Isikan Kata Kunci Untuk Memudahkan Pencarian

Hubungan Antara Kepuasan Terhadap Produk Sabun Mandi Dengan Loyalitas Merk Pada Konsumen Wanita

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dewasa ini tampak persaingan antar produsen semakin tinggi. Hal itu terlihat

dari semakin banyak merk produk yang muncul di pasar. Persaingan tersebut,

misalnya antara Produk PT Unilever Indonesia, PT Procter dan Gamble Indonesia,

PT Dino Industrial Indonesia maupun dengan perusahaan-perusahaan loka lainnya

seperti PT Sinar Antjol. Dahulu hanya ada pt Unilever yang mengeluarkan sabun

mandi, misalnya merk Lux dan Lifebuoy. Kemudian mendapat persaingan dari PT

Cusson Indonesia yang mengeluarkan sabun mandi, misalnya Merk Emperial Leather

dan Beauty Skin Care Soap.

Pasar konsumen yang berkembang terjadi karena munculnya berbagai macam

merk baru yang dapat mempengaruhi keberhasilan pemasaran suatu produk. Para

produsen seharusnya memperhitungkan merk-merk lain yang ada di pasaran agar

produk tetap digemari konsumen. Hal ini memang wajar dilakukan mengingat

kemungkinan pindak merk dapat saja terjadi pada konsumen yang lebih tertarik pada

merk lain. Krisis moneter telah menjangkau segi-segi kehidupan paling mendasar

sehingga menggoyahkan hampir seluruh lapisan masyarakat. Dalam hal ini saat

seseorang memilih kemudian memutuskan untuk membeli suatu barang., maka

mereka akan melalui proses mempertimbangkan segala hal yang berkaitan dengan

barang tersebut termasuk soal harga. Harga juga menentukan persaingan di pasar

konsumen tersebut. Dengan demikian produsen perlu berusaha sekuat tenaga untuk

mempertahankan pelanggannya.

Bentuk persaingan antar produsen sangat beragam. Produsen tanpa segan-

segan meniru bentuk kemasan, warna kemasan, harga maupun bentuk komunikasi

dari produsen lain, sehingga antar merk lainnya menjadi serupa. Hal tersebut memang

potensi untuk konsumen berpindah ke merk lain. Kemasan bentuk, kesamaan isi

antara satu dengan merk lainnya dan kompetisi harga mempunyai potensi untuk

membuat konsumen berpindah ke merk lain (Loudon & Bitta, 1984).

Bentuk persaingan pada produk sabun misalnya mereka berlomba-lomba

untukmuncul di iklan TV atau mass media lainnya. di samping itu seringkali

produsen mengadakan atau menyelenggarakan kusi berhadiah, undian dan talk show.

Fenomena di atas menyebabkan masalah loyalitas konsumen sangat

diperhatikan oleh para produsen. Loyalitas konsumen tetap merupakan prioritas yang

harus dicapai oleh setiap produsen meskipun usaha untuk prestasi loyalitas konsumen

tersebut merupakan suatu hal yang tidak mudah. Hal senada juga dikemukakan oleh

(Engel, Blackwell & Miniard, 1994) bahwa loyalitas konsumen merupakan prestasi

puncak yang harus dicapai oleh setiap produsen. Hal ini dapat disadari bahwa

mencari atau menjaring pelanggan baru itu jauh lebih sulit. Oleh karena itu para

produsen cenderung untuk mempertahankan pelanggan lama. Peter dan Olson (1990)

juga mengemukakan bahwa pada pasar yang tinggi tingkat persaingannya, upaya

mempertahankan konsumen agar tidak berpindah ke merk lain atau dengan kata lain

meloyalkan konsumen dipandang lebih efisien dibanding mencari konsumen atau

pelanggan baru dengan cara menciptakan merk produk baru akan membutuhkan

biaya yang jauh lebih mahal, atau enam kali lebih mahal daripada biaya untuk

mempertahankan pelanggan.

