BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Obesitas adalah gangguan nutrisi yang paling seri ng pada anak dan merupakan
masalah kesehatan dan epidemi tidak terkontrol di seluruh dunia. 1 Di Amerika
Serikat, 1 dari 5 anak didiagnosis dengan obesitas, dan kejadiannya meningkat
sebanyak 55% pada anak usia 6 – 17 tahun dari tahun 1981 sampai 1999. 2
Pada tahun 1998 Djer dkk mendapatkan 9,6% kasus obesitas di SD Negeri di
kawasan Jakarta Pusat. Tahun 2002, Meilany dkk mendapatkan 27,5% kasus
pada anak SD di kawasan Jakarta Timur. Dikutip dari 3 Di Medan pada tahun
1999, Kamelia mendapatkan kejadian obesitas sebesar 20% pada anak SD
swasta dan 9% anak SD Negeri. 4 Data-data ini menegaskan, angka kejadian
obesitas semakin meningkat tahun dari tahun ke tahun.
Pada masa kanak-kanak dan remaja, penumpukan lemak terjadi jika total
energi yang masuk lebih besar dari energi yang dikeluarkan. Ketidakseimbangan
energi ini dapat disebabkan masukan energi yang berlebihan dan / atau
menurunnya energi yang dipakai untuk metabolisme tubuh, termoregulasi, dan
aktivitas fisik. Lebih dari 90% kasus ob esitas disebabkan oleh faktor idiopatik
(primer/nutrisional), sedangkan hanya seki tar 10% yang disebabkan oleh faktor
endogen (kelainan hormonal, sindroma, atau defek genetik). 1,2
Obesitas adalah penumpuk an lemak tubuh yang berl ebihan. Cara paling
umum dan sederhana untuk menghitung dan menentukan obesitas adalah
dengan indeks masa tubuh (IMT) atau body mass index = BMI yang
didefenisikan sebagai perbandingan massa tubuh (kg) / tinggi badan (m)². Indeks
Febrina Zulhidayati Siregar : Perbandingan Arus Puncak Ekspirasi Sebelum dan Sesudah Latihan Fisik Pada Anak…, 2007
USU e-Repository © 2008
masa tubuh berkorelasi dengan total lemak tubuh pada anak overweight dan
obesitas. Nilai normal ber variasi menurut umur dan jenis kelamin, dan
dipresentasikan dalam kurva antara persentil 5 – 95. Rekomendasi dari National
Health and Nutrition Examination Surveys, dikatakan overweight bila BMI >
persentil 85 dan obesitas bila BMI > per sentil 95 atau > 30 kg/m² dalam segala
usia. 1,2,5,6
Obesitas masa anak berlanjut hingga dewasa dan berhubungan dengan
angka kesakitan dan kematian yang lebih tinggi. Penelitian dari National Health
and Medical Research Centre, 50% anak obesitas akan tetap obesitas hingga
dewasa. Komplikasi jangka pendek obesitas berhubungan dengan pertumbuhan
tulang, sistem endokrin, kardiovaskular, dan pencernaan. 7,8
Obesitas berhubungan den gan komplikasi respiratorik seperti obstructive
sleep apnoe, sindroma hipoventilasi, dan penurunan fungsi (faal) paru. Obesitas
anak dan remaja juga mengakibatkan peningkatan frekuensi saluran respiratorik,
gangguan toleransi saat lati han fisik, meningkatnya beban kerja respirasi dan
konsumsi oksigen. 9,10
Obesitas mengakibatkan stres tambahan ventilasi saat latihan fisik,
bahkan dapat mengakibatkan g angguan fungsi paru. Kenyat aannya, latihan fisik
