Isikan Kata Kunci Untuk Memudahkan Pencarian

Studi Kualitatif Tentang konsekuensi Penerapan Disiplin Diri Di Rumah Pada Anak

BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Keluarga merupakan suatu unit terkecil dalam masyarakat yang anggotanya

terdiri dari minimal ayah, ibu dan anak. Keluarga merupakan lingkungan yang

pertama dan utama bagi perkembangan dan pembelajaran seorang individu. Sebuah

keluarga tentu saja menempati sebuah tempat tinggal yang biasa disebut rumah. Di

lingkungan rumah tersebutlah seorang individu untuk pertama kalinya mengenal diri,

orang dan lingkungan diluar dirinya. Pengenalan, pembelajaran dan pengalaman

nilai-nilai, sikap, moral, ajaran agama, sosial dan sebagainya juga diawali dari

lingkungan keluarga.

Menurut Shohih (2003) keluarga merupakan mercusuar dari arah dan

pendidikan anak-anaknya. Keluargalah yang menjadi pembentuk pertama anak.

Kemampuan keluarga dalam mengarahkan dan mendidik anak-anaknya sangat

diperlukan. Dartono (2004) menambahkan keluarga mempunyai peran penting dalam

pertumbuhan dan perkembangan anak serta dalam pemenuhan kebutuhan anak.

Keluarga adalah tempat atau lingkungan yang mampu memberikan cinta kasih, rasa

aman, kesempatan berkembang, disiplin dan sebagainya. Dari keluargalah anak

pertama kali belajar mengenai dunianya serta mempraktekkan pengalaman dan

keterampilannya.

Penerapan disiplin diri di rumah merupakan bagian dari pendidikan dalam

keluarga. Seperti yang diungkapkan oleh Su’udi (1994) penerapan disiplin hendaknya

dilakukan sejak dini sebagai suatu benteng pada langkah berikutnya. Haditono (1994)

mengatakan bahwa pendidikan anak itu hendaknya dimulai seawal mungkin, bahkan

ketika anak masih dalam kandungan. Saat itu anak peka sekali dengan rangsangan-

rangsangan dari luar. Hal ini menunjukkan besarnya pengaruh dan ikatan anak

dengan orang tuanya terutama ibu. Pendapat tersebut juga didukung oleh Andayani

(2000) yang menyatakan bahwa orang tua terutama ibu memiliki andil besar dalam

menentukan bentuk-bentuk perlakuan yang akan mereka berikan dalam mendidik

anak.

Hertinjung (2000) menambahkan yang dinyatakan dari hasil penelitiannya

bahwa secara umum kualitas interaksi antara ibu dan anak memegang peranan

penting dalam perkembangan anak. Sedangkan hasil penelitian Andayani (2000)

menunjukkan bahwa dari beberapa situasi pencetus yang dapat berpengaruh pada

perlakuan salah pada anak satu diantaranya adalah alasan penanaman disiplin dan

kepatuhan anak. Ini memberikan indikasi pentingnya penerapan disiplin pada anak

sebagai salah satu cara penanaman nilai nilai anak sehingga anak dapat berkembang

secara optimal, dan pada akhirnya menjadi individu yang diharapkan oleh orang tua

maupun masyarakat.

Disiplin menurut Gordon (1996) dipahami sebagai perilaku dan tata tertib yang

sesuai dengan peraturan dan ketetapan atau perilaku yang diperoleh dari pelatihan,

seperti misalnya disiplin di rumah, disiplin di sekolah, dan lain sebagainya.

Sedangkan disiplin diri menurut Gie (1995) diartikan sebagai kecakapan seseorang

mengenai cara belajar yang baik dan merupakan proses ke arah pembentukan sikap

dan watak yang baik.

Disiplin diri merupakan aspek utama dan esensial dalam pendidikan keluarga

yang diemban oleh orang tua. Orang tua bertanggung jawab secara penuh dalam

meletakkan dasar-dasar dan fondasinya kepada anak. Usaha orang tua akan tercapai

bila anak dinilai telah mampu mengontrol perilakunya sendiri dengan acuan dari

nilai-nilai moral yang terinternalisasi. Usaha ini secara esensial adalah penataan

situasi dan kondisi yang dapat mengundang anak secara sukarela untuk menerapkan

nilai-nilai moral sehingga dapat dijadikan dasar untuk berperilaku disiplin.

Korelasinya adalah jika anak mampu berdisiplin maka dapat dimaknai ia memiliki

kemampuan untuk mengantisipasi dan mengakomodasi perilakunya.

