BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi Rantau (PEP Rantau) sebagai sebuah lapangan minyak yang sudah cukup tua (diproduksikan sejak 1928) dihadapkan pada cadangan minyak yang dikandungnya semakin berkurang berkaitan dengan sifat minyak yang tak terbarukan (unrenewable). Dari Shallow Zone sebagai lapisan prospek pada saat ini hanya tersisa cadangan minyak bumi berupa RRR (Remaining Recoverable Reserves) sebesar 9,128 MMSTBO (Million Stock Tank Barrel Oil) dari OOIP (Original Oil In Place) semula sebesar 203,774 MMSTBO (sumber: Data produksi PEP Rantau 2008). Disamping itu kondisi sumur-sumur dan fasilitas produksi seperti pipa-pipa penyalur, stasiun pengumpul produksi, pompa-pompa, kompressor dan berbagai fasilitas produksi lainnya sudah cukup tua dan banyak yang sudah tidak layak pakai (out of date) sehingga memerlukan rehabilitasi dan reinvestasi besar. Dilemanya adalah investasi yang besar tidak lagi dapat diimbangi oleh tingkat produksi yang besar karena cadangan minyak yang semakin menurun, sehingga mengakibatkan ongkos produksi (cost/barrel) menjadi semakin naik (Hertzmart, 2007). Gambaran cost per barrel PEP Rantau ditunjukkan dalam tabel berikut.
Tabel 1.1 diatas menunjukkan perbandingan ongkos produksi minyak di 6 Field PEP yang tergabung dalam PEP Region Sumatera dalam tahun anggaran 2008, dimana PEP Rantau menempati peringkat II cost/barrel minyak termahal.
Disinilah diperlukan peran Sumber Daya Manusia (SDM) yang semakin canggih, kreatif, berdedikasi dan bersemangat tinggi agar dapat mengoperasikan PEP Rantau dengan tingkat produksi minyak yang meningkat minimal bertahan, dengan ongkos produksi yang masih ekonomis. Sekarang ini tidak cukup lagi hanya mengandalkan SDM yang berkualitas rata-rata dalam arti kompetensi saja, lebih dari itu diperlukan iklim kerja atau kehidupan kerja yang berkualitas dan kompetitif dengan perusahaan sejenis lainnya sehingga dapat menarik pekerja kreatif, betah dan bersedia mengerahkan segala potensi yang dimiliki untuk mengabdikan dirinya di lingkungan perusahaan. Menghadapi tantangan perusahaan yang semakin berat dan kompleks pada saat ini dan masa mendatang tak bisa lain kecuali harus memelihara dan meningkatkan semangat kerja para pekerja, karena melalui semangat kerja akan bertumbuh inisiatif, kreatifitas, dan inovasi. Iklim kompetisi sekarang tidak cukup lagi hanya dengan menunggu tanpa ada inisiasi dan inovasi serta menampilkan kerja seadanya karena akan menyebabkan kehilangan peluang bisnis yang menguntungkan. Mengabaikan teknologi baru ramah lingkungan yang dianggap memboroskan anggaran dalam jangka pendek misalnya bisa jadi malah akan membengkakkan pengeluaran dalam jangka panjang.
Disamping itu diperlukan juga antisipasi dari berbagai aspek manajemen dengan berbagai solusi seperti penyempurnaan desain organisasional maupun operasional (restructuring and reengineering) disesuaikan dengan perubahan lingkungan bisnis
3 yang terjadi secara dramatik berkaitan dengan regulasi pemerintah, tantangan alamiah serta kompetisi global.
Perusahaan yang dapat bertahan di masa trasformasi ini adalah perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif, sehingga dibutuhkan juga sumber daya manusia yang kompetitif. Perubahan iklim usaha yang sangat cepat menjadikan dunia bisnis sekarang dan masa yang akan datang menghadapi tantangan yang akan memperberat usaha mewujudkan organisasi bisnis yang kompetitif. Menurut Nawawi (2001), tantangan perusahaan yang semakin berat ke depan akan mengakibatkan:
1. Persaingan bisnis menjadi semakin tajam dan kompleks, mengarah pada bisnis global karena issu-issu bisnis internasional semakin besar pengaruhnya terhadap bisnis nasional.
2. Entitas bisnis akan semakin kuat keterikatannya pada peraturan dan ketentuan perundang-undangan untuk memberikan identitas bisnis yang ber manfaat tidak saja kepada perusahaan tetapi juga bagi masyarakat sekitar, bangsa dan negara.
3. Semakin berkembang issu-issu sosial dan politik global yang berpengaruh pada kegiatan bisnis secara operasional. Tantangan-tantangan global diatas menuntut kondisi prima Sumber Daya
Manusia (SDM) di semua lini perusahaan. Sebuah organisasi bisnis yang ingin mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya perlu memiliki sistem pengembangan SDM yang mampu mengantisipasi tantangan global agar tercapai tujuan perusahaan. Dengan kata lain organisasi bisnis memerlukan kemampuan memahami, menerima dan menyesuaikan diri dengan bebagai pergeseran dan perubahan iklim bisnis, melalui manajemen sumber daya manusia yang mampu menghargai harkat dan martabat manusia.