BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Keputihan merupakan salah satu masalah yang cukup berpengaruh pada
wanita. Secara fisiologis keputihan adalah suatu hal yang normal dan tidak
menganggu, tetapi apabila berlebihan dan disertai dengan keluhan lain seperti ra sa
gatal, dan rasa nyeri pada saat berhubungan seksual maka keputihan dapat
menganggu aktifitas dan keharmonisan rumah tangga.
Keputihan yang patologis dapat disebabkan oleh kandidiasis vagina,
trichomoniasis vagina, vaginosis bakterialis, gonore ataupun a danya benda asing.
Beberapa peneliti melaporkan bahwa penyebab keputihan yang paling banyak adalah
kandidiasis vagina (8)
Pada saat ini di Indonesia ada kecendrungan peningkatan insidensi
Kandidiasis Vagina.
Hutapea H (1979) di Poliklinik Obstetri dan Gin ekologi RS. Dr. Pirngadi Medan
melaporkan insiden kandidiasis vagina sebanyak 14% (9)
Suprihatin (1980) di Jakarta melaporkan insiden kandidiasis vagina sebanyak
39,3%(9)
Mahadi IDR (1982) melaporkan insiden kandidiasis vagina di Poliklinik
Penyakit Kulit dan Kelamin RS. Dr. Pirngadi Medan sebanyak 55% (11)
Barus IG (1997) melaporkan insiden kandidiasis vagina di Poliklinik Ginekologi,
PKBRS dan PIH RS. Dr. Pirngadi Medan sebanyak 46% (10)
Pada kandidiasis vagina terjadi infeksi jamur kandida pada dinding vagina
yang disebabkan oleh genus candida khususnya candida albicans dan genus candida
lainnya. (7,22,23) Adanya faktor -faktor predisposisi dapat menyebabkan perubahan
pada jamur kandida yang semula saprofit menjadi patogen sehingga terjadi
kandidiasis vagina. (7,8)
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan salah satu faktor
predisposisi yang dapat memicu jamur kandida yang semula asymptomatis menjadi
aktif berkembang biak sehingga timbul kandidiasis vagina. (7,8)
Hanafiah TM (1981) melapork an di PKBRS RSUD Dr. Pirngadi Medan dijumpai
keputihan karena infeksi kandida 13,75% pada akseptor AKDR, 18,5% pada
akseptor pil dan 14,0% pada akseptor KB suntik (9)
Mahadi IDR (1982) melaporkan di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Pirngadi
Medan pa da 100 orang penderita fluor albus ada 13% akseptor KB yaitu 5%,
akseptor pil dan 8% akseptor AKDR. (11)
Barus IG (1997) melaporkan di PKBRS RSUD Dr. Pirngadi Medan dijumpai
keputihan karena infeksi kandida 17% pada akseptor AKDR, 11% pada akseptor pil
dan 0% pada akseptor KB suntik (10)
Bimantara DC (2000) melaporkan bahwa keputihan merupakan keluhan yang
paling banyak ditemui pada kelompok pemakai AKDR CuT – 380 A yaitu sebanyak
30% (3)
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Keputihan merupakan salah satu masalah yang cukup berpengaruh pada
wanita. Secara fisiologis keputihan adalah suatu hal yang normal dan tidak
menganggu, tetapi apabila berlebihan dan disertai dengan keluhan lain seperti ra sa
gatal, dan rasa nyeri pada saat berhubungan seksual maka keputihan dapat
menganggu aktifitas dan keharmonisan rumah tangga.
Keputihan yang patologis dapat disebabkan oleh kandidiasis vagina,
trichomoniasis vagina, vaginosis bakterialis, gonore ataupun a danya benda asing.
Beberapa peneliti melaporkan bahwa penyebab keputihan yang paling banyak adalah
kandidiasis vagina (8)
Pada saat ini di Indonesia ada kecendrungan peningkatan insidensi
Kandidiasis Vagina.
Hutapea H (1979) di Poliklinik Obstetri dan Gin ekologi RS. Dr. Pirngadi Medan
melaporkan insiden kandidiasis vagina sebanyak 14% (9)
Suprihatin (1980) di Jakarta melaporkan insiden kandidiasis vagina sebanyak
39,3%(9)
Mahadi IDR (1982) melaporkan insiden kandidiasis vagina di Poliklinik
Penyakit Kulit dan Kelamin RS. Dr. Pirngadi Medan sebanyak 55% (11)
Barus IG (1997) melaporkan insiden kandidiasis vagina di Poliklinik Ginekologi,
PKBRS dan PIH RS. Dr. Pirngadi Medan sebanyak 46% (10)
Pada kandidiasis vagina terjadi infeksi jamur kandida pada dinding vagina
yang disebabkan oleh genus candida khususnya candida albicans dan genus candida
lainnya. (7,22,23) Adanya faktor -faktor predisposisi dapat menyebabkan perubahan
pada jamur kandida yang semula saprofit menjadi patogen sehingga terjadi
kandidiasis vagina. (7,8)
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan salah satu faktor
predisposisi yang dapat memicu jamur kandida yang semula asymptomatis menjadi
aktif berkembang biak sehingga timbul kandidiasis vagina. (7,8)
Hanafiah TM (1981) melapork an di PKBRS RSUD Dr. Pirngadi Medan dijumpai
keputihan karena infeksi kandida 13,75% pada akseptor AKDR, 18,5% pada
akseptor pil dan 14,0% pada akseptor KB suntik (9)
Mahadi IDR (1982) melaporkan di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Pirngadi
Medan pa da 100 orang penderita fluor albus ada 13% akseptor KB yaitu 5%,
akseptor pil dan 8% akseptor AKDR. (11)
Barus IG (1997) melaporkan di PKBRS RSUD Dr. Pirngadi Medan dijumpai
keputihan karena infeksi kandida 17% pada akseptor AKDR, 11% pada akseptor pil
dan 0% pada akseptor KB suntik (10)
Bimantara DC (2000) melaporkan bahwa keputihan merupakan keluhan yang
paling banyak ditemui pada kelompok pemakai AKDR CuT – 380 A yaitu sebanyak
30% (3)