Bila mengkaji loyalitas merk, ini akan berhubungan dengan masalah perilaku

konsumen. Loyalitas merk para dasarnya merupakan proses pengambilan keputusan

dalam membeli. Konsumen pada awal pembelian harus melakukan pencarian

mengenai bentuk produknya serta melakukan evaluasi atau penyeleksian alternatif

terhadap berbagai macam merk yang ada di pasaran, sehingga pada loyalitas merk ini

konsumen tidak perlu mengulang pencarian informasi lagi. Pendapat ini sejalan

dengan Engel, J.Y., dan Blackwell, R. D., (1995) yang menyatakan bahwa konsumen

mengadakan seleksi dari alternatif-alternatif pilihan dalam mencari informasi

mengenai produk. Langkah tersebut di atas merupakan suatu penyederhanaan

kegiatan proses pengambilan keputusan dalam membeli. Penyederhanaan tersebut

akan lebih menghemat proses berpikir dalam waktu untuk mencari informasi serta

melakukan penyeleksian berbagai merk atau produk Engel, J. F., Blackwell,R.D. &

Miniard, P. W. ( 1994). Hal tersebut di atas tentu saja akan lebih menguntungkan

konsumen, lebih-lebih konsumen yang mempunyai waktu yang terbatas.

Sebagai individu dan juga sekaligus sebagai konsumen, mereka selalu ingin

dipenuhi kebutuhannya. Kebutuhan itu muncul seiring dengan perkembangan

individu itu sendiri, sehingga kebutuhan dapat semakin berkembang pula. Dahulu

konsumen membeli hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan. Sekarang mereka

lebih memperhatikan pula masalah kualitas, sehingga kepuasan pribadi menjadi suatu

hal yang penting bagi setiap individu dan sudah menjadi semacam kebutuhan yang

selalu ingin dipenuhi.

Menurut Peter dan Olson (1990) jika konsumen merasa puas dengan produk

atau merk tertentu, mereka cenderung membeli lagi, menggunakan dan menceritakan

pada orang lain mengenai pengalamannya tersebut. Sebaliknya jika konsumen tidak

puas terhadap merk atau produk tertentu maka mereka cenderung mengeluh pada

perusahaan pengecer atau konsumen lain mengenai produk itu.

Banyak sumber mengatakan bahwa loyalitas identik dengan perilaku membeli

berulang, sehingga faktor kepuasan dipandang sebagai faktor yang sangat

menentukan bagi terbentuknya loyalitas merk. Menurut Peter dan Olson (1990),

loyalitas merk memang merupakan perilaku membeli berulang. Engel, J. F.,

Blackwell, R.D dan Miniard, P.W. (1994) menyebut perilaku tersebut sebagai

perilaku inersia. Perilaku inersia sering disebut pula sebagai loyalitas semu, karena

perilaku membeli berulang yang dilakukan bukan atas dasar proses pengambilan

keputusan membeli dengan pertimbangan pribadi, baik pertimbangan rasional

maupun emosional. Oleh karena itu pada perilaku inersia ini menjadi mudah

dipengaruhi oleh merk-merk lain untuk berganti ke merk lain. Apabila merk lain

menawarkan diskon, hadiah, atau label dengan kata “baru’, konsumen inersia artinya

konsumen jenis ini cenderung lebih tertarik untuk membeli merk tersebut dengan

alasan ingin mendapatkan diskon, hadiah atau harga murah sehingga mempunyai

kecenderungan lebih mudah untuk berpindah ke merk lain tersebut. Hal ini jelas

menunjukkan bahwa yang membedakan kedua perilaku tersebut adalah dasar

pembentukanya dan konsistensinya. Loyalitas semacam ini terbentuk karena adanya

keterlibatan yang tinggi antara konsumen dengan merk yang dipilih.

Menurut penelitian Wardiyanto (1998) banyak keuntungan lain yang

diperoleh perusahaan apabila produk yang dihasilkan sudah mempunyai konsumen

yang loyal, antara lain adalah dapat dijual dengan harga lebih tinggi daripada produk

pesaing tanpa harus khawatir ditinggalkan pelanggannya. Keuntungan lain yang

diperoleh perusahaan adalah bahwa konsumen yang loyal juga dapat menjadi “agen”

perusahaan untuk mempengaruhi biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan, terutama

biaya pemasaran dan penjualan.

Loyalitas memang merupakan sesuatu yang diidamkan oleh semua

perusahaan karena demikian banyak keuntungan yang diperoleh perusahaan bila

mempunyai konsumen yang loyal. Akan tetapi kenyataan berbicara lain, tidak semua

merk dapat menciptakan pelanggan yang loyal dan sebaliknya tidak mudah pula

mempertahankan loyalitas merk yang sudah dicapai. Banyak bukti yang

menunjukkan bahwa tidak sedikit merk yang telah mempunyai pelanggan loyal,

tetapi karena lengah dan salah menerapkan strategi akhirnya ditinggalkan oleh

konsumennya. Contohnya adalah kasus yang terjadi produk mie instant Supermie.

Pada dekade lalu merk ini begitu menguasai pasar dan mempunyai pelanggan yang

begitu loyal sehingga merk apapun yang masuk selalu dikaitkan dengan Supermie.

Tidak aneh apabila masyarakat waktu itu selalu menyebut mie siap hidang semacam

ini dengan sebutan Supermie sehingga muncullah istilah Supermie merek Indomie

atau Supermie merk Sarimie. Akibatnya sulit bagi perusahaan lain untuk merebut

pasaran Supermie pada waktu itu. Tapi yang terjadi di kemudian Supermie menjadi

lengah dan salah dalam menerapkan strategi sehingga lambat laun konsumennya akan

direbut oleh Indomie. Kini, Indomie menguasai 60% pasar mie instant disusul oleh

Supermie (23%) dan Sarimie (6%).

Sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi sebuah merk agar dapat

diterima oleh konsumen untuk menjadi pelanggan yang loyal. Salah satu kunci

penting bagi produsen adalah dengan memahami faktor-faktor apa yang membentuk

dan mempengaruhi konsumen dalam proses pembuatan keputusan pembelian.

Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994) faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan pembelian adalah pengaruh lingkungan, karakteristik pribadi konsumen,

dan proses psikologis. Ahli lainnya yaitu Kotler (1990) mengatakan bahwa keputusan

pembelian dari konsumen sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, lingkungan

sosial, pribadi psikologis dari konsumen yang bersangkutan.

Perkembangan teknologi dan inovasi pabrik yang berjalan sedemikian cepat

juga menentukan keputusan membeli produk. Perbedaan antara satu merk dengan

merk lain yang demikian tipisnya, sehingga sulit untuk dibedakan. Selain itu kondisi

semacam ini juga ditambah lagi dengan kuatnya posisi konsumen karena adanya

keleluasaan dalam memilih. Hal ini menuntut para perancang strategi perusahaan

untuk lebih memperhatikan faktor-faktor lain di luar produk yang mempunyai peran

dan pengaruh besar dalam menentukan proses pengambilan keputusan konsumen.

Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai suatu proses berpikir dan merupakan

puncak aksi dalam perilaku memilih (Dunnette, 1976). memilih merupakan

pertimbangan yang dilakukan dalam diri manusia dan sebagai seleksi suatu alternatif

yang dipilih dan yang lainnya ditolaknya, yang berarti reaksi memilih ini hanya

ditujukan pada suatu obyek saja (Dakir, 1993). Pengertian pengambilan keputusan

adalah tindakan akhir dalam memilih salah satu dari beberapa alternatif berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan dalam diri manusia. Salah satu faktor

yang mempengaruhi keputusan adalah pengaruh dari lingkungan sosial dimana

konsumen tinggal.

