BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan saat yang din anti oleh setiap ibu. Dalam menghadapi
persalinan yang pertama, ibu akan merasakan takut terutama menjelang
tanggal persalinan yang sudah ditet apkan. Hal yang paling membuat ibu
cemas dan takut dalam menghadapi persa linan adalah rasa nyeri, akibat
kontraksi uterus yang menyebabk an pembukaan dan pendataran serviks.
Adanya nyeri persalinan ternyata dapat menimbulk an stress yang
menyebabkan pelepasan hormon yang berl ebihan seperti katekolamin dan
steroid. Hormon ini dapat menyebabkan terjadinya ke tegangan otot polos dan
vasokontriksi pembuluh darah sehingga terjadi penurunan kontraksi uterus,
penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengur angan aliran darah dan oksigen ke
uterus serta timbulnya iskemik uterus yang membuat rangsang nyeri
bertambah banyak. Keadaan demikian disebut sebaga i sindroma takut tegang
nyeri (fear-tension pain syndrome).1,2,3,4,5,6,7,8,9
Bonica (1995) 3 dalam penelitiannya terhadap 2700 pasien inpartu di 121
pusat obstetri dan ginekologi dari 36 negara menemukan bahwa hanya 15%
persalinan yang berlangsung ta npa nyeri atau nyeri ri ngan, 35% persalinan
disertai nyeri sedang, 30% persalinan di sertai nyeri hebat dan 20% persalinan
disertai nyeri yang sangat hebat.7,10
Latif dkk (1996)11 dalam penelitiannya menye butkan hanya sekitar 10-15%
persalinan yang berlangsung ta npa nyeri, 20-30% nyeri bersifat ringan dan
sisanya mengalami nyeri hebat.11
Nyeri persalinan merupakan respon stimulasi persarafan yang disebabkan
oleh adanya kontraksi uterus dan keru sakan jaringan selama persalinan dan
kelahiran melalui vagina.
1
Persepsi tentang nyeri atau toleransi ny eri bervariasi tergantung individu
masing-masing, dan intensitas nyeri selama persalinan mempengaruhi kondisi
psikologis ibu, proses persalinan, dan kesejahteraan janin.8,9
Menurut Reeder (1997)9 kira-kira 25% ibu bersalin memiliki daya tahan tinggi,
mampu mengatasi nyeri persalinan, sehingga proses persalinannya berjalan
normal. Nyeri persalinan dapat m enimbulkan kecemasan pada pasien,
menyebabkan timbulnya hiperventilasi sehingga kebutuhan oksigen meningkat
kenaikan tekanan darah dan berkurangnya motilitas usus serta kandung
kemih.8,9
Keadaan ini akan mer angsang peningkatan katekolamin yang dapat
menyebabkan gangguan pada kek uatan kontraksi uterus sehingga terjadi
inersia uteri apabila tidak dikoreksi yang akan menyebabkan terjadinya partus
lama. Untuk alasan ini maka salah sa tu prinsip dasar obstetri modern adalah
mengurangi rasa nyeri selama persa linan, dengan menggunakan analgesia
yang adekuat.9,10,12
Metode yang digunakan untuk mengukur nyeri saat ini adalah unidimensi yang
mempunyai satu variabel pengukur intensitas nyeri dan multidimensi.
Metode unidimensi diantaranya Verbal Ratting Scale (VRS), Numerical Ratting
Scale (NRS) dan Visual Analog Scale (VAS).1,10,13
Ada dua cara penanggulangan nyeri persalinan, ya itu non-invasif dengan
hidroterapi, massage therapy, aromat herapy, herbal therapy,
bioelectromagnetics (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) dan patient
controlled analgesia (intravenou s, intramuscular opioid) dan metode invasif
berupa epidural analgesia, spinal anal gesia dan intrathecal labour
analgesia.14,15,16
Analgesik yang digunakan sebaiknya mem punyai efektifitas yang kuat serta
efek samping yang minimal, agar am an digunakan untuk mengurangi nyeri
persalinan namun tidak mempengaruhi his atau kemajuan persalinan.
2
Ada dua jenis analgesik yaitu analgesik nonopioid seperti gol ongan salisilat,
parasetamol, dan analgesik anti-inflam asi non steroid dan an algesik opioid
seperti tramadol, pethidin, meperidin dan lain-lain. Golongan salisilat,
parasetamol dan analgesik anti-inflamasi non steroid bekerja menghambat
biosintesis prostaglandin, sedangkan analgesik opioid bekerja sebagai
analgesik murni untuk nyeri sedang sa mpai berat, misalnya tramadol,
termasuk opioid lemah, bersifat non narkotik dengan mekanisme kerjanya
tidak menghambat prostaglandin melainkan menghambat pelepasan serotonin
yang dihasilkan oleh nyeri persalinan.17,18,19
Ada beberapa tehnik pemberian analge sia persalinan invasif, seperti
intrathecal labour analgesia dan continous epid ural analgesia . Tehnik
pemberian analgesia ini juga memiliki keuntungan dan kerugian seperti pada
continous epidural analgesia , dapat terjadi partu s lama, menurunkan
partisipasi ibu pada persalinan dengan me nurunkan daya ekspulsi pada kala
II. Mempunyai resiko untuk tim bulnya hipotensi dan membutuhkan
keterampilan khusus dalam memberikan anestesia ini. Pada intrathecal labour
analgesia (ILA), sering timbul resiko pasca tindakan seperti postdural puncture
headache, mual, muntah, pruritus dan hipotensi, serta kemungkinan terjadinya
depresi pernafasan akibat pemberian yang terlalu tinggi.17,18,20,21,22
Pemberian analgesia parenteral pada persalinan memiliki beberapa
keuntungan seperti pemberiannya s ederhana tidak membutuhkan tenaga
anestesi, memerlukan pengawasan yang minimal, memberikan komplikasi
yang rendah insidennya, dan dapat di berikan pada wanita yang takut akan
anestesi regional.
Adapun tema utama permasalahan penelitian ini adal ah sebagai berikut :
Persalinan umumnya disert ai dengan adanya nyeri ak ibat kontraksi uterus
yang menyebabkan dilatasi da n pendataran serviks. Int ensitas nyeri selama
persalinan dapat memepengaruhi proses per salinan dan kesejahteraan janin,
nyeri persalinan dapat me rangsang pelepasan mediat or kimiawi seperti
prostaglandin, leukotrien, tromboksan, histamin, bradikinin, substansi P dan
serotonin, akan membangkitkan stress yang menimbulkan sekresi hormon
3
seperti katekolamin dan steroid dengan ak ibat vasokonstriksi pembuluh darah
sehingga kontraksi uterus melemah. Sekresi hormon tersebut yang berlebihan
akan menimbulkan gangguan sirkulasi uteroplasenta sehingga terjadi hipoksia
janin. Pemberian analget ik diperlukan dalam mengurangi nyeri persalinan
sehingga dapat mengurangi hipoksia janin.
Berdasarkan hal tersebut diatas, ma ka penulis berkeinginan melakukan
penelitian mengenai pengaruh tramadol sebagai analgesia dalam upaya
mengurangi nyeri persalinan.
1.2. KERANGKA PEMIKIRAN
Persalinan ditandai dengan nyeri persali nan, kontraksi uterus progresif yang
menyebabkan pembukaan dan pendataran se rviks, merupakan suatu model
nyeri yang akut yang sangat baik. Reeder (1997)9, menyatakan bahwa hanya
kira-kira 25% ibu bersalin yang ma mpu mengatasi sendir i nyeri persalinan
yang mereka alami. 9
Definisi nyeri menurut Internasional Assosiation for Study of Pain (IASP) suatu
organisasi global dari minat nyeri yang ber pusat di Seattle, Amerika Serikat
adalah sebagai berikut (1983) : Pain is an unpleasant sensory and emotional
experience assosciated with actual or pot ential tissue damage or describes in
term of such damage.
Dalam definisi tersebut ditekankan bahwa nyeri terkait dengan kondisi
emosional, sehingga berat ringannya nyeri tidak hanya ditentukan oleh
intensitas rangsang nosiseptif dari per ifer tetapi juga ol eh kondisi emosi dan
pikiran yang ada pada saat itu. 9,32
Nyeri persalinan merupakan nyeri akut yang disebabkan karena terjadinya
kontraksi otot rahim, timbulnya keru sakan jaringan otot dan terjadi gangguan
aliran darah (iskemik) sehingga timbul nyeri. Turunnya bagian terendah janin
pada dasar panggul akan menekan beberapa organ sekitar dasar panggul,
sehingga juga menimbulkan rasa nyeri. 9,12
4
Rasa nyeri pada persalinan akibat kontraksi uterus semakin lama semakin kuat
mengirim impuls melalui sistem thalamo-limbik ke otak dan merangsang
pelepasan mediator kimiawi seperti pr ostaglandin, leukotrien, tromboksan,
substansi P, dan serotonin, serta me mbangkitkan stres. Stres menghadapi
persalinan ini akan menimbulkan sekres i hormon seperti ACTH, epinefrin dan
nor-epinefrin. Efeknya adalah timbul nya ketegangan otot -otot polos dan
vasokonstriksi pembuluh darah. Hal ini dapat mengak ibatkan suplai darah dan
oksigen ke uterus berkurang. Sehingga terjadi kontra ksi uterus yang melemah,
kekakuan serviks, iskemi uterus, me mbuat rangsang nyeri bertambah banyak.
Dari hasil beberapa penelitian ternyata ti ngginya hormon ACTH, epinefrin dan
nor-epinefrin berkaitan den gan tingginya intensitas nyeri dan timbulnya
berbagai komplikasi pada persalinan. 1-5,10
Menghadapi beratnya intensit as nyeri persalinan yang diderita ibu bersalin,
mendorong para ahli berupaya untuk mengatasinya. Int ensitas nyeri selama
persalinan akan berpengaruh pada k ondisi psikologis maternal,
berlangsungnya persalinan dan kesejahteraan janin sehingga salah satu
prinsip dasar obstetri modern adalah memberikan persalinan dengan analgesia
yang adekuat. 11
Tramadol merupakan analgesik yang bekerja secara sentral, yang
mempengaruhi trasmisi impuls nyeri dengan mengubah mekanisme re-uptake
monoamine, digunakan untuk mengatasi nyeri akut maupun nyeri kronik,
seperti nyeri post operatif dan nyeri obstetrik. Devoe dkk (1999)7 menyatakan
bahwa eliminasi nyeri persalinan akan menurunkan pelepasan epinerin, suatu
inhibitor aktivitas uterus, dan tidak menghambat persalinan. 21
Tramadol dapat diberikan secara oral, per rektal, intravena, dan intramuskular.
Pada saat diberikan secara intram uskular tidak menyebabkan depresi
pernapasan pada neonatus. (Keskin HL dkk , 2003) 42. Tramadol merupakan
opioid agonist lemah yang menghambat neurotransmisi noradrenergik dan
serotonergik, memberikan efek s edasi yang minim pada ibu dan tidak
menyebabkan depresi pernapasan pada neon atus bila diberikan secara
intramuskular.42,43
5
Bitsch dkk (1980)43 membandingkan pemberian analgesia pada 23 persalinan
normal dengan tramadol dan pethidin, ditemukan kedua jenis obat tersebut
memberikan efek analgetik yang sama.
Jain dkk (2003) 44 membandingkan meperidine dan tramadol dengan epidural
analgesia, menemukan bahwa kepuasan ibu pada penggu naan epidural
analgesia lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian meperidine dan
tramadol intramuskular.
Long dan Yue (2003) 45 mengevaluasi efektivitas analgesik pada Patient
Controlled Intranevous Analgesial (PCIA) dengan tramadol, dibandingkan
dengan Combined Spinal-Epidural Analge sia (CSEA) + Patient Controlled
Epidural Analgesia (PCEA) mendapatkan bahwa PCIA dengan tramadol
merupakan alternatif yang baik bila pasien menolak anesthesia regional.
Kainz dkk (1992)46 membandingkan tramadol dan pethidin dalam mengurangi
nyeri persalinan, menemuk an keduanya mempunyai ef ek analgesik yang
cukup baik.
Telah dilaporkan bahwa dari penelitian yang dila kukan depresi pernapasan
pada neonatus tidak terjadi setelah pemberian tramadol dalam mengurangi
nyeri persalinan.45,46
Mengingat bahwa tramadol se lain efektif digunaka n untuk mengatasi nyeri
paska operasi, berdasarkan penelitian yang dibandingkan antara pemberian
anestesi regional dan analgesia par enteral dalam upay a mengurangi nyeri
persalinan masih kontroversi, maka penu lis berkeinginan melakukan penelitian
di RS-HAM dan RS-Pirngadi Medan sebagai rumah sakit pendidikan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.
6
1.3. TUJUAN PENELITIAN
1.3.1. Mengetahui seberapa besar pengaruh tramadol intramuskular sebagai
analgesia dalam mengatasi nyeri pada persalinan pervaginam.
1.3.2. Menilai pengaruh tramadol intramuskular terhadap tekanan darah,
nadi dan respirasi ibu .
1.3.3. Menilai pengaruh tr amadol intramuskular terhadap denyut jantung
janin.
1.3.4. Menilai pengaruh tramadol intr amuskular terhadap kemajuan
persalinan.
1.4. MANFAAT PENELITIAN
• Diharapkan dengan analgesia pros es persalinan berlangsung tanpa
nyeri, tenang, aman dan terkendali seba gai jawaban tuntutan obstetri
modern.
• Dapat mengetahui efektifitas pem berian tramadol intramuskular pada
proses persalinan.
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan saat yang din anti oleh setiap ibu. Dalam menghadapi
persalinan yang pertama, ibu akan merasakan takut terutama menjelang
tanggal persalinan yang sudah ditet apkan. Hal yang paling membuat ibu
cemas dan takut dalam menghadapi persa linan adalah rasa nyeri, akibat
kontraksi uterus yang menyebabk an pembukaan dan pendataran serviks.
Adanya nyeri persalinan ternyata dapat menimbulk an stress yang
menyebabkan pelepasan hormon yang berl ebihan seperti katekolamin dan
steroid. Hormon ini dapat menyebabkan terjadinya ke tegangan otot polos dan
vasokontriksi pembuluh darah sehingga terjadi penurunan kontraksi uterus,
penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengur angan aliran darah dan oksigen ke
uterus serta timbulnya iskemik uterus yang membuat rangsang nyeri
bertambah banyak. Keadaan demikian disebut sebaga i sindroma takut tegang
nyeri (fear-tension pain syndrome).1,2,3,4,5,6,7,8,9
Bonica (1995) 3 dalam penelitiannya terhadap 2700 pasien inpartu di 121
pusat obstetri dan ginekologi dari 36 negara menemukan bahwa hanya 15%
persalinan yang berlangsung ta npa nyeri atau nyeri ri ngan, 35% persalinan
disertai nyeri sedang, 30% persalinan di sertai nyeri hebat dan 20% persalinan
disertai nyeri yang sangat hebat.7,10
Latif dkk (1996)11 dalam penelitiannya menye butkan hanya sekitar 10-15%
persalinan yang berlangsung ta npa nyeri, 20-30% nyeri bersifat ringan dan
sisanya mengalami nyeri hebat.11
Nyeri persalinan merupakan respon stimulasi persarafan yang disebabkan
oleh adanya kontraksi uterus dan keru sakan jaringan selama persalinan dan
kelahiran melalui vagina.
1
Persepsi tentang nyeri atau toleransi ny eri bervariasi tergantung individu
masing-masing, dan intensitas nyeri selama persalinan mempengaruhi kondisi
psikologis ibu, proses persalinan, dan kesejahteraan janin.8,9
Menurut Reeder (1997)9 kira-kira 25% ibu bersalin memiliki daya tahan tinggi,
mampu mengatasi nyeri persalinan, sehingga proses persalinannya berjalan
normal. Nyeri persalinan dapat m enimbulkan kecemasan pada pasien,
menyebabkan timbulnya hiperventilasi sehingga kebutuhan oksigen meningkat
kenaikan tekanan darah dan berkurangnya motilitas usus serta kandung
kemih.8,9
Keadaan ini akan mer angsang peningkatan katekolamin yang dapat
menyebabkan gangguan pada kek uatan kontraksi uterus sehingga terjadi
inersia uteri apabila tidak dikoreksi yang akan menyebabkan terjadinya partus
lama. Untuk alasan ini maka salah sa tu prinsip dasar obstetri modern adalah
mengurangi rasa nyeri selama persa linan, dengan menggunakan analgesia
yang adekuat.9,10,12
Metode yang digunakan untuk mengukur nyeri saat ini adalah unidimensi yang
mempunyai satu variabel pengukur intensitas nyeri dan multidimensi.
Metode unidimensi diantaranya Verbal Ratting Scale (VRS), Numerical Ratting
Scale (NRS) dan Visual Analog Scale (VAS).1,10,13
Ada dua cara penanggulangan nyeri persalinan, ya itu non-invasif dengan
hidroterapi, massage therapy, aromat herapy, herbal therapy,
bioelectromagnetics (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) dan patient
controlled analgesia (intravenou s, intramuscular opioid) dan metode invasif
berupa epidural analgesia, spinal anal gesia dan intrathecal labour
analgesia.14,15,16
Analgesik yang digunakan sebaiknya mem punyai efektifitas yang kuat serta
efek samping yang minimal, agar am an digunakan untuk mengurangi nyeri
persalinan namun tidak mempengaruhi his atau kemajuan persalinan.
2
Ada dua jenis analgesik yaitu analgesik nonopioid seperti gol ongan salisilat,
parasetamol, dan analgesik anti-inflam asi non steroid dan an algesik opioid
seperti tramadol, pethidin, meperidin dan lain-lain. Golongan salisilat,
parasetamol dan analgesik anti-inflamasi non steroid bekerja menghambat
biosintesis prostaglandin, sedangkan analgesik opioid bekerja sebagai
analgesik murni untuk nyeri sedang sa mpai berat, misalnya tramadol,
termasuk opioid lemah, bersifat non narkotik dengan mekanisme kerjanya
tidak menghambat prostaglandin melainkan menghambat pelepasan serotonin
yang dihasilkan oleh nyeri persalinan.17,18,19
Ada beberapa tehnik pemberian analge sia persalinan invasif, seperti
intrathecal labour analgesia dan continous epid ural analgesia . Tehnik
pemberian analgesia ini juga memiliki keuntungan dan kerugian seperti pada
continous epidural analgesia , dapat terjadi partu s lama, menurunkan
partisipasi ibu pada persalinan dengan me nurunkan daya ekspulsi pada kala
II. Mempunyai resiko untuk tim bulnya hipotensi dan membutuhkan
keterampilan khusus dalam memberikan anestesia ini. Pada intrathecal labour
analgesia (ILA), sering timbul resiko pasca tindakan seperti postdural puncture
headache, mual, muntah, pruritus dan hipotensi, serta kemungkinan terjadinya
depresi pernafasan akibat pemberian yang terlalu tinggi.17,18,20,21,22
Pemberian analgesia parenteral pada persalinan memiliki beberapa
keuntungan seperti pemberiannya s ederhana tidak membutuhkan tenaga
anestesi, memerlukan pengawasan yang minimal, memberikan komplikasi
yang rendah insidennya, dan dapat di berikan pada wanita yang takut akan
anestesi regional.
Adapun tema utama permasalahan penelitian ini adal ah sebagai berikut :
Persalinan umumnya disert ai dengan adanya nyeri ak ibat kontraksi uterus
yang menyebabkan dilatasi da n pendataran serviks. Int ensitas nyeri selama
persalinan dapat memepengaruhi proses per salinan dan kesejahteraan janin,
nyeri persalinan dapat me rangsang pelepasan mediat or kimiawi seperti
prostaglandin, leukotrien, tromboksan, histamin, bradikinin, substansi P dan
serotonin, akan membangkitkan stress yang menimbulkan sekresi hormon
3
seperti katekolamin dan steroid dengan ak ibat vasokonstriksi pembuluh darah
sehingga kontraksi uterus melemah. Sekresi hormon tersebut yang berlebihan
akan menimbulkan gangguan sirkulasi uteroplasenta sehingga terjadi hipoksia
janin. Pemberian analget ik diperlukan dalam mengurangi nyeri persalinan
sehingga dapat mengurangi hipoksia janin.
Berdasarkan hal tersebut diatas, ma ka penulis berkeinginan melakukan
penelitian mengenai pengaruh tramadol sebagai analgesia dalam upaya
mengurangi nyeri persalinan.
1.2. KERANGKA PEMIKIRAN
Persalinan ditandai dengan nyeri persali nan, kontraksi uterus progresif yang
menyebabkan pembukaan dan pendataran se rviks, merupakan suatu model
nyeri yang akut yang sangat baik. Reeder (1997)9, menyatakan bahwa hanya
kira-kira 25% ibu bersalin yang ma mpu mengatasi sendir i nyeri persalinan
yang mereka alami. 9
Definisi nyeri menurut Internasional Assosiation for Study of Pain (IASP) suatu
organisasi global dari minat nyeri yang ber pusat di Seattle, Amerika Serikat
adalah sebagai berikut (1983) : Pain is an unpleasant sensory and emotional
experience assosciated with actual or pot ential tissue damage or describes in
term of such damage.
Dalam definisi tersebut ditekankan bahwa nyeri terkait dengan kondisi
emosional, sehingga berat ringannya nyeri tidak hanya ditentukan oleh
intensitas rangsang nosiseptif dari per ifer tetapi juga ol eh kondisi emosi dan
pikiran yang ada pada saat itu. 9,32
Nyeri persalinan merupakan nyeri akut yang disebabkan karena terjadinya
kontraksi otot rahim, timbulnya keru sakan jaringan otot dan terjadi gangguan
aliran darah (iskemik) sehingga timbul nyeri. Turunnya bagian terendah janin
pada dasar panggul akan menekan beberapa organ sekitar dasar panggul,
sehingga juga menimbulkan rasa nyeri. 9,12
4
Rasa nyeri pada persalinan akibat kontraksi uterus semakin lama semakin kuat
mengirim impuls melalui sistem thalamo-limbik ke otak dan merangsang
pelepasan mediator kimiawi seperti pr ostaglandin, leukotrien, tromboksan,
substansi P, dan serotonin, serta me mbangkitkan stres. Stres menghadapi
persalinan ini akan menimbulkan sekres i hormon seperti ACTH, epinefrin dan
nor-epinefrin. Efeknya adalah timbul nya ketegangan otot -otot polos dan
vasokonstriksi pembuluh darah. Hal ini dapat mengak ibatkan suplai darah dan
oksigen ke uterus berkurang. Sehingga terjadi kontra ksi uterus yang melemah,
kekakuan serviks, iskemi uterus, me mbuat rangsang nyeri bertambah banyak.
Dari hasil beberapa penelitian ternyata ti ngginya hormon ACTH, epinefrin dan
nor-epinefrin berkaitan den gan tingginya intensitas nyeri dan timbulnya
berbagai komplikasi pada persalinan. 1-5,10
Menghadapi beratnya intensit as nyeri persalinan yang diderita ibu bersalin,
mendorong para ahli berupaya untuk mengatasinya. Int ensitas nyeri selama
persalinan akan berpengaruh pada k ondisi psikologis maternal,
berlangsungnya persalinan dan kesejahteraan janin sehingga salah satu
prinsip dasar obstetri modern adalah memberikan persalinan dengan analgesia
yang adekuat. 11
Tramadol merupakan analgesik yang bekerja secara sentral, yang
mempengaruhi trasmisi impuls nyeri dengan mengubah mekanisme re-uptake
monoamine, digunakan untuk mengatasi nyeri akut maupun nyeri kronik,
seperti nyeri post operatif dan nyeri obstetrik. Devoe dkk (1999)7 menyatakan
bahwa eliminasi nyeri persalinan akan menurunkan pelepasan epinerin, suatu
inhibitor aktivitas uterus, dan tidak menghambat persalinan. 21
Tramadol dapat diberikan secara oral, per rektal, intravena, dan intramuskular.
Pada saat diberikan secara intram uskular tidak menyebabkan depresi
pernapasan pada neonatus. (Keskin HL dkk , 2003) 42. Tramadol merupakan
opioid agonist lemah yang menghambat neurotransmisi noradrenergik dan
serotonergik, memberikan efek s edasi yang minim pada ibu dan tidak
menyebabkan depresi pernapasan pada neon atus bila diberikan secara
intramuskular.42,43
5
Bitsch dkk (1980)43 membandingkan pemberian analgesia pada 23 persalinan
normal dengan tramadol dan pethidin, ditemukan kedua jenis obat tersebut
memberikan efek analgetik yang sama.
Jain dkk (2003) 44 membandingkan meperidine dan tramadol dengan epidural
analgesia, menemukan bahwa kepuasan ibu pada penggu naan epidural
analgesia lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian meperidine dan
tramadol intramuskular.
Long dan Yue (2003) 45 mengevaluasi efektivitas analgesik pada Patient
Controlled Intranevous Analgesial (PCIA) dengan tramadol, dibandingkan
dengan Combined Spinal-Epidural Analge sia (CSEA) + Patient Controlled
Epidural Analgesia (PCEA) mendapatkan bahwa PCIA dengan tramadol
merupakan alternatif yang baik bila pasien menolak anesthesia regional.
Kainz dkk (1992)46 membandingkan tramadol dan pethidin dalam mengurangi
nyeri persalinan, menemuk an keduanya mempunyai ef ek analgesik yang
cukup baik.
Telah dilaporkan bahwa dari penelitian yang dila kukan depresi pernapasan
pada neonatus tidak terjadi setelah pemberian tramadol dalam mengurangi
nyeri persalinan.45,46
Mengingat bahwa tramadol se lain efektif digunaka n untuk mengatasi nyeri
paska operasi, berdasarkan penelitian yang dibandingkan antara pemberian
anestesi regional dan analgesia par enteral dalam upay a mengurangi nyeri
persalinan masih kontroversi, maka penu lis berkeinginan melakukan penelitian
di RS-HAM dan RS-Pirngadi Medan sebagai rumah sakit pendidikan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.
6
1.3. TUJUAN PENELITIAN
1.3.1. Mengetahui seberapa besar pengaruh tramadol intramuskular sebagai
analgesia dalam mengatasi nyeri pada persalinan pervaginam.
1.3.2. Menilai pengaruh tramadol intramuskular terhadap tekanan darah,
nadi dan respirasi ibu .
1.3.3. Menilai pengaruh tr amadol intramuskular terhadap denyut jantung
janin.
1.3.4. Menilai pengaruh tramadol intr amuskular terhadap kemajuan
persalinan.
1.4. MANFAAT PENELITIAN
• Diharapkan dengan analgesia pros es persalinan berlangsung tanpa
nyeri, tenang, aman dan terkendali seba gai jawaban tuntutan obstetri
modern.
• Dapat mengetahui efektifitas pem berian tramadol intramuskular pada
proses persalinan.