ABSTRAK
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah pertama, bagaimana penafsiran Hamka dan M. Quraish Shihab tentang kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir dalam surat al-Kahfi ayat 66-82? Kedua, apa persamaan penafsiran Hamka dan M. Quraish Shihab tentang kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir dalam surat al- Kahfi ayat 66-82? Ketiga, apa perbedaan penafsiran Hamka dan M. Quraish Shihab tentang kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir dalam surat al-Kahfi ayat 66- 82? Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memaparkan dan memproporsionalkan data penafsiran Hamka dan M. Quraish Shihab sebagai salah satu wacana bagi umat Islam terkait dengan berbagai macam penafsiran yang muncul pada zaman dulu sampai sekarang. Agar nantinya dapat mengembangkan penafsiran ayat al-Qur‟an yang tidak dapat diterima oleh masyarakat untuk dirasionalkan. Kemudian dalam menafsirkannya tidak mengabaikan kaidah-kaidah yang berlaku dalam ilmu tafsir yang telah disepakati oleh para ulama tafsir.
Dalam menjawab permasalahan di atas, penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) dengan metode penyajian data secara deskriptif dan analitis. Deskriptif analitis adalah menggambarkan bagaimana kedua mufasir menafsirkan kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir dalam surat al-Kahfi ayat 66-82. Kemudian membandingkan pendapat keduanya dalam menafsirkan kisah tersebut.
Penelitian ini dilakukan karena melihat fenomena yang terjadi sekarang, semakin teknologi berkembang, semakin pula seseorang –terutama murid– jiwanya kering dari nilai-nilai spiritual. Kenyataannya, murid tidak lagi memiliki rasa khidmat dan patuh kepada gurunya. Apalagi gurunya, ia juga tidak lagi memiliki rasa tanggung jawab yang besar kepada muridnya. Padahal dalam al-Qur‟an telah disebutkan bahwa seorang murid haruslah patuh dan khidmat kepada gurunya. Gurunya juga harus memiliki tanggung jawab yang besar untuk memberikan arahan dan menuntun muridnya supaya kelak menjadi orang yang dapat memimpin dirinya sendiri dan keluarganya serta bangsa yang sesuai dengan al-Qur‟an dan hadis. Demikianlah yang dicontohkan dalam al-Qur‟an surat al-Kahfi ayat 66-82 melalui kisah Nabi Mu>sa> dan Nabi Khidir.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah seseorang yang masih dalam proses belajar; baik yang telah memiliki pengetahuan, hendaknya patuh dan khidmat kepada gurunya. Seorang guru harus dapat mengetahui watak muridnya, supaya ia dapat mengarahkannya untuk mempelajari sesuatu yang sesuai dengan potensi yang ia miliki. Selain itu, dia harus menuntun dan memberi tahu muridnya tentang kesulitan-kesulitan yang akan dihadapinya saat mempelajari sesuatu.
Kata kunci: Kisah, Guru, dan Murid.
File
Selengkapnya.....