lebih memberatkan pada anak obesitas dibandingkan anak sehat tanpa
obesitas. Anak obesitas akan lebi h mudah sesak selama latihan fisik. 9
Beberapa penelitian, kebanyakan secara sekat lintang. mendapatkan
hubungan yang positif antara obesitas atau indeks masa tubuh dengan
gangguan respiratorik, asma, dan hiperre sponsif saluran respiratorik. 10,11 Li
dkk meneliti 64 anak obes itas, mendapatkan penurunan functional residual
capacity (FRC) dan gangguan difusi mer upakan kelainan yang paling sering
Febrina Zulhidayati Siregar : Perbandingan Arus Puncak Ekspirasi Sebelum dan Sesudah Latihan Fisik Pada Anak…, 2007
USU e-Repository © 2008
dijumpai, dan penurunan volume statis paru berhubungan dengan derajat
obesitas. 12 Namun, Tang dkk tidak menemukan perbedaan bermakna pada
hasil pengukuran faal paru antara anak obesitas dan tidak obesitas setelah uji
lompat selama 10 menit. 9 Basisio dkk dan Chaussain dkk juga tidak
menjumpai kelainan paru yang bermakna pada anak obesitas. Dikutip dari 12
Uji faal paru adalah sebutan umum te rhadap deretan studi atau manuver
yang dilakukan dengan peralat an standarisasi untuk menguk ur faal paru. Uji ini
sejak lama dikenal orang sebagai sarana penting untuk penanganan berbagai
kelainan paru. Dimasa kini, kekerapan penyakit paru dan saluran respiratorik
semakin meningkat sehingga peranan uji faal paru sema kin penting baik untuk
diagnosis, penilaian keberhasilan terapi maupun meramalkan berbagai penyakit
paru dan saluran respiratorik. Uji faal paru dapat dilakukan dengan spirometri,
pengukuran volume paru, kapasitas difu si karbon monoksida dan analisa gas
darah arteri. 13
Pengukuran faal paru sering sulit di lakukan pada anak karena kurang
kooperatif sehingga di buat suatu uji sederhana y ang tidak membutuhkan
partisipasi aktif anak. Peak flow meter (PFM) merupakan sebuah instrumen kecil,
portable, murah dan mudah digunakan sebagai suat u alternatif untuk mengukur
arus puncak ekspirasi. Alat ini secara luas telah digunakan pada penderita asma
atau sebagai uji tapis penyakit respiratorik. 13,14
1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut diatas, maka dirumuskan
masalah :
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Obesitas adalah gangguan nutrisi yang paling seri ng pada anak dan merupakan
masalah kesehatan dan epidemi tidak terkontrol di seluruh dunia. 1 Di Amerika
Serikat, 1 dari 5 anak didiagnosis dengan obesitas, dan kejadiannya meningkat
sebanyak 55% pada anak usia 6 – 17 tahun dari tahun 1981 sampai 1999. 2
Pada tahun 1998 Djer dkk mendapatkan 9,6% kasus obesitas di SD Negeri di
kawasan Jakarta Pusat. Tahun 2002, Meilany dkk mendapatkan 27,5% kasus
pada anak SD di kawasan Jakarta Timur. Dikutip dari 3 Di Medan pada tahun
1999, Kamelia mendapatkan kejadian obesitas sebesar 20% pada anak SD
swasta dan 9% anak SD Negeri. 4 Data-data ini menegaskan, angka kejadian
obesitas semakin meningkat tahun dari tahun ke tahun.
Pada masa kanak-kanak dan remaja, penumpukan lemak terjadi jika total
energi yang masuk lebih besar dari energi yang dikeluarkan. Ketidakseimbangan
energi ini dapat disebabkan masukan energi yang berlebihan dan / atau
menurunnya energi yang dipakai untuk metabolisme tubuh, termoregulasi, dan
aktivitas fisik. Lebih dari 90% kasus ob esitas disebabkan oleh faktor idiopatik
(primer/nutrisional), sedangkan hanya seki tar 10% yang disebabkan oleh faktor
endogen (kelainan hormonal, sindroma, atau defek genetik). 1,2
Obesitas adalah penumpuk an lemak tubuh yang berl ebihan. Cara paling
umum dan sederhana untuk menghitung dan menentukan obesitas adalah
dengan indeks masa tubuh (IMT) atau body mass index = BMI yang
didefenisikan sebagai perbandingan massa tubuh (kg) / tinggi badan (m)². Indeks
Febrina Zulhidayati Siregar : Perbandingan Arus Puncak Ekspirasi Sebelum dan Sesudah Latihan Fisik Pada Anak…, 2007
USU e-Repository © 2008
masa tubuh berkorelasi dengan total lemak tubuh pada anak overweight dan
obesitas. Nilai normal ber variasi menurut umur dan jenis kelamin, dan
dipresentasikan dalam kurva antara persentil 5 – 95. Rekomendasi dari National
Health and Nutrition Examination Surveys, dikatakan overweight bila BMI >
persentil 85 dan obesitas bila BMI > per sentil 95 atau > 30 kg/m² dalam segala
usia. 1,2,5,6
Obesitas masa anak berlanjut hingga dewasa dan berhubungan dengan
angka kesakitan dan kematian yang lebih tinggi. Penelitian dari National Health
and Medical Research Centre, 50% anak obesitas akan tetap obesitas hingga
dewasa. Komplikasi jangka pendek obesitas berhubungan dengan pertumbuhan
tulang, sistem endokrin, kardiovaskular, dan pencernaan. 7,8
Obesitas berhubungan den gan komplikasi respiratorik seperti obstructive
sleep apnoe, sindroma hipoventilasi, dan penurunan fungsi (faal) paru. Obesitas
anak dan remaja juga mengakibatkan peningkatan frekuensi saluran respiratorik,
gangguan toleransi saat lati han fisik, meningkatnya beban kerja respirasi dan
konsumsi oksigen. 9,10
Obesitas mengakibatkan stres tambahan ventilasi saat latihan fisik,
bahkan dapat mengakibatkan g angguan fungsi paru. Kenyat aannya, latihan fisik
lebih memberatkan pada anak obesitas dibandingkan anak sehat tanpa
obesitas. Anak obesitas akan lebi h mudah sesak selama latihan fisik. 9
Beberapa penelitian, kebanyakan secara sekat lintang. mendapatkan
hubungan yang positif antara obesitas atau indeks masa tubuh dengan
gangguan respiratorik, asma, dan hiperre sponsif saluran respiratorik. 10,11 Li
dkk meneliti 64 anak obes itas, mendapatkan penurunan functional residual
capacity (FRC) dan gangguan difusi mer upakan kelainan yang paling sering
Febrina Zulhidayati Siregar : Perbandingan Arus Puncak Ekspirasi Sebelum dan Sesudah Latihan Fisik Pada Anak…, 2007
USU e-Repository © 2008
dijumpai, dan penurunan volume statis paru berhubungan dengan derajat
obesitas. 12 Namun, Tang dkk tidak menemukan perbedaan bermakna pada
hasil pengukuran faal paru antara anak obesitas dan tidak obesitas setelah uji
lompat selama 10 menit. 9 Basisio dkk dan Chaussain dkk juga tidak
menjumpai kelainan paru yang bermakna pada anak obesitas. Dikutip dari 12
Uji faal paru adalah sebutan umum te rhadap deretan studi atau manuver
yang dilakukan dengan peralat an standarisasi untuk menguk ur faal paru. Uji ini
sejak lama dikenal orang sebagai sarana penting untuk penanganan berbagai
kelainan paru. Dimasa kini, kekerapan penyakit paru dan saluran respiratorik
semakin meningkat sehingga peranan uji faal paru sema kin penting baik untuk
diagnosis, penilaian keberhasilan terapi maupun meramalkan berbagai penyakit
paru dan saluran respiratorik. Uji faal paru dapat dilakukan dengan spirometri,
pengukuran volume paru, kapasitas difu si karbon monoksida dan analisa gas
darah arteri. 13
Pengukuran faal paru sering sulit di lakukan pada anak karena kurang
kooperatif sehingga di buat suatu uji sederhana y ang tidak membutuhkan
partisipasi aktif anak. Peak flow meter (PFM) merupakan sebuah instrumen kecil,
portable, murah dan mudah digunakan sebagai suat u alternatif untuk mengukur
arus puncak ekspirasi. Alat ini secara luas telah digunakan pada penderita asma
atau sebagai uji tapis penyakit respiratorik. 13,14
1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut diatas, maka dirumuskan
masalah :