BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hudoyo (1998) menyatakan bahwa belajar matematika merupakan proses membangun atau mengkonstruksi konsep – konsep dan prinsip – prinsip tidak sekedar pengrojokan yang terkesan pasif dan statis namun belajar itu harus aktif dan dinamis. Hal ini sesuai dengan pandangan konstruktivis yaitu suatu pandangan dalam mengajar dan belajar, dimana siswa membangun sendiri arti dari pengalamannya dan interaksi dengan orang lain, sedangkan tugas guru adalah memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa.
Kondisi tersebut berbeda dengan pembelajaran matematika di kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Salatiga, dimana guru hanya menggunakan model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran konvensional ini guru secara aktif memberikan materi, kemudian memberi contoh dan latihan. Disisi lain siswa hanya mendengarkan, mencatat dan mengerjakan soal yang diberikan guru, sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna dan membuat siswa kurang aktif dalam pembelajaran (Zamroni; 2003). Model pembelajaran konvensional mengakibatkan nilai siswa rendah, ini tampak dari nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa di kelas itu, yaitu 64 dimana nilai rata-rata itu masih di bawah KKM yang ditetapkan, yaitu 70 serta batas ketuntasan yang dicapai masih jauh dibawah 75% yaitu 28% dimana 72% belum tuntas.
Kondisi ini sangat memprihatinkan sehingga diperlukan upaya perbaikan pembelajaran matematika dengan tujuan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan pernyataan tersebut diperlukan perubahan kondisi model pembelajaran yang menarik perhatian siswa, sehingga siswa dapat lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran serta dapat lebih memahami materi ajar yang disampaikan. Beberapa jenis model pembelajaran yang berkembang dapat membantu guru dalam mengajar, sehingga guru tidak hanya mentransfer pengetahuan tetapi juga berusaha membangun struktur kognitif siswa. Lie (2004) menyebutkan bahwa terdapat 14 model pembelajaran yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran. Salah satunya model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar adalah menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengerjakan materi tersebut kepada angota lain dalam kelompoknya (Sudrajat; 2008). Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu model belajar yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar sekaligus mengajarkan kepada orang lain (Zaini, Hisyam dkk; 2007). Marhiyah (2010) mengatakan bahwa model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar, karena dengan menggunakan tipe jigsaw siswa dapat memahami materi dengan mandiri. Setiyani (2011) mengatakan bahwa model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar karena, dengan tipe tersebut siswa memiliki tanggung jawab terhadap materi yang dipelajari dan dapat menjelaskan materi tersebut kepada teman lainnya dalam satu kelompoknya.
Berdasarkan fakta di atas maka dilakukan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Materi Logika
Matematika Siswa Kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Salatiga.
File Selengkapnya.....