Isikan Kata Kunci Untuk Memudahkan Pencarian

Kebermaknaan Hidup Pada Anak Jalanan

BAB I

PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah

Hidup tidak selalu berjalan seperti yang kita inginkan, apalagi jika suatu hal

yang tidak kita inginkan itu terjadi atau menimpa kita, maka kita akan merasa

menderita. Dalam ritme kehidupan yang sangat majemuk ini, manusia memang

dihadapkan pada kenyataan-kenyataan hidup yang beragam. Barangkali benar yang

sering diucapkan oleh sebagian orang bahwa hidup ini tidaklah mudah, sebab tidak

semua keinginan kita akan terwujud dalam hidup ini.

Anak-anak pada dasarnya merupakan kelompok yang paling rentan terhadap

berbagai proses perubahan sosial-politik dan ekonomi yang tengah berlangsung.

Menurut Suyanto (2003), di berbagai komunitas, anak-anak seringkali menjadi

korban pertama dan menderita, serta terpaksa terhambat proses tumbuh kembang

mereka secara wajar karena ketidakmampuan orang tua, masyarakat dan pemerintah

dalam memberikan pelayanan sosial yang terbaik bagi anak-anak.

Keadaan negara yang menghadapi situasi sulit seperti sekarang ini, dapat

memotivasi munculnya anak jalanan yang menginginkan kehidupan bebas dari aturan

dan berbagai persoalan keluarga serta lingkungan pergaulan, sehingga mereka “lari”

untuk mencari identitas dirinya. Pemerintah Indonesia sebenarnya telah memiliki

perangkat hukum yang berfungsi untuk melindungi hak-hak anak seperti UU

Kesejahteraan Anak no.4/ 1979 atau seperti yang tercantum dalam UUD 1945 pasal

34 yang menyebutkan “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”.

Anak jalanan adalah anak yang berusia antara 5 sampai dengan 18 tahun,

sebagian besar waktunya berada di jalanan atau di tempat-tempat umum, melakukan

kegiatan atau berkeliaran di jalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian

tidak terurus, mobilitasnya tinggi (www.depsos.go.id/Balatbang/as.doc).

Banyak faktor yang mendorong mereka turun ke jalanan, tapi apapun

sebabnya, situasi yang mereka alami bukanlah yang mereka inginkan. Seperti yang

telah dijelaskan oleh Suswandari (dalam Indriarini 2003), mereka terpuruk oleh

keadaan sehingga menjadi anak jalanan. Suasana rumah yang kurang harmonis dapat

menyebabkan anak tidak betah di rumah, sehingga mereka melarikan diri mencari

kebahagiaan. Anak jalanan merupakan komunitas yang relatif baru dalam kehidupan

di pinggiran perkotaan, setelah kaum gelandangan, pemulung, pekerja seks kelas

rendah, selain itu mereka juga dianggap sebagai “virus social” yang mengancam

kemapanan hidup masyarakat, artinya anak jalanan dianggap sebagai anak nakal,

tidak tahu sopan santun, brutal, serta pengganggu ketertiban masyarakat.

Berbagai kajian mengenai anak jalanan telah banyak yang diangkat ke sebuah

penelitian. Baik melalui pendekatan kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian anak

jalanan yang pernah dilakukan oleh Ismudiyati (2003), dengan responden sebanyak

57 anak jalanan di Kotamadya Bandung, menunjukkan bahwa depresi yang dialami

oleh anak jalanan pada umumnya berada pada tingkat sedang. Secara sosial

psikologis suasana kehidupan di jalanan yang keras penuh persaingan, ancaman,

pemerasan, eksploitasi dan tindak kekerasan sangat tidak menguntungkan bagi

perkembangan jiwa, moral, emosional dan sosial. Keadaan tersebut akan

mengakibatkan anak mengalami depresi.Tekanan dan tuntutan yang tidak dapat

dipenuhi seringkali menyebabkan suasana atau keadaan yang tidak menyenangkan

sehingga lama kelamaan akan menimbulkan depresi yang akan mempengaruhi

seseorang dalam melakukan pemenuhan kebutuhan. Menurut Holmes (dalam

Ismudiyati, 2003) individu yang mengalami depresi sering merasa sedih, putus asa,

kecewa dan murung.

Menanggapi hal tersebut, Bastaman (1996) mengatakan bahwa individu yang

tidak berhasil menemukan dan memenuhi makna hidup biasanya menimbulkan

semacam frustrasi eksistensial, dimana individu merasa tidak mampu lagi dalam

mengatasi masalah-masalah personalnya secara efisien, merasa hampa, tidak

bersemangat, dan tak lagi memiliki tujuan hidup. Cara termudah untuk meredakan

tegangan yang ditimbulkan oleh frustrasi eksistensial yaitu dengan menghanyutkan

diri ke dalam arus “hiburan” yang menyesatkan seperti minum-minuman keras, judi

dan seks.

Berdasarkan teori Bastaman tersebut di atas maka dapat dilihat adanya

keterkaitan antara pemenuhan hasrat dalam mencapai kebermaknaan hidup dengan

faktor-faktor yang dapat mengakibatkan seseorang mengalami depresi. Benang merah

yang dapat ditarik antara kedua gejala tersebut yakni bahwa individu yang tidak

mampu menghayati kehidupannya ketika berada pada kondisi yang tidak

diinginkannya, akan memungkinkan timbulnya frustrasi eksistensial dan jika tidak

segera teratasi dapat mengakibatkan depresi pada individu tersebut.

Menurut Prihartanti (2004), bagi sebagian individu, peristiwa-peristiwa hidup

yang sering dirasakan sebagai peristiwa yang menekan dapat mengakibatkan

terjadinya gangguan emosional, seperti depresi atau kecemasan yang berlebihan,

namun bagi sebagian individu yang lain bisa saja tidak terjadi gangguan psikologis

dan justru akan mengalami pertumbuhan pribadi. Menurutnya pemahaman mengenai

sifat kehidupan akan membawa seseorang pada pengembangan tujuan hidup yang

meliputi aspek psikologis, sosial, dan spiritual.

Di sinilah awal mula munculnya berbagai pertanyaan mengenai pencarian

makna dan orientasi hidup anak jalanan. Penulis telah melakukan wawancara sekilas

dengan seorang anak jalanan di kota Solo yang berinisial “An” (Laki-laki, 15 tahun).

Proses wawancara didasarkan sepenuhnya pada perkembangan pertanyaan-

pertanyaan secara spontan dengan interaksi alamiah, dimana Patton (dalam

Poerwandari, 1998) menamakan proses tersebut sebagai wawancara konversasional

yang informal. Responden menjadi pengamen jalanan karena desakan faktor ekonomi

keluarga. Ia terpaksa harus mencari kepingan rupiah dari para pengendara mobil

untuk makan dan bayaran sekolah. Hasil wawancara juga ditunjukkan bahwa di

tengah peliknya kehidupan jalanan ternyata responden masih memiliki sebuah cita-

cita yang tinggi seperti layaknya remaja seusianya, yaitu menjadi penyanyi seperti

Iwan Fals.

Mendengarkan keluhan, harapan, dan impian-impian anak jalanan adalah

pesan yang menyentuh hati nurani setiap manusia karena mereka merupakan aset

nasional yang berharga, artinya anak sebagai penerus cita-cita nasional dan penentu

masa depan bangsa. Ketika manusia memiliki harapan berarti mereka memiliki

keinginan terhadap sesuatu yang dapat memberikan kekuatan baginya untuk

mewujudkan sebuah kebahagiaan hidup yang bermakna.

Namun dalam realitasnya, krisis ekonomi yang melanda Indonesia juga

membawa akibat luar biasa terutama bagi kehidupan generasi penerus, sehingga

memunculkan fenomena anak jalanan tersebut. Seperti yang dikatakan oleh

Wahyuningrum (2002) bahwa dalam banyak kasus, anak-anak putus sekolah terpaksa

memasuki dunia kerja. Mereka dipaksa mencari uang untuk meringankan beban

keluarga. Banyak diantara mereka yang bekerja dalam kondisi yang tidak sepatutnya

dialami oleh anak-anak.

