RINGKASAN
Telah dilakukan penelitian melalui pendekatan ilmu psikiatri klinik
terhadap 68 orang penderita epilepsi yang terdiri dart 34 orang penderita
epilepsi umum dengan kejar,g tonik- klonik dan 34 orang penderita epilepsi
parsial sederhana yang berobat jalan ke Polik!inik Neurologi.
Metode penelitian dilakukan adalah suatu metode penelitian deskriptif
analitik. Jenis penelitian ini tergolong dalam penelitlan survey dimana waktu
pengambilan data dilakukan secara cross sectional. Tehnik pengambilan
sample dilakukan secara purposive sample.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi depresi antara
kelompok penderita epilepsi umum dengan kejanq tonik klonik dan kelompok
penderita epilepsi parsial sederhana. Alat ukur yang digunakan adalah status
psikiatri dan PPDGJ III untuk mendiagnosa depresi dan Hamilton Depression
Rating Scale untuk mengukur skor depresi.
ManfaaUkegunaan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui prevalensi depresi pada penderita epilepsi baik penderita
epilepsi umum dengan kejang tonik klonik dan epilepsi parsial
sederhana.serta derajat keparahannya.
51
2. Perlu dipikirkan upaya penanqanan yang menyeluruh baik dari aspek
psikiatri maupun aspek Neurologi terhadap penderita epilepsi yang
mangalami depresi.
3. Meningkatkan hubungan kerjasama antara bagian psikiatri dan Neurologi
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup penderita,
4. Merupakan surnbangan !lmu pengetahuan bagi penderita epilepsi yang
mengalami depresi.
Dari penelitian ini didapat hasil sebagai berikut :
A. Kesimpulan Umum
1. Dijumpai periderita epilepsi yang berobat jalan ke Poliklinik Neuorologi
RSU. Pimgadi Medan yang mengalami depresi (70,5%) dimana depresi
yang dijumpai lebih tinggi pada kelornpok penderita epilepsi umum
dengan kejang tonik klonik (82,4%) dibandingkan pada kelompok epilepsi
parsial sederhana (58,8%).
2. Pada kelompok epilepsi umum dengan kejang tonik klonik dijumpai
tingkat keparahandeprasi yang lebih berat sedangkan pada kelompok
epilepsi parsial sederhana dijumpai keadaan depresi yang lebih ringan.
52
B. Kesimpulan Khusus
1. Pada kelompok pendente epilepsi umum dengan kejang tonik klonik yang
mengalami depresi sebonyak 28 orang (82,4%) dari 34 orang yang
diteliti.
2. Pada kelompok epilepsi dengan kejang tonik klonik mempunyai tingkat
depresi ringan sebanyak 8 orang (28,6%), depresi sedanq .sebanyak 16
orang (57,1%) dan depresi rlnqan sebanyak 4 orang (14,3%).
3. Pada kelompok penderita epilepsi parsial sederhana yang mengalami
depresi adalah sebanyak 20 orang (58,8%) dari 34 orang yang diteliti.
4. Pada kelompok penderita epilepsi parsial sederhana dijumpai tingkat
depresi ringan sebanyak 14 orang (70%), depresi sedang sebanyak 6
orang (30%).
C. Saran
1. Mellhat sindroma depresi yang cukup tinggi pada penderita epilepsi baik
pada tipe epilepsi umum dengan kejang tonik kionik maupun pada tipe
epilepsi parsial sederhana, maka perlu penanganan secara menyeluruh
dari aspek Neurologi maupun aspek psikiatri.
2. Perlu dipikirkan pembentukan team multidisipliner oi RSU. Pimqadi
Medan, dimana diperlukan peranan Psikiater dalam rangka Consultation
Liaison Psychiatry sehingga dapat menemukan kasus-kasus depresi,
memperpendek perawatan serta memparcepat pengobatan sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup penderita.
Telah dilakukan penelitian melalui pendekatan ilmu psikiatri klinik
terhadap 68 orang penderita epilepsi yang terdiri dart 34 orang penderita
epilepsi umum dengan kejar,g tonik- klonik dan 34 orang penderita epilepsi
parsial sederhana yang berobat jalan ke Polik!inik Neurologi.
Metode penelitian dilakukan adalah suatu metode penelitian deskriptif
analitik. Jenis penelitian ini tergolong dalam penelitlan survey dimana waktu
pengambilan data dilakukan secara cross sectional. Tehnik pengambilan
sample dilakukan secara purposive sample.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi depresi antara
kelompok penderita epilepsi umum dengan kejanq tonik klonik dan kelompok
penderita epilepsi parsial sederhana. Alat ukur yang digunakan adalah status
psikiatri dan PPDGJ III untuk mendiagnosa depresi dan Hamilton Depression
Rating Scale untuk mengukur skor depresi.
ManfaaUkegunaan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui prevalensi depresi pada penderita epilepsi baik penderita
epilepsi umum dengan kejang tonik klonik dan epilepsi parsial
sederhana.serta derajat keparahannya.
51
2. Perlu dipikirkan upaya penanqanan yang menyeluruh baik dari aspek
psikiatri maupun aspek Neurologi terhadap penderita epilepsi yang
mangalami depresi.
3. Meningkatkan hubungan kerjasama antara bagian psikiatri dan Neurologi
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup penderita,
4. Merupakan surnbangan !lmu pengetahuan bagi penderita epilepsi yang
mengalami depresi.
Dari penelitian ini didapat hasil sebagai berikut :
A. Kesimpulan Umum
1. Dijumpai periderita epilepsi yang berobat jalan ke Poliklinik Neuorologi
RSU. Pimgadi Medan yang mengalami depresi (70,5%) dimana depresi
yang dijumpai lebih tinggi pada kelornpok penderita epilepsi umum
dengan kejang tonik klonik (82,4%) dibandingkan pada kelompok epilepsi
parsial sederhana (58,8%).
2. Pada kelompok epilepsi umum dengan kejang tonik klonik dijumpai
tingkat keparahandeprasi yang lebih berat sedangkan pada kelompok
epilepsi parsial sederhana dijumpai keadaan depresi yang lebih ringan.
52
B. Kesimpulan Khusus
1. Pada kelompok pendente epilepsi umum dengan kejang tonik klonik yang
mengalami depresi sebonyak 28 orang (82,4%) dari 34 orang yang
diteliti.
2. Pada kelompok epilepsi dengan kejang tonik klonik mempunyai tingkat
depresi ringan sebanyak 8 orang (28,6%), depresi sedanq .sebanyak 16
orang (57,1%) dan depresi rlnqan sebanyak 4 orang (14,3%).
3. Pada kelompok penderita epilepsi parsial sederhana yang mengalami
depresi adalah sebanyak 20 orang (58,8%) dari 34 orang yang diteliti.
4. Pada kelompok penderita epilepsi parsial sederhana dijumpai tingkat
depresi ringan sebanyak 14 orang (70%), depresi sedang sebanyak 6
orang (30%).
C. Saran
1. Mellhat sindroma depresi yang cukup tinggi pada penderita epilepsi baik
pada tipe epilepsi umum dengan kejang tonik kionik maupun pada tipe
epilepsi parsial sederhana, maka perlu penanganan secara menyeluruh
dari aspek Neurologi maupun aspek psikiatri.
2. Perlu dipikirkan pembentukan team multidisipliner oi RSU. Pimqadi
Medan, dimana diperlukan peranan Psikiater dalam rangka Consultation
Liaison Psychiatry sehingga dapat menemukan kasus-kasus depresi,
memperpendek perawatan serta memparcepat pengobatan sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup penderita.