Dalam kehidupan sehari-hari masih banyak ditemukan kasus-kasus yang

menunjukkan kurangnya disiplin diri pada anak. Contohnya seperti kasus yang terjadi

pada Ivan berusia 8 tahun yang masih duduk di kelas 3 SD, berdasarkan keterangan

gurunya Ivan termasuk nakal di sekolah, ia sering dihukum karena menyepak dan

memukul temannya, orang tuanya sering mengeluh atas kenakalannya di rumah. Ia

juga susah diatur dan sering melakukan perbuatan sesukanya, tak jarang pula

perbuatannya tersebut merugikan orang-orang di sekitarnya. (http//www.tabloid

nakita.com, 18 Agustus 2004). Contoh lainnya adalah Nia berusia 7 tahun, ia

seringkali bertengkar dengan saudaranya dan masih suka mengompol, sulit makan,

tak mau belajar, seharian waktunya lebih sering dihabiskan untuk menonton televisi

terutama film kartun seperti shinchan.(http//www.ayahbunda.com,10 April 1999).

Contoh kasus-kasus di atas merupakan sebagian kecil dari permasalahan yang

dihadapi orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Hal tersebut menunjukkan kurang

adanya kedisiplinan diri pada anak-anak mereka. Namun di sisi lain ada pula orang

tua yang sangat merasa bangga dengan anak anaknya, bangga atas prestasi si anak

maupun karena si anak berperilaku seperti yang diharapkan oleh orang tuanya.

Kebanggaan tersebut menurut sebagian besar orang tua tidak hanya bisa dicapai tanpa

usaha, melainkan orang tua perlu mengajarkan nilai nilai, serta menerapkan disiplin

diri sedini mungkin.

Penelitian yang baru-baru ini dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa

para ibu yang terlalu keras dapat mempengaruhi kemampuan anak-anak mereka

dalam menunjukkan empati (Kolopaking, 2004). Hal ini dapat dikatakan merupakan

bagian dari konsekuensi penerapan disiplin diri pada anak. Hasil penelitian tersebut

secara jelas menunjukkan bahwa ibu yang menerapkan disiplin dan sistem hukuman

yang berlebihan, yang tidak berusaha berkomunikasi, memberikan penjelasan,

pengertian dan menerapkan peraturan peraturan yang konsisten, dan yang secara

keterlaluan memarahi anak-anak mereka cenderung menghalangi perkembangan

prososial anak. Demikian dari Natural Institute of Mental Health yang ditulis oleh Dr.

Paul. D.Hasting (dalam Kolopaking, 2004).

Para ahli mengatakan anak- anak yang dibesarkan dalam situasi di mana setiap

orang diperbolehkan melakukan segala sesuatu yang mereka inginkan, umumnya tak

akan disukai oleh orang-orang di sekitarnya. Sebaliknya, anak-anak yang pada saat

ini belajar untuk hidup berdasarkan peraturan, cenderung tumbuh menjadi anak yang

lebih bahagia dan berkelakuan baik (Soelaeman, R, 2004). Penerapan disiplin pada

anak usia SD diharapkan dapat memberi kontribusi positif bagi perkembangan anak

itu sendiri. Baik perkembangan anak di masa sekarang maupun di masa yang akan

datang.

Hurlock (1983) menyatakan bahwa tujuan dari disiplin diri adalah untuk

membina agar anak dapat menguasai dirinya. Penguasaan diri tersebut mempunyai

manfaat yang bermacam-macam, misalnya menjaga dirinya untuk tidak melakukan

perbuatan yang tidak sesuai atau bertentangan dengan tuntutan lingkungan.

Disamping itu tujuan dari disiplin diri adalah memberikan pola tingkah laku yang

baik dan benar serta mengembangkan kontrol pada diri individu (Schafer,1989).

Anak membutuhkan kebebasan tapi juga membutuhkan disiplin untuk membatasi

perilakunya agar sesuai dengan norma-norma masyarakat. Dapat dibayangkan bila

orang tua tidak menenerapkan disiplin diri pada anak, berarti anak akan bertindak

semaunya, tidak memiliki aturan, tidak hanya diri sendiri dan keluarga yang

dirugikan, masyarakatpun dapat terkena imbasnya. Hurlock (1983) mengungkapkan

dengan disiplin diri anak belajar untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Penerapan

disiplin diri ini membutuhkan proses, serta perlu memperhatikan tipe atau

karekteristik anak, untuk selanjutnya disesuaikan dengan penerapan disiplin yang

akan diberikan .

Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah, anak yang berada

dalam tahap ini berkisar antara 6-12 tahun. Masa sekolah bagi anak dapat dikatakan

sebagai masa transisi dari masa ketergantungan yang tinggi terhadap orang tua

menuju masa kemandirian pada tahap awal. Karena itu pembelajaran untuk

menerapkan disiplin diri pada anak dipandang cukuplah penting.

Penting bagi orang tua untuk memperhatikan tipe atau karekteristik anak

sebelum memutuskan menerapkan disiplin diri dengan cara tertentu. . Hal ini sejalan

dengan pendapat Prasetyo (1993) yang menyatakan bahwa penanaman disiplin yang

ketat dan kaku tanpa memberikan anak kesempatan untuk mengolah dan

mengintregasikan dalam dirinya tidak akan memupuk “inner discipline”. Wood

(1994) menambahkan ada anak yang bertipe “mudah” dan anak yang bertipe “sulit”

dalam hal pendisiplinan. Adanya berbagai tipe atau karekateristik anak tersebut

tentunya memerlukan pendekatan khusus bagi masing-masing orang tua dalam usaha

mendisiplinkan anaknya. Pada kenyataannya tidak semua orang tua memperhatikan

hal tersebut.

Berdasarkan permasalahan tersebut tentu saja akan memberikan dampak

yang berbeda-beda. Dengan demikian dapat dikatakan penerapan disiplin diri di

rumah pada anak akan memberikan konsekuensi tersendiri. Konsekuensi tersebut

dapat bernilai positif maupun negatif.

Konsekuensi yang bernilai positif berarti akibat ataupun hasil yang

diterima oleh anak dari penerapan disiplin yang diberikan kepadanya bernilai baik.

Contoh dari konsekuensi positif tersebut diantaranya adalah anak dapat mengambil

keputusan dan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, adanya keteraturan hidup

bagi anak, memiliki manajemen waktu yang baik, meningkatkan prestasi diri, serta

dapat mencapai keberhasilan yang diharapkan dan sebagainya.secara praktis bentuk

dari konsekuensi positif disiplin diri pada anak SD menurut Prianggoro (2004) yaitu

anak dapat bangun pagi, merapikan tempat tidur sendiri, mandi dan berpakaian,

sarapan, berangkat ke sekolah, tidur siang, bermain, mandi sore belajar, nonton

TV,dan tidur, semuanya dilakukan tepat waktu .

Konsekuensi yang bernilai negatif berarti akibat ataupun hasil yang

diterima oleh anak dari penerapan disiplin diri yang diberikan kepadanya bernilai

kurang baik atau bahkan buruk. Contoh dari konsekuensi negatif tersebut diantaranya

adalah anak merasa dikekang, merasa tidak bebas, ketidakstabilan emosinya, anak

merasa terlalu diatur sehingga tidak berani berpendapat, anak bersikap berpura-pura

baik di rumah, namun memiliki perilaku yang buruk di sekolah, serta membentuk

kepribadian ingin memberontak, dan sebagainya.

Secara sekilas kehidupan sehari hari seperti contoh kasus kasus pada anak

diatas menampakkan fenomena yang biasa saja. Namun bila dikaji lebih mendalam,

ternyata menghadirkan berbagai fenomena yang menyiratkan banyak persoalan dan

memiliki lingkup yang sangat kompleks. Dalam era global dewasa ini, kompleksitas

masalah kehidupan mengalami perubahan yang cepat sekali. Hal ini memberikan

kesan bahwa permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari semakin

beraneka. Jika tidak ada upaya untuk mencegah ataupun mengatasi permasalahan

tersebut maka dikwatirkan permasalahan pun akhirnya akan semakin kompleks.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para orang tua untuk

mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan disiplin diri di rumah

yang disesuaikan dengan tipe atau karekteristik anak. Dengan demikian anak

diajarkan untuk mengenal dan memahami nilai nilai moral, sehingga diharapkan

anak memiliki kontrol internal untuk berperilaku yang senantiasa taat moral. Upaya

tersebut menunjukkan perlu adanya tanggung jawab dari orang tua, karena orang tua

berkewajiban meletakkan dasar dasar disiplin diri kepada anak.. Kiranya penting bagi

orang tua dan anak untuk mengetahui konsekuensi penerapan disiplin diri, agar

permasalahan yang muncul dari hal tersebut dapat di atasi. Dengan demikian anak

tidak hanyut arus globalisasi, tetapi sebaliknya ia mampu berperilaku sesuai dengan

nilai nilai dan norma norma masyarakat.

Bertitik tolak dari uraian diatas, maka penulis membuat rumusan masalah

sebagai berikut:

“Bagaimana dan apa saja konsekuensi penerapan disiplin diri di rumah pada anak?,

dan apakah anak dengan tipe atau karekteristik tertentu membutuhkan pendekatan

tertentu dalam hal pendisiplinan?”. Usaha untuk menjawab rumusan masalah

tersebut, penulis melakukan penelitian dengan mengambil judul “ Konsekuensi

Penerapan Disiplin Diri di Rumah Pada Anak”.



B. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang disiplin diri telah banyak dilakukan. Baik melalui

pendekatan kualitatif maupun kuantitatif. Tema tema yang telah diteliti antara lain

pola asuh orang tua dalam membantu anak meningkatkan disiplin diri, penelitian

tersebut dilakukan oleh Schocib (1998). Hasil penelitian tersebut menunjukkan

perlunya pertemuan makna antara orang tua dan anak sehingga pola asuh yang

diterapkan orang tua pada anak dapat membantu anak mengembangkan disiplin diri.

Penelitian lain yang juga mengungkap tentang disiplin diri adalah penelitian yang

dilakukan oleh Widyastuti (2001) yang mengambil judul hubungan antara persepsi

pola asuh demokrasi dengan disiplin diri pada remaja. Hasil penelitiannya

menunjukkan ada hubungan yang positif antara persepsi pola asuh demokrasi dengan

disiplin diri pada remaja. Semakin baik persepsi remaja terhadap pola asuh

demokrasi, semakin baik disiplin dirinya.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lain bahwa pada penelitian ini

peneliti mencoba melihat konsekuensi dari penerapan disiplin diri yang diterapkan

orang tua di rumah pada anak usia SD, baik itu konsekuensi positif maupun negatif.

Hal ini dilakukan karena banyak orang tua yang memaksakan kehendak pada anak

dalam masalah pendisiplinan tanpa memperhatikan karekteristik anak. Sehingga tak

jarang disiplin yang diterapkan justru memberikan konsekuensi negatif. Di sisi lain

penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sepengetahuan penulis penelitian

tentang konsekuensi penerapan disiplin diri pada anak masih sedikit dilakukan. Oleh

karena itu penelitian mengenai konsekuensi penerapan disiplin diri di rumah pada

anak yang dilakukan penulis sementara ini adalah asli.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsekuensi penerapan

disiplin diri di rumah pada anak, baik itu konsekuensi positif maupun konsekuensi

negatif.

D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan diperoleh manfaat antara lain:
File Selengkapnya.....

Teman KoleksiSkripsi.com

Label

Administrasi Administrasi Negara Administrasi Niaga-Bisnis Administrasi Publik Agama Islam Akhwal Syahsiah Akuntansi Akuntansi-Auditing-Pasar Modal-Keuangan Bahasa Arab Bahasa dan Sastra Inggris Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bimbingan Konseling Bimbingan Penyuluhan Islam Biologi Dakwah Ekonomi Ekonomi Akuntansi Ekonomi Dan Studi pembangunan Ekonomi Manajemen Farmasi Filsafat Fisika Fisipol Free Download Skripsi Hukum Hukum Perdata Hukum Pidana Hukum Tata Negara Ilmu Hukum Ilmu Komputer Ilmu Komunikasi IPS Kebidanan Kedokteran Kedokteran - Ilmu Keperawatan - Farmasi - Kesehatan – Gigi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Keperawatan Keperawatan dan Kesehatan Kesehatan Masyarakat Kimia Komputer Akuntansi Manajemen SDM Matematika MIPA Muamalah Olahraga Pendidikan Agama Isalam (PAI) Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Indonesia Pendidikan Bahasa Inggris Pendidikan Biologi Pendidikan Ekonomi Pendidikan Fisika Pendidikan Geografi Pendidikan Kimia Pendidikan Matematika Pendidikan Olah Raga Pengembangan Masyarakat Pengembangan SDM Perbandingan Agama Perbandingan Hukum Perhotelan Perpajakan Perpustakaan Pertambangan Pertanian Peternakan PGMI PGSD PPKn Psikologi PTK PTK - Pendidikan Agama Islam Sastra dan Kebudayaan Sejarah Sejarah Islam Sistem Informasi Skripsi Lainnya Sosiologi Statistika Syari'ah Tafsir Hadist Tarbiyah Tata Boga Tata Busana Teknik Arsitektur Teknik Elektro Teknik Industri Teknik Industri-mesin-elektro-Sipil-Arsitektur Teknik Informatika Teknik Komputer Teknik Lingkungan Teknik Mesin Teknik Sipil Teknologi informasi-ilmu komputer-Sistem Informasi Tesis Farmasi Tesis Kedokteran Tips Skripsi