Kondisi masyarakat yang carut marut dan tidak jelas arah tujuannya

disebabkan oleh karena tidak jelasnya makna kehidupan dan tidak jelasnya visi

kehidupan bersama. Untuk menghindari terbentuknya masyarakat yang seperti ini

diperlukan adanya visi yang baik tentang tujuan hidup. Tujuan hidup ini bisa dicapai

bila pendidikan anak bangsa sejak dini menekankan pada makna kehidupan yang

baik. Pendidikan manusia yang bertujuan agar dia sadar akan tugas hidupnya adalah

rahmat bagi semua orang (Frankl, 2003)

Menurut Direktorat Pendidikan Masyarakat, anak jalanan tidak lagi sempat

memikirkan pentingnya pendidikan, tetapi mereka lebih memikirkan kebutuhan
ekonomi untuk diri dan keluarganya. Saat ini Direktorat Pendidikan Masyarakat turut

berusaha bersama dengan instansi terkait untuk menangani permasalahan tersebut

melalui pendidikan yang mampu membimbing dan mengembalikan hak-hak

pendidikan anak jalanan sehingga dapat belajar dan berkarya sebagaimana mestinya

(www.dikmas.depdiknas.go.id).

Masih ada sebagian anak jalanan yang memberikan makna yang baik pada

kehidupan dan memiliki harapan untuk merasakan hidup yang lebih baik melalui

tujuan-tujuan hidup yang didambakannya, seperti hasil yang telah ditunjukkan dalam

wawancara sekilas yang telah dilakukan oleh penulis di atas. Selama ini percakapan

mengenai anak jalanan memang cenderung lebih menonjolkan sisi negatif dari

kehidupan sehari-hari. Tidak bisa dipungkiri memang bahwa sisi semacam itu

memiliki kebenaran. Dari penelitian-penelitian di atas telah tersirat gambaran hidup

anak jalanan yang berada di tengah kondisi yang memprihatinkan sehingga dapat

diprediksikan bahwa fenomena penderitaan tersebut dalam waktu tertentu akan

mengakibatkan frustrasi dalam hidupnya.

Victor E.Frankl (2003) seorang tokoh psikologi eksistensial, dalam konsep

logoterapinya memaparkan bahwa cita-cita mulia dibangun atas sebuah pencarian

makna hidup yang menginginkan setiap manusia diperlakukan dengan adil. Kondisi

yang seperti ini menjadi contoh kebenaran dari apa yang dikatakan Nietzsche: “Siapa

yang memiliki alasan (why) akan sanggup mengatasi persoalan hidup dengan cara

(how) apapun”. Bastaman (1996) juga mengemukakan bahwa orang yang menghayati

hidupnya akan menjalani kehidupan sehari-hari dengan penuh semangat, mempunyai

tujuan hidup yang jelas, baik tujuan hidup jangka pendek maupun jangka panjang.

Pemberian batasan untuk karakteristik subyek anak jalanan pada penelitian

ini, yaitu antara lain a) Usia remaja awal (13 - 18 tahun), b) Tinggal bersama orang

tua dan tidak lagi tinggal bersama orang tua, c) Pendidikan minimal Sekolah Dasar,

d) Tempat tinggal di Solo, e) Minimal telah bekerja di jalan selama 1 tahun, f)

Ditangani oleh KAPAS. Dasar pertimbangan penulis dalam memberikan batasan usia

pada anak jalanan yaitu bahwa pada masa ini remaja berusaha untuk melepaskan diri

dari milieu orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya atau pembentukan

identitas (Monks,1994), remaja menampakkan adanya vitalitas jiwa yang tinggi,

dinamis, serta kegairahan hidup yang penuh semangat. Anak remaja sebetulnya tidak

mempunyai tempat yang jelas, ia tidak termasuk golongan anak, tetapi tidak pula

termasuk golongan dewasa atau golongan tua (Monks, 1994).

Hal yang juga mencemaskan akhir-akhir ini adalah jumlah anak jalanan

bukannya berkurang melainkan bertambah. Kompas (2003) melaporkan, secara

nasional diperkirakan jumlah anak jalanan mencapai ratusan ribu. Pasalnya data dari

12 kota di Indonesia saja pada tahun ini mencapai 47.000 anak. Deputi Bidang

Kesejahteraan dan Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan,

Rachmat Sentika juga menuturkan bahwa pemerintah akan selalu berupaya

memberikan perhatian khusus dalam penanganan anak-anak jalanan. Sejauh ini

pemerintah masih mengidentifikasi anak-anak jalanan di 12 kota di Indonesia,

termasuk kota-kota besar.
Seperti halnya yang diutarakan Muladi, seksi Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial

Pemerintah Kota Solo (www.yahoo.com oleh Naniel, 2003) mengaku bahwa Densos

belum dapat berbuat banyak bagi keberadaan anak jalanan. Namun selama ini

pihaknya bertugas mendata dan melakukan pembinaan terhadap anak jalanan ini. Di

Surakarta, berhasil didata anak jalanan sejumlah 405 orang, meskipun pendataan

hanya dilakukan dua hari dan sangat terbatas di lima kecamatan.