Lingkungan sosial adalah segala macam bentuk interaksi sosial yang terjadi

antar satu orang dengan orang lain, sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk sosial,

manusia akan selalu melakukan interaksi sosial dengan manusia baik secara aktif baik

langsung maupun tidak langsung. Proses interaksi terjadi saling mempengaruhi antara

individu yang satu dengan individu yang lain. Hasil yang diperoleh berupa perubahan

sikap dan perilaku sebagai akibat pembelajaran dan pengolahan informasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa loyalitas

merk merupakan tingkat tertinggi yang menjadi dambaan setiap produsen terhadap

merk-merk yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan banyaknya keuntungan dan

kemudahan yang diperoleh perusahaan apabila sudah mempunyai konsumen yang

loyal. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak setiap perusahaan mampu menciptakan

loyalitas merk yang tinggi dan sebaliknya tidak semua perusahaan mampu

mempertahankan loyalitas konsumen terhadap merk. Salah satunya adalah dengan

memahami lingkungan serta pengaruh-pengaruh sosial yang bekerja di sekitar

konsumen, tingkat kepuasan pembeli terutama ketika proses pengambilan keputusan

dibuat.

Banyak kasus sering dijumpai seorang konsumen dapat mempunyai komitmen

yang tingi terhadap suatu merk karena adanya masukan ataupun penghargaan dari

orang-orang dekat yang dianggap mempunyai kredibilitas tinggi. Pengaruh semacam

ini pada gilirannya dapat dimanfaatkan oleh produsen untuk meningkatkan

kepercayaan dan kesetiaan konsumen terhadap merk yang dihasilkan.

Produk yang akan dibicarakan lebih lanjut di sini adalah produk sabun mandi.

Sabun mandi dapat digolongkan sebagai kosmetika, hal ini sesuai dengan definisi

kosmetika yang tercantum dalam peraturan kesehatan Republik Indonesia no.

220./MenKes/Per/IX/76 adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan,

dilekatkan atau dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada badan atau bagian

badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara atau menambah

daya tarik atau mengubah rupa dan tidak termasuk dalam golongan obat. Sabun

mandi bukanlah barang atau hal yang baru lagi untuk kalangan masyarakat kita

terutama bagi wanita (Rudatini, 1993). Menurut penelitian Setyaningsih (1992) sabun

mandi diharapkan dapat menjadikan penampilan wanita lebih muda, segar, berseri

dan cantik. Adanya kesadaran untuk menjadi cantik merupakan keinginan positif.

Bahkan setiap wanita sudah terbiasa menggunakan kosmetika untuk menjaga atau

merawat kulit, penampilan dan kecantikan diri karena setiap wanita pasti suka dipuji

akan penampilan dirinya (Widiastuti, 1999). Berkaitan dengan hal tersebut di atas

Kotler menjelaskan suatu produk itu mengandung 3 unsur, yaitu; Inti produk adalah

apa yang sebenarnya diinginkan oleh seorang pembeli, yaitu manfaat produk; Wujud

produk, terdiri dari lima karakteristik, yaitu mutu, ciri khas, model, merk dan

kemasan; Produk tambahan, misalnya jaminan terhadap kemungkinan resiko, jasa

pelayanan periklanan dan sebagainya.

Sebagai suatu produk, produk sabun mandi tidak lepas dari unsur di atas.

Produk sabun mandi mempunyai bahan utama deterjen, bahan pembentuk busa,

bahan pengawet, bahan yang melarutkan garam-garam yang melekat pada kulit,

bahan pewarna dan bahan pewangi. Bahan deterjen yang terdapat dalam produk

sabun mandi tersebut semacam sabun yang berfungsi untuk membersihkan kuoit.

Bahan pembentuk busa sering digunakan dalam produk sabun mandi untuk mengikuti

selera pemakai, namun apabila kandungan bahan tersebut terlalu banyak dapat

menyebabkan iritasi pada kulit, sehingga menjadi gatal. Produk sabun mandi yang

baik sebenarnya adalah yang tidak mengganggu fisiologis kulit, produk sabun mandi

memerlukan keasaman atau dinyatakan dengan pH, yang seimbang dan tidak alkalis.

