BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sungai adalah sebuah tempat untuk air mengalir dari daratan menuju laut. Sungai sangat bermanfaat untuk kehidupan manusia dari zaman purbakala sampai zaman modern sekarang. Tidak sedikit makhluk hidup yang menggantungkan hidupnya pada sungai. Namun semakin lama sungai semakin mengalami pendangkalan yang akhirnya tidak dapat lagi menampung air dan akhirnya terjadilah luapan air atau banjir. Definisi dari banjir itu sendiri adalah aliran air sungai yang mengalami peningkatan air yang tingginya melebihi muka air normal, sehingga menyebabkan air melimpas dari palung sungai dan menyebabkan adanya genangan pada area rendah di sisi sungai. Aliran air dari limpasan sungai tersebut yang semakin meninggi, mengalir dan melimpasi muka tanah yang biasanya tidak dilalui aliran air (BAKORNAS PB, 2007).
Banjir sendiri dapat dibagi menjadi dua peristiwa, yaitu peristiwa genangan yang berarti peristiwa yang terjadi pada daerah yang biasanya tidak terjadi banjir. Selain itu ada juga peristiwa banjir yang berarti peristiwa yang terjadi karena limpasan air banjir dari sungai yang sudah tidak dapat menampung debit air dan tidak mampu dialirkan oleh sungai. Peristiwa banjir dapat digolongkan bencana apabila mengganggu aktivitas dan kepentingan manusia, namun apabila tidak mengakibatkan gangguan banjir tidak akan menjadi masalah. Saat ini banyak masyarakat yang mendirikan pemukiman dan melakukan banyak aktivitas di bantaran sungai yang menjadi daerah banjir. Banyak sungai-sungai di kota besar yang dijadikan kawasan pemukiman tersebut dan diantaranya adalah kota-kota yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Daerah istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi yang berada di Pulau Jawa yang letaknya berada di bagian selatan berbatasan langsung dengan Jawa Tengah dan Samudra Hindia. Apabila dilihat secara geografis Yogyakarta terletak pada 8o30’-7o20’ Lintang Selatan dan 109o40’-111o0’ Bujur Timur dengan luas keseluruhan wilayah sebesar 3185,80 km2 menjadikan Yogyakarta
menjadi provinsi kedua terkecil di Indonesia setelah Provinsi DKI Jakarta. Untuk pembagian secara administratif di Yogyakarta dibagi menjadi 5 daerah yang terdiri dari 4 kabupaten yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul serta Kabupaten Kulon Progo dan 1 kotamadya yaitu Kota Yogyakarta.
Terdapat beberapa sungai besar di Yogyakarta dan salah satunya adalah Sungai Progo yang terletak di sebelah barat dari Provinsi Yogyakarta. Untuk sungai-sungai lain yang berada di Yogyakarta diantaranya Sungai Serang, Sungai Boyong-Code, Sungai Winongo, Sungai Gajah Wong, Sungai Opak, Sungai Oya, dan Sungai Bedog. Dengan banyaknya aliran sungai di Yogyakarta menjadikan Yogyakarta tempat yang nyaman dihuni karena memiliki unsur kehidupan yang baik. Namun seiring berjalannya waktu muncul beberapa masalah di Yogyakarta salah satunya banjir. Banyak faktor yang menyebabkan masalah tersebut terjadi salah satunya peningkatan jumlah penduduk. Semakin banyaknya permintaan untuk daerah hunian di Yogyakarta menyebabkan berkurangnya daerah resapan air baik di hulu maupun hilir. Masalah tersebut semakin diperparah dengan banyaknya masyarakat yang masih terbiasa membuang sampah sembarangan terutama di sungai.
Saat ini banjir merupakan masalah serius yang sering terjadi di Yogyakarta. Hampir setiap tahun saat musim hujan banjir selalu terjadi di kawasan Yogyakarta. Sungai Winongo atau warga Yogyakarta menyebutnya Kali Winongo yang terletak di Kabupaten Sleman pada bagian hulu lalu melewati Kota Yogyakarta dan bermuara di Kabupaten Bantul, yang memiliki luas DAS sebesar
±47,83 km2 merupakan sungai yang memiliki peranan penting terutama untuk masyarakat yang berada disekitarnya. Masyarakat sering memafaatkan Sungai Winongo dengan menjadikannya sebagai sumber air untuk mengairi lahan pertanian dan dijadikan lahan perikanan. Selain itu sungai ini juga dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan guna menunjang peningkatan kualitas hidup masyarakat terutama yang berada di sekitar aliran Sungai Winongo. Namun dibalik berbagai manfaatnya bagi masyarakat Yogyakarta, Sungai Winongo juga pernah membawa musibah. Salah satu musibah yang disebabkan yaitu saat terjadi erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010. Dampak erupsi tersebut dapat dirasakan hingga Kota Yogyakarta karena terjadinya pendangkalan Sungai Winongo yang disebabkan adanya endapan material erupsi Gunung Merapi yang akhirnya menyebabkan sungai tersebut tidak dapat menampung aliran lahar dingin dan menyebabkan terjadinya banjir di kawasan sekitar Sungai Winongo.