Penelitian dan kenyataan di lapangan tersebut menunjukkan bahwa banyak

anak-anak Indonesia yang tidak dapat menikmati kesempatan untuk belajar, bermain

dan bersantai. Banyak anak yang terpaksa menjadi anak jalanan, dan bahkan mereka

sendiri terkesan tidak peduli lagi dengan kenyataan pahit yang sebenarnya mereka

alami. Dari sekian keberagaman pilihan hidup, semua pasti berharap mendapatkan

kehidupan yang bahagia, bermakna, serta berguna. Kebahagiaan tersebut dapat

diperoleh apabila seseorang mampu menemukan makna di balik peristiwa yang

dialaminya, sekalipun ia merasakannya sebagai penderitaan. Berdasarkan teori Frankl

(Schultz, 1991) semakin individu mampu mengatasi diri sendiri dan memberikan

suatu tujuan atau arti dalam hidup maka manusia tersebut akan menjadi manusia

sepenuhnya.

Berdasarkan fenomena di atas maka dapat diambil suatu rumusan pokok yang

hendak menjadi dasar penelitian ini yaitu bagaimana dinamika kebermaknaan hidup

pada anak jalanan? Dengan rumusan masalah tersebut penulis mengajukan penelitian

dengan judul “Kebermaknaan Hidup Pada Anak Jalanan Di Surakarta”.


B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan memberikan gambaran secara

jelas mengenai dinamika kebermaknaan hidup pada anak jalanan.



C.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
File Selengkapnya.....

Teman KoleksiSkripsi.com

Label

Administrasi Administrasi Negara Administrasi Niaga-Bisnis Administrasi Publik Agama Islam Akhwal Syahsiah Akuntansi Akuntansi-Auditing-Pasar Modal-Keuangan Bahasa Arab Bahasa dan Sastra Inggris Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bimbingan Konseling Bimbingan Penyuluhan Islam Biologi Dakwah Ekonomi Ekonomi Akuntansi Ekonomi Dan Studi pembangunan Ekonomi Manajemen Farmasi Filsafat Fisika Fisipol Free Download Skripsi Hukum Hukum Perdata Hukum Pidana Hukum Tata Negara Ilmu Hukum Ilmu Komputer Ilmu Komunikasi IPS Kebidanan Kedokteran Kedokteran - Ilmu Keperawatan - Farmasi - Kesehatan – Gigi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Keperawatan Keperawatan dan Kesehatan Kesehatan Masyarakat Kimia Komputer Akuntansi Manajemen SDM Matematika MIPA Muamalah Olahraga Pendidikan Agama Isalam (PAI) Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Indonesia Pendidikan Bahasa Inggris Pendidikan Biologi Pendidikan Ekonomi Pendidikan Fisika Pendidikan Geografi Pendidikan Kimia Pendidikan Matematika Pendidikan Olah Raga Pengembangan Masyarakat Pengembangan SDM Perbandingan Agama Perbandingan Hukum Perhotelan Perpajakan Perpustakaan Pertambangan Pertanian Peternakan PGMI PGSD PPKn Psikologi PTK PTK - Pendidikan Agama Islam Sastra dan Kebudayaan Sejarah Sejarah Islam Sistem Informasi Skripsi Lainnya Sosiologi Statistika Syari'ah Tafsir Hadist Tarbiyah Tata Boga Tata Busana Teknik Arsitektur Teknik Elektro Teknik Industri Teknik Industri-mesin-elektro-Sipil-Arsitektur Teknik Informatika Teknik Komputer Teknik Lingkungan Teknik Mesin Teknik Sipil Teknologi informasi-ilmu komputer-Sistem Informasi Tesis Farmasi Tesis Kedokteran Tips Skripsi