SARI
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ketinggian mempengaruhi terjadinya hipoksia dan pada ketinggian berapa pendaki mulai mengalami hipoksia.
Populasi dalam penelitian ini adalah anggota OPA (Organisasi Pecinta Alam) Cakrawala Ikor Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang berjumlah 20 orang, Penelitian ini adalah penelitian populasi sehingga keseluruhan populasi dijadikan sebagai sampel penelitian. Metode pengambilan data menggunakan metode survei, sedangkan instrumen yang digunakan adalah alat pengukur ketinggian (altimeter), lembar observasi dan angket.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 pendaki, 8 orang yang dinyatakan mengalami hipoksia karena frekuensi denyut nadi dan pernafasannya meningkat meski telah diistirahatkan 8 menit pada ketinggian tertentu, serta mengalami tanda-tanda hipoksia pusing, mual dan muntah. 1 orang pendaki mengalami hipoksia pada ketinggian 6501-7000 kaki, 2 orang pendaki pada ketinggian 7001-7500 kaki, 2 orang pada ketinggian 9001-9500 kaki, dan 3 orang pendaki pada ketinggian 9501-10000 kaki.
Berdasarkan hasil penelitian maka disimpulkan bahwa ketinggian mempengaruhi terhadap terjadinya hipoksia karena pengaruh menurunnya tekanan barometer. Hipoksia terjadi pada ketinggian antara 6500 sampai 10000 kaki, dengan tekanan barometer yang menurun dari 599 mmHg pada ketinggian 6500 kaki menjadi 523 mmHg pada ketinggian 10000 kaki.
Saran bagi pembaca agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai informasi tentang hipoksia. Dan bagi yang memiliki kegemaran mendaki, agar lebih mendalami dan memahami semua hal yang berhubungan dengan kagiatan pendakian.