lebih mudah diterima

sebagai anggota kelompok daripada anak yang kemampuan berkomunikasinya

terbatas. Kedua, belajar berbicara merupakan sarana untuk memperoleh

kemandirian. Anak-anak yang tidak dapat mengemukakan keinginan dan

kebutuhannya, atau yang tidak dapat berusaha agar dimengerti orang lain

cenderung diperlukan sebagai bayi dan tidak berhasil memperoleh kemandirian

yang diinginkan (Hurlock, 1997).

Anak sebagai seorang individu dan sebagai makhluk sosial dituntut untuk

selalu mampu menyelesaikan setiap permasalahan yang timbul sebagai hasil dari

interaksi dengan lingkungan sosialnya dan mampu menampilkan dirinya sesuai

dengan norma atau aturan yang berlaku. Proses mengenal tingkah laku yang dapat

diterima oleh masyarakat dan diharapkan dilakukan anak, serta belajar

mengendalikan diri dinamakan proses sosialisasi. Hasil yang diperoleh dari proses

sosialisasi tersebut merupakan keterampilan sosial yang mempunyai kedudukan

strategis bagi anak untuk dapat membina hubungan antarpribadi dalam berbagai

lingkungan dan kelompok orang. Keterampilan-keterampilan tersebut biasanya

disebut sebagai aspek psikososial. Keterampilan tersebut harus mulai

dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya dengan memberikan waktu yang

cukup buat anak-anak untuk bermain atau bercanda dengan teman-teman sebaya,

memberikan tugas dan tanggungjawab sesuai perkembangan anak, dan

sebagainya. Dengan mengembangkan keterampilan tersebut sejak dini maka akan

memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya

sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat.

Mu’tadin (2002) mengartikan keterampilan sosial sebagai kemampuan

individu untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil

dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai

dengan aturan atau norma yang berlaku. Michelson, dkk (1985) menjelaskan lebih

lanjut bahwa keterampilan sosial meliputi cara-cara memberikan pujian,

mengemukakan keluhan atau ketidaksetujuan terhadap suatu hal, menolak

permintaan orang lain, keterampilan bertukar pengalaman, cara-cara menuntut hak

pribadi, memberikan saran kepada orang lain, teknik pemecahan masalah atau

konflik, cara-cara berhubungan/bekerja sama dengan orang lain yang berlainan

jenis kelamin maupun orang yang lebih tua dan lebih tinggi statusnya dan

beberapa tingkah laku lain.

Bentuk keterampilan sosial ini terdiri atas: keterampilan bercakap-cakap

baik verbal maupun nonverbal, keterampilan melontarkan humor, keterampilan

untuk berteman dan menjalin persahabatan, keterampilan bergaul dalam

kelompok, dan keterampilan bertata krama (Shapiro, 1999).

Selaras dengan pendapat tersebut, Michelson (1985) mengemukakan 3

aspek yang terdapat dalam keterampilan sosial, yaitu: a) respon verbal, yaitu

respon yang disampaikan individu kepada orang lain secara lisan, b) respon

nonverbal, yaitu setiap respon individu yang tidak diberikan secara lisan, serta c)

proses kognitif, proses kognitif yang dialami individu biasanya menyangkut

pemikiran dan ide-ide mengenai tindakan atau sikap yang menyangkut sesuatu

hal. Proses ini sangat mempengaruhi kemampuan individu melakukan komunikasi

verbal maupun nonverbal.
Proses pembentukan keterampilan sosial tersebut tidaklah lepas dari

pengaruh keluarga, sekolah, dan masyarakat. Seorang anak memulai kehidupan

sosialnya di sekolah yang pertama ia masuki. Di sekolah inilah anak akan belajar

bagaimana berhubungan dengan orang lain, membina hubungan dengan

kelompok, maupun berusaha untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai

individu. Namun demikian, tentunya banyak faktor yang bisa mempengaruhi

pembentukan diri juga keterampilan sosial anak pada masa ini, salah satunya yaitu

dengan mempertimbangkan sistem pendidikan yang diberikan pada anak. Hal ini

diperkuat oleh pendapat Ihsan (2003) yang menyatakan bahwa pendidikan tidak

hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan

keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencakup usaha untuk mewujudkan

keinginan, kebutuhan, dan kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup

pribadi dan sosial yang memuaskan.