Bencana banjir menyebabkan timbulnya berbagai masalah dan tentunya menyebabkan kerugian baik itu secara fisik, sosial, ekonomi serta lingkungan. Selain itu banjir juga dapat mengganggu berbagai sektor yang akhirnya menghambat pembangunan daerah. Salah satu sektor yang paling terdampak adanya bencana banjir adalah sektor transportasi. Banjir menyebabkan kerusakan diberbagai fasilitas penunjang transportasi seperti kerusakan jalan, jembatan, dan berbagai gangguan lainnya yang pada akhirnya menyebabkan terhambatnya perekonomian daerah.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan dapat disimpulkan bahwa pemetaan pada daerah yang rawan banjir pada DAS Sungai Winongo, yaitu Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul merupakan sesuatu yang menarik untuk dianalisa. Dengan demikian dapat ditentukan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana tingkat bahaya banjir, kerentanan banjir, dan kapasitas yang timbul dari bencana banjir di wilayah DAS Winongo.
b. Bagaimana tingkat resiko yang ditimbulkan dari bencana banjir pada wilayah DAS Winongo yang meliputi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.
1.3. Lingkup Penelitian
Dikarenakan adanya keterbatasan pada waktu, dana dan kemampuan penulis maka dilakukan pembatasan pada penelitian ini. Batasan tersebut adalah : a. Diambilnya lokasi penelitian DAS Winongo yang mencakup wilayah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.
b. Data untuk analisis kapasitas berupa jumlah kelembagaan kebencanaan, alat peringatan dini kebencanaan, sosialisasi dan pelatihan kebencanaan, kegiatan pengurangan faktor resiko dan bangunan kesiapsiagaan yang diperoleh dari perangkat pemerintahan tingkat kecamatan dan kelurahan.
c. Beberapa data yang digunakan untuk mengetahui nilai bahaya dan kerentanan menggunakan penelitian terdahulu dari Arli (2017) dengan pembaruan data kependudukan menjadi tahun 2017, data kepadatan penduduk tahun 2017, peta sebaran banjir pada tahun 2017.
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasar dari rumusan masalah yang telah ditentukan, maka penelitian ini memiliki maksud untuk mengetahui letak dan luas wilayah yang terdampak oleh bencana banjir. Selain itu tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Mengukur tingkat bahaya, kerentanan, dan kapasitas pada DAS Winongo dengan parameternya masing-masing.
b. Mengukur tingkat resiko banjir pada DAS Winongo dengan parameter yang terdiri dari bahaya banjir, kerentanan banjir dan kapasitas.
1.5. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini memiliki manfaat untuk pihak-pihak yang memiliki kepentingan guna pengembangan ilmu dan wawasan mengenai resiko banjir pada DAS Winongo. Informasi yang diperoleh dari penelitian ini ialah cara menganalisis tingkat kapasitas menggunaan metode skoring dan pembobotan dan hasilnya digunakan untuk mengetahui nilai resiko banjir sesuai dengan pedoman umum pengkajian resiko bencana pada DAS Winongo.
b. Manfaat Praktis
a) Masyarakat
Penelitian ini memberikan informasi kepada masyarakat khususnya yang bertempat tinggal di DAS Winongo mengenai tingkat resiko banjir pada daerah-daerah yang berada di DAS Winongo sehingga memberikan kesadaran kepada masyarakat dan lebih mempersiapkan diri apabila terjadi bencana khususnya bencana banjir.
Hasil penelitian ini juga dapat menjadi acuan bagi masyarakat agar lebih sadar dalam menjaga keadaan sungai dan mau mempersiapkan diri guna persiapan menghadapi bencana banjir. Dengan adanya penelitian ini masyarakat dapat mengetahui resiko banjir dan dapat digunakan sebagai pedoman untuk meningkatkan kapasitas guna meminimalisir resiko banjir.
b) Pemerintah
Dapat digunakan sebagai informasi guna meminimalisir resiko banjir. Pemerintah dapat mengetahui kekurangan pada setiap daerah yang mengakibatkan tingginya resiko banjir pada wilayah tersebut. Penelitian ini juga dapat membantu pemerintah dalam mengambil keputusan untuk upaya mitigasi, penanggulangan dan pengendalian banjir.