Apabila keadaan tersebut tidak terpebuhi, sabun mandi sering mengakibatkan kulit

kasar dan mengelupas (Tranggono, 1992). Dalam setiap produk sabun mandi ada

kemungkinan mempunyai tingkat keasaman yang berbeda-beda, sehingga berganti-

ganti sabun mandi dapat pula menyebabkan timbulnya gatal-gatal atau iritasi pada

kulit. Sabun mandi yang mereka telah merasa cocok dengan produk itu dan merasa

puas atau emosi seseorang terhadap suatu hal. Afeksi berarti menunjuk pada

perasaan suka atau tidak suka. Lefrancois (1986) menyatakan bahwa kepuasan

merupakan kebutuhan dasar yang dapat digambarkan sebagai suatu hal yang

menyenangkan sehingga akan memberi dampak positif yaitu memberikan citra positif

terhadap produk sekaligus identitas produk atau merk. Hal ini membuat

konsumen membeli produk sabun mandi hanya pada pada produk tertentu saja.

Mengingat produk sabun mandi di Indonesia sekarang ini juga semakin banyak

bermunculan di pasaran dengan berbagai merk, maka hal ini menarik perhatian

peneliti untuk mengkaji huhungan kepuasan terhadap produk sabun dengan loyalitas

mereknya.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, permasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini adalah: Bagaimana hubungan antara kepuasan terhadap produk dengan

loyalitas merk pada konsumen sabun mandi?

B. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

File Selengkapnya.....

Teman KoleksiSkripsi.com

Label

Administrasi Administrasi Negara Administrasi Niaga-Bisnis Administrasi Publik Agama Islam Akhwal Syahsiah Akuntansi Akuntansi-Auditing-Pasar Modal-Keuangan Bahasa Arab Bahasa dan Sastra Inggris Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bimbingan Konseling Bimbingan Penyuluhan Islam Biologi Dakwah Ekonomi Ekonomi Akuntansi Ekonomi Dan Studi pembangunan Ekonomi Manajemen Farmasi Filsafat Fisika Fisipol Free Download Skripsi Hukum Hukum Perdata Hukum Pidana Hukum Tata Negara Ilmu Hukum Ilmu Komputer Ilmu Komunikasi IPS Kebidanan Kedokteran Kedokteran - Ilmu Keperawatan - Farmasi - Kesehatan – Gigi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Keperawatan Keperawatan dan Kesehatan Kesehatan Masyarakat Kimia Komputer Akuntansi Manajemen SDM Matematika MIPA Muamalah Olahraga Pendidikan Agama Isalam (PAI) Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Indonesia Pendidikan Bahasa Inggris Pendidikan Biologi Pendidikan Ekonomi Pendidikan Fisika Pendidikan Geografi Pendidikan Kimia Pendidikan Matematika Pendidikan Olah Raga Pengembangan Masyarakat Pengembangan SDM Perbandingan Agama Perbandingan Hukum Perhotelan Perpajakan Perpustakaan Pertambangan Pertanian Peternakan PGMI PGSD PPKn Psikologi PTK PTK - Pendidikan Agama Islam Sastra dan Kebudayaan Sejarah Sejarah Islam Sistem Informasi Skripsi Lainnya Sosiologi Statistika Syari'ah Tafsir Hadist Tarbiyah Tata Boga Tata Busana Teknik Arsitektur Teknik Elektro Teknik Industri Teknik Industri-mesin-elektro-Sipil-Arsitektur Teknik Informatika Teknik Komputer Teknik Lingkungan Teknik Mesin Teknik Sipil Teknologi informasi-ilmu komputer-Sistem Informasi Tesis Farmasi Tesis Kedokteran Tips Skripsi