Mengapa pendidikan pada anak usia dini (prasekolah) ini sangat penting

dicermati ? Data tahun 2000 menunjukkan bahwa dari 26 juta anak usia 0-6 tahun,

baru sekitar 4,4 juta atau 17 % yang sudah mendapat pelayanan di berbagai

program pendidikan anak usia dini dalam bentuk bina keluarga balita, taman

kanak-kanak (TK), raudhatul athfal (taman bermain Islam) atau RA, tempat

penitipan anak, dan kelompok bermain. Namun dua tahun sejak tahun 2000 terjadi

peningkatan jumlah lembaga yang memberikan pelayanan pendidikan bagi anak

usia dini (http://www.gontor.net/readartikel.php?).

Pendidikan, pada hakikatnya merupakan usaha sadar orang dewasa untuk

membimbing, mengarahkan atau mengkondisikan orang yang belum dewasa agar

mencapai kedewasaannya. Pengertian ini masih umum, artinya bentuk

kedewasaan yang dimaksud tergantung kepada sistem nilai yang melandasi

konsep pendidikan itu sendiri. Bila konsep pendidikan yang hendak

dikembangkan berlandaskan sistem nilai Imtaq, maka bentuk kedewasaan yang

dimaksudkan tentu berbeda dengan bentuk kedewasaan yang hendak

dikembangkan oleh konsep pendidikan yang berlandaskan sistem nilai fujur

(http://www/alsofwah.or.id.)

Nawawi (Ihsan, 2003) menyatakan bahwa pendidikan formal adalah usaha

pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, berencana, terarah, dan

sistematis melalui suatu lembaga pendidikan yang disebut sekolah. Sedangkan

lembaga pendidikan merupakan lembaga normatif yang menawarkan sejumlah

nilai yang baik dan mensosialisasikan kepada masyarakat pendidik. Kurikulum

pendidikan formal adalah kurikulum yang telah ditetapkan oleh Depdiknas, dan

biasanya mempunyai waktu belajar yang relatif singkat dibandingkan dengan

sistem pendidikan terpadu yang sekarang ini sedang berkembang.

Seperti kita ketahui, berdirinya sekolah-sekolah terpadu terutama sekolah

Islam terpadu sedikit banyak mampu memberikan angin segar kepada para orang

tua ataupun pendidik untuk memilih pendidikan yang dirasa cocok bagi

perkembangan anaknya. Pendidikan terpadu ini biasanya menggunakan sistem full

days school, konsep belajar sehari penuh dimana anak didik berada di lingkungan

sekolah dari pagi hingga sore hari (pukul 07.15-15.30 WIB). Sistem pendidikan

ini berusaha mengoptimalkan kurikulum yang telah disusun oleh Depdiknas

dengan pendidikan modern, baik dilihat dari sarana dan prasarananya maupun

dilihat dari bentuk pendidikan yang diberikan.

Menurut Nurlaela (http://www.pikiran-rakyat.com) hasil dari pendidikan

yang diterapkan Indonesia sekarang ini ternyata menghasilkan generasi-generasi

yang babak belur. Faktanya, hampir di seluruh kota-kota besar hal-hal seperti

tawuran, narkoba, seks bebas dan sebagainya sudah menjadi teman akrab para

siswa. Dan diakui oleh sebagian besar masyarakat bahwa pendidikan yang

diterapkan tidak berhasil mencetak generasi unggul, karena pendidikan yang

diterapkan adalah pendidikan sekuler. Oleh karena itu, masyarakat sadar dan

mencari sistem pendidikan alternatif yang bisa mencetak generasi unggul, yaitu

sistem pendidikan Islam.

