BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir, sehingga matematika sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya pelajaran matematika harus sudah diberikan sejak dini kepada anak yaitu sejak anak duduk di bangku Sekolah Dasar bahkan Taman Kanak- kanak. Namun jika dilihat perkembangan dunia pendidikan Sekolah Dasar pada saat ini belumlah menggembirakan, terlebih pelajaran matematika yang masih menjadi momok bagi siswa.
Dalam pandangan siswa SD secara umum, mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang susah untuk dimengerti. Indikasi yang paling mudah ditemukan adalah hasil belajar siswa yang cenderung kurang memuaskan. Terutama pada perolehan nilai yang rata-rata dibawah mata pelajaran lain. Hal tersebut dirasakan oleh guru, orang tua dan oleh siswa itu sendiri.
Sebagian besar siswa dan orang tua siswa memandang bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit bahkan menakutkan. Dan sebagian orang tua yang lain merasa bangga jika anak mereka pandai dalam hal matematika, sehingga memaksa mereka untuk rajin belajar melalui les privat, bimbingan belajar maupun membimbing sendiri anak mereka tanpa memperhatikan keinginan mereka. Hal itulah yang menyebabkan siswa tidak merasa senang belajar matematika bahkan siswa merasa terpaksa apabila belajar matematika.
Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa siswa SD kelas III masih banyak melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal tentang masalah yang berhubungan dengan pecahan. Dari materi tersebut yang diberikan oleh guru kenyataannya, dari 10 soal matematika tentang pecahan, masih ada 20 siswa dari 47 siswa kelas III yang tidak dapat mengerjakan soal karena siswa tidak aktif memperhatikan proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Disamping banyak anak yang kurang aktif dalam pembelajaran, juga dikarenakan dalam penyampaian materi, guru masih masih menggunakan metode ceramah dan metode tugas saja, sehingga menyebabkan siswa kurang aktif dalam pelajaran tersebut. Siswa yang mempunyai kesulitan dalam memahami konsep pelajaran matematika merupakan suatu masalah yang perlu segera ditangani pemecahannya. Dengan masalah ini dikhawatirkan akan mengakibatkan siswa tersebut kurang memahami permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan matematika.
Guru yang bertugas merangsang dan membina perkembangan intelektual dan membina pertumbuhan sikap-sikap dan nilai-nilai dalam diri anak mempunyai wewenang untuk menentukan cara atau metode yang dianggap tepat dan efektif untuk dapat menjadi solusi bagi permasalahan di atas. Guru dapat menerapkan metode pembelajaran kooperatif dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
Model pembelajaran kooperatif ini lebih ditemukan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok. Yang terdiri atas dua orang atau lebih. Keberhasilan model pembelajaran ini sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari sikap anggota kelompok itu sendiri. Jadi keberhasilan dalam pembelajaran bukan semata-mata harus diperoleh oleh guru, melainkan bisa juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran ini yaitu teman sejawat dan dilakukan bersama-sama dalam kelompokm kecil yang berstruktur dengan baik. Pembelajaran kooperatif diduga mampu meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas III SD Negeri 2 Kedungrejo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan.
File Selengkapnya.....Dalam pandangan siswa SD secara umum, mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang susah untuk dimengerti. Indikasi yang paling mudah ditemukan adalah hasil belajar siswa yang cenderung kurang memuaskan. Terutama pada perolehan nilai yang rata-rata dibawah mata pelajaran lain. Hal tersebut dirasakan oleh guru, orang tua dan oleh siswa itu sendiri.
Sebagian besar siswa dan orang tua siswa memandang bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit bahkan menakutkan. Dan sebagian orang tua yang lain merasa bangga jika anak mereka pandai dalam hal matematika, sehingga memaksa mereka untuk rajin belajar melalui les privat, bimbingan belajar maupun membimbing sendiri anak mereka tanpa memperhatikan keinginan mereka. Hal itulah yang menyebabkan siswa tidak merasa senang belajar matematika bahkan siswa merasa terpaksa apabila belajar matematika.
Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa siswa SD kelas III masih banyak melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal tentang masalah yang berhubungan dengan pecahan. Dari materi tersebut yang diberikan oleh guru kenyataannya, dari 10 soal matematika tentang pecahan, masih ada 20 siswa dari 47 siswa kelas III yang tidak dapat mengerjakan soal karena siswa tidak aktif memperhatikan proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Disamping banyak anak yang kurang aktif dalam pembelajaran, juga dikarenakan dalam penyampaian materi, guru masih masih menggunakan metode ceramah dan metode tugas saja, sehingga menyebabkan siswa kurang aktif dalam pelajaran tersebut. Siswa yang mempunyai kesulitan dalam memahami konsep pelajaran matematika merupakan suatu masalah yang perlu segera ditangani pemecahannya. Dengan masalah ini dikhawatirkan akan mengakibatkan siswa tersebut kurang memahami permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan matematika.
Guru yang bertugas merangsang dan membina perkembangan intelektual dan membina pertumbuhan sikap-sikap dan nilai-nilai dalam diri anak mempunyai wewenang untuk menentukan cara atau metode yang dianggap tepat dan efektif untuk dapat menjadi solusi bagi permasalahan di atas. Guru dapat menerapkan metode pembelajaran kooperatif dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
Model pembelajaran kooperatif ini lebih ditemukan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok. Yang terdiri atas dua orang atau lebih. Keberhasilan model pembelajaran ini sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari sikap anggota kelompok itu sendiri. Jadi keberhasilan dalam pembelajaran bukan semata-mata harus diperoleh oleh guru, melainkan bisa juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran ini yaitu teman sejawat dan dilakukan bersama-sama dalam kelompokm kecil yang berstruktur dengan baik. Pembelajaran kooperatif diduga mampu meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas III SD Negeri 2 Kedungrejo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan.