ABSTRAK
Plumbum (Pb) merupakan salah satu l ogam berat yang bersifat racun bagi
manusia. Pb dapat ditemukan pada semua li ngkungan sekitar kita . Efek toksik Pb
menyebabkan stres oksidatif sel dan meni ngkatkan peroksidasi lipid jaringan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas proteksi dari asam askorbat yang
diberi peroral terhadap peroksidasi lipid akibat paparan Pb secara intraperitoneal.
Penelitian ini dilakukan di laboratorium terpadu Fakultas Kedokteran,
Universitas Sumatera Utara, Me dan. Sebanyak 36 ekor mencit ( Mus musculus L )
dibagi dalam 9 kelompok, tiap kelompok terd iri dari 4 ekor mencit. Kelompok 1,
hanya diberi aquadest, sedangkan kelompok ke -2 sampai ke-5 diberi Pb masing-
masing dengan dosis 20, 40, 80 dan 160 mg/kgBB berturut-turut secara
intraperitoneal. Kelompok perlakuan ke-6 sampai ke-9 adalah kelompok yang
disupplementasi asam askorbat dosis 400 mg/kgBB peroral sehari sekali selama tujuh
hari. Pada kelompok ke-6 sampai ke-9 ters ebut selanjutnya diberi Pb asetat masing-
masing dengan dosis 20, 40 , 80 dan 160 mg/kgBB berturut-turut secara
intraperitonel satu jam setelah pemberia n asam askorbat terakhir. Darah mencit
diambil secara intracardial setelah dimatik an dengan cara dislokasi leher setelah 48
jam perlakuan, kemudian diukur kadar MDA dan jumlah eritrosit. Kadar MDA
diukur dengan menggunakan metode asam thio barbiturat (TBA) dan jumlah eritrosit
dihitung dengan menggunakan sebuah mi kroskop binokuler. Data dianalisa
menggunakan uji Anova dan Kruskal Wallis ( α =0.05). Korelasi antara kadar MDA
dan jumlah eritrosit menggunakan korelasi Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) Pemberian asam askorbat dengan
dosis 400 mg/kgBB mencit yang dipaparkan Pb secara intraperitoneal pada dosis 20,
80 dan 160 mg/kgBB cenderung menurunkan kada r MDA plasma, tetapi pada dosis
Pb 40 mg/kgBB sebaliknya meningkatkan kadar MDA. Semua perbedaan tersebut
secara statistik tidak bermakna (p>0.05). (b) Pemberian asam askorbat dosis 400
mg/kgBB pada mencit yang dipapar Pb s ecara intraperitoneal dengan dosis Pb 20
dan 40 mg/kgBB, tidak berdampak pada jumlah eritrosit tetapi sebaliknya pada dosis
Pb 80 dan 160 mg/kgBB, meningkatkan ju mlah eritrosit. Peningkatan ini secara
statistik tidak bermakna (p>0.05) (c) Asam askorbat peroral tidak efektif
memproteksi timbulnya peroksidasi lipid pada mencit yang dipaparkan Pb secara
intraperitoneal.
Plumbum (Pb) merupakan salah satu l ogam berat yang bersifat racun bagi
manusia. Pb dapat ditemukan pada semua li ngkungan sekitar kita . Efek toksik Pb
menyebabkan stres oksidatif sel dan meni ngkatkan peroksidasi lipid jaringan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas proteksi dari asam askorbat yang
diberi peroral terhadap peroksidasi lipid akibat paparan Pb secara intraperitoneal.
Penelitian ini dilakukan di laboratorium terpadu Fakultas Kedokteran,
Universitas Sumatera Utara, Me dan. Sebanyak 36 ekor mencit ( Mus musculus L )
dibagi dalam 9 kelompok, tiap kelompok terd iri dari 4 ekor mencit. Kelompok 1,
hanya diberi aquadest, sedangkan kelompok ke -2 sampai ke-5 diberi Pb masing-
masing dengan dosis 20, 40, 80 dan 160 mg/kgBB berturut-turut secara
intraperitoneal. Kelompok perlakuan ke-6 sampai ke-9 adalah kelompok yang
disupplementasi asam askorbat dosis 400 mg/kgBB peroral sehari sekali selama tujuh
hari. Pada kelompok ke-6 sampai ke-9 ters ebut selanjutnya diberi Pb asetat masing-
masing dengan dosis 20, 40 , 80 dan 160 mg/kgBB berturut-turut secara
intraperitonel satu jam setelah pemberia n asam askorbat terakhir. Darah mencit
diambil secara intracardial setelah dimatik an dengan cara dislokasi leher setelah 48
jam perlakuan, kemudian diukur kadar MDA dan jumlah eritrosit. Kadar MDA
diukur dengan menggunakan metode asam thio barbiturat (TBA) dan jumlah eritrosit
dihitung dengan menggunakan sebuah mi kroskop binokuler. Data dianalisa
menggunakan uji Anova dan Kruskal Wallis ( α =0.05). Korelasi antara kadar MDA
dan jumlah eritrosit menggunakan korelasi Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) Pemberian asam askorbat dengan
dosis 400 mg/kgBB mencit yang dipaparkan Pb secara intraperitoneal pada dosis 20,
80 dan 160 mg/kgBB cenderung menurunkan kada r MDA plasma, tetapi pada dosis
Pb 40 mg/kgBB sebaliknya meningkatkan kadar MDA. Semua perbedaan tersebut
secara statistik tidak bermakna (p>0.05). (b) Pemberian asam askorbat dosis 400
mg/kgBB pada mencit yang dipapar Pb s ecara intraperitoneal dengan dosis Pb 20
dan 40 mg/kgBB, tidak berdampak pada jumlah eritrosit tetapi sebaliknya pada dosis
Pb 80 dan 160 mg/kgBB, meningkatkan ju mlah eritrosit. Peningkatan ini secara
statistik tidak bermakna (p>0.05) (c) Asam askorbat peroral tidak efektif
memproteksi timbulnya peroksidasi lipid pada mencit yang dipaparkan Pb secara
intraperitoneal.