Pendapat Nurlaela, di atas tidak jauh berbeda dengan pendapat Alaydroes

(http://www.eramuslim.com) sebagai Ketua Jaringan Sekolah Islam Terpadu

Indonesia, dan mengetuai yayasan pendidikan Nurul Fitri. Alaydroes menyatakan

bahwa motif utamanya mendirikan sekolah semacam ini adalah karena

kekecewaan. Kekecewaan terdapat sekolah-sekolah yang ada, yang umumnya

kering terhadap nilai-nilai Islam. Kalaupun ada, hanya melalui pendekatan

pelajaran agama saja. Itupun dilakukan dengan cara yang tidak efektif,

membosankan, dengan materi-materi yang padat. Maka dicobalah membuat

sekolah yang nilai-nilai Islamnya tidak hanya melalui pendekatan pelajaran agama

saja, tapi secara keseluruhan. Itulah yang disebut terpadu. Alasan kedua, kecewa

dengan performa sekolah-sekolah Islam yang ada, yang relatif tidak kompetitif

dari segi prestasi. Sekolah Islam Terpadu yang kini mulai merebak, mendongkrak,

meng-upgrade atau meng-improve keberadaan sekolah Islam dengan pendekatan

pembelajaran yang lebih modern. Alasan ketiga, ingin mengajak orangtua untuk

berpartisipasi aktif, terjun dalam pendidikan putra-putri mereka.

Sistem pendidikan terpadu merupakan sistem pendidikan yang tidak hanya

terkonsentrasi pada satu aspek saja. Sistem pendidikan yang ada harus

memadukan seluruh unsur pembentuk sistem pendidikan yang unggul. Dalam hal

ini, minimal ada tiga hal yang harus menjadi pusat perhatian. Pertama, sinergi

antara sekolah, masyarakat, dan keluarga. Kedua, kurikulum yang terstruktur dan

terprogram mulai dari tingkat TK hingga Perguruan Tinggi. Ketiga, berorientasi

pada pembentukan tsaqofah Islam, kepribadian Islam, dan pengetahuan terhadap

ilmu pengetahuan (http://www.hayatuislam.net).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat sekarang

ini lebih menyukai dan lebih mempercayai sekolah atau taman kanak-kanak

dengan sistem pendidikan terpadu dibandingkan dengan sistem pendidikan formal

atau biasa, namun apakah benar ada perbedaan keterampilan sosial anak pada

sekolah dengan sistem pendidikan terpadu dan sekolah dengan sistem pendidikan

formal?



C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
File Selengkapnya.....

Teman KoleksiSkripsi.com

Label

Administrasi Administrasi Negara Administrasi Niaga-Bisnis Administrasi Publik Agama Islam Akhwal Syahsiah Akuntansi Akuntansi-Auditing-Pasar Modal-Keuangan Bahasa Arab Bahasa dan Sastra Inggris Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bimbingan Konseling Bimbingan Penyuluhan Islam Biologi Dakwah Ekonomi Ekonomi Akuntansi Ekonomi Dan Studi pembangunan Ekonomi Manajemen Farmasi Filsafat Fisika Fisipol Free Download Skripsi Hukum Hukum Perdata Hukum Pidana Hukum Tata Negara Ilmu Hukum Ilmu Komputer Ilmu Komunikasi IPS Kebidanan Kedokteran Kedokteran - Ilmu Keperawatan - Farmasi - Kesehatan – Gigi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Keperawatan Keperawatan dan Kesehatan Kesehatan Masyarakat Kimia Komputer Akuntansi Manajemen SDM Matematika MIPA Muamalah Olahraga Pendidikan Agama Isalam (PAI) Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Indonesia Pendidikan Bahasa Inggris Pendidikan Biologi Pendidikan Ekonomi Pendidikan Fisika Pendidikan Geografi Pendidikan Kimia Pendidikan Matematika Pendidikan Olah Raga Pengembangan Masyarakat Pengembangan SDM Perbandingan Agama Perbandingan Hukum Perhotelan Perpajakan Perpustakaan Pertambangan Pertanian Peternakan PGMI PGSD PPKn Psikologi PTK PTK - Pendidikan Agama Islam Sastra dan Kebudayaan Sejarah Sejarah Islam Sistem Informasi Skripsi Lainnya Sosiologi Statistika Syari'ah Tafsir Hadist Tarbiyah Tata Boga Tata Busana Teknik Arsitektur Teknik Elektro Teknik Industri Teknik Industri-mesin-elektro-Sipil-Arsitektur Teknik Informatika Teknik Komputer Teknik Lingkungan Teknik Mesin Teknik Sipil Teknologi informasi-ilmu komputer-Sistem Informasi Tesis Farmasi Tesis Kedokteran Tips Skripsi