ABSTRAK
Abad ke – 21 membawa banyak perubahan contohnya dalam bidang pendidikan. Pendidikan tidak hanya menekankan pada penanaman konsep tetapi juga pendidikan harus relevan dengan kehidupan nyata artinya pendidikan juga harus dapat mengembangkan kecakapan hidup. Pembelajaran matematika yang selama ini terjadi lebih bersifat ekspositori dengan pemberian masalah kehidupan nyata (soal cerita) hanya pada bagian akhir pokok bahasan, pengajaran banyak didominasi oleh guru dalam transfer pengetahuan sehingga kecakapan matematika siswa kurang berkembang. Model pembelajaran berbasis masalah diharapkan mampu meningkatkan prestasi siswa dan mengembangkan kecakapan matematika seperti yang diamanatkan oleh Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kurikulum 2004). Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah model pembelajaran berbasis masalah yang mampu mengembangkan kecakapan matematika siswa pendidikan dasar kelas VII (SMP Kelas 1).
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hasil analisis kebutuhan yang meliputi identifikasi tujuan, analisis pelaksanaan pembelajaran, analisis siswa dan lingkungannya (konteksnya), serta sasaran performancenya, dan mengembangkan instrumen penilaian, strategi pembelajaran, dan seleksi materi pembelajaran melalui uji coba bertingkat.
Penelitian ini mengacu pada model R & D yang dikembangkan oleh Dick dan Carey. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 langkah besar, yaitu (1) needs assessment (assess needs to identify goal(s), conduct instructional analysis, analyze learners and contexts, and write performance objective);(2) Pengembangan (develop assessment instruments, develop instructional strategy, and develop and select instructional materials); dan (3) Uji coba dalam pembelajaran (ujicoba perorangan-revisi-ujicoba kelompok kecil (6-8 siswa)-revisi-ujicoba kelas-revisi). Subyek penelitian ini adalah siswa SMP kelas VII di Kabupaten Semarang. Variabel bebasnya adalah model pembelajaran berbasis masalah, sedangkan variabel terikatnya adalah kecakapan matematika yaitu kecakapan pemahaman konsep, kecakapan kelancaran berprosedur, kecakapan kompetensi strategi, penalaran adaptif, dan kecakapan berkarakter produktif.
Langkah pertama adalah analisis kebutuhan sebagai dasar untuk mengembangkan kecakapan matematika siswa yang dilanjutkan dengan pengembangan instrumen dan strategi pembelajaran untuk mengukur kecakapan matematika siswa. Uji coba dilaksanakan bertingkat mulai dari uji coba individual, uji coba kelompok, kemudian uji coba kelas yang setiap tingkatnya diadakan refleksi terhadap instrumen dan strategi pembelajaran. Instrumen untuk mengukur kecakapan matematika berupa lembar observasi kompetensi/kecakapan matematika yang merupakan hasil penelitian Tim ITB.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa telah diperoleh hasil analisis kebutuhan yang telah diuraikan dalam bab IV halaman 54 sampai dengan halaman 56 baris ke delapan dari atas. Telah dikembangkan model pembelajaran berbasis masalah yang mengkombinasikan berbagai kegiatan seperti penemuan konsep dan prinsip, diskusi kelompok kecil, dan pemberian pertanyaaniii pertanyaan stimulus kepada siswa secara bergiliran sehingga kecakapan matematika siswa berkembang seimbang. Dan juga telah dikembangkan instrumen penilaian yaitu kartu masalah seperti tercantum dalam lampiran 3 halaman 101, lampiran 4 halaman 102, dan lampiran 35 halaman 169, serta lembar kerja siswa seperti tercantum dalam lampiran 33 halaman 163, lampiran 37 halaman 171, lampiran 38 halaman 173, lampiran 40 halaman 177, dan lampiran 41 halaman 179. Disarankan setiap guru mengajarkan cara menyelesaikan masalah (soal cerita) secara algoritma, membiasakan siswa dengan kegiatan penemuan konsep dan memecahkan masalah yang tidak rutin, dan setiap pembelajaran perlu terus menerapkan pemberian pertanyaan produktif dan pemberian reinforsemen positif